"Dia milikku …"
Thalia hanya tersenyum sinis pada sosok wanita berbaju merah itu,
Aku tidak peduli padamu, tapi anak ini tidak bersalah … batin Thalia sendiri seolah menjawab perkataan sosok gaib itu.
Thalia yakin sosok itu mengerti perkataannya terbukti dengan perubahan wajahnya menjadi lebih mengerikan dan mata merah menantangnya.
"Qiara, boleh cerita sama Tante dokter siapa teman kamu sekarang?" tanya Thalia dengan lembut.
Ia tidak peduli dengan tatapan sosok menyeramkan itu, Thalia justru mendekatkan kursinya ke arah Qiara membuat jaraknya dengan sosok gaib itu semakin dekat.
Kau menantangku! kata sosok itu menunjukkan amarahnya,
Menurutmu?
Thalia kembali tersenyum pada Qiara ia meraih tangan kecilnya lalu membelainya dengan lembut.
"Jangan takut, Tante dokter cuma mau jadi temen Qiara boleh?"
Qiara memandang Thalia dengan tatapan aneh, ia masih dalam pengaruh bisikan sosok gaib yang berada disisi lain Thalia.
Jangan dengarkan dia, aku temanmu … sosok itu kembali mempengaruhi Qiara.
"Qiara, lihat Tante sayang," pinta Thalia
Qiara awalnya menolak dengan kasar tapi belaian lembut Thalia di kepala Qiara membuatnya melunak. Sang ibu terkejut dengan perubahan sikap Qiara, ia bahkan menahan tangisnya.
Thalia memberi isyarat pada ibunya untuk tenang, karena ia akan memulai sugesti pada Qiara.
"Mulai hari ini Qiara temennya banyak bukan satu, semuanya sayang Qiara. Ayah bunda juga sayang Qiara … Tante dokter juga teman, bisa?"
Thalia memberikan sugesti perlahan, dengan memberikan penekanan di beberapa kata. Qiara memperhatikan perkataan Thalia, sugestinya mulai berjalan dan diterima dengan baik. Qiara menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Tangan Thalia menyentuh punggung Qiara dengan lembut, dia memberikan penekanan pada satu titik di punggung atas dan satu lagi pada leher Qiara. Sosok itu menjerit dan mengeluarkan lengkingan yang menyakitkan di telinga Thalia. Tak lama kemudian sosok itu menghilang. Setidaknya untuk sementara waktu. Thalia membutuhkan waktu sejenak untuk menetralisir kondisi Qiara.
Qiara tampak seperti kehilangan beban berat. Ia mendesah panjang seolah merasakan kelegaan yang mendalam. Thalia tersenyum lalu kembali memberikan sugesti dengan menyentuh lembut tangan kecilnya lagi.
"Sekarang Qiara anak baik, Qiara sayang ayah bunda."
Qiara menatap Thalia dengan sorot mata yang jauh lebih baik dan lembut. Thalia tersenyum puas melihatnya, perlahan ia kembali ke posisinya semula.
"Qiara mau permen susu, Tante dokter punya banyak?"
Qiara mengangguk, Thalia memberikan beberapa untuk mengalihkan perhatiannya.
"Ibu bisa cerita sekarang ada apa dengan Qiara!" Pinta Thalia pada ibu Qiara.
Sang ibu perlahan mulai bercerita tentang kondisi Qiara yang tidak ia pahami. Ia bisa berubah menjadi sangat baik dan manis dan sesaat kemudian berubah menjadi anak yang mengerikan.
Semua bermula dari pernikahan ibunda Qiara yang berantakan, emosinya yang berlebih ia luapkan pada putri kecilnya yang tidak bersalah. Qiara kecil sering menangis dan enggan didekati sang ibu hingga waktu yang cukup lama. Membuat si ibu kehilangan momen golden age Qiara.
Thalia menghela nafas, ia prihatin dengan kondisi Qiara. Pantas saja sosok itu melekat pada tubuh Qiara, dan Thalia yakin sosok itu pasti akan kembali. Tidak seharusnya kesalahan orang tua dilampiaskan pada anak, apalagi seorang anak kecil yang tidak mengerti dan belum memahami apa yang terjadi.
"Saya tidak ingin menyalahkan ibu, tapi kondisi Qiara sekarang sangat memprihatinkan. Ibu juga ayahnya harus bisa bekerjasama untuk memulihkan kondisi kejiwaannya."
"Tapi kami sudah berpisah dok!"
"Berpisah bagi kalian tidak untuk anak-anak Bu, berdamai dengan keadaan untuk Qiara!" kata Thalia dengan memberi penekanan.
"Kami masih belum bisa berdamai, saya masih memendam dendam padanya." ujar si ibu dengan suara bergetar menahan air matanya keluar.
"Kalau begitu ibu tidak ingin Qiara sembuh! Ia membutuhkan kalian untuk mendukungnya dan satu lagi jangan luapkan amarah karena kesalahan kalian pada Qiara."
"Qiara menunjukkan tanda menuju kepribadian ambang batas dan ini tidak baik Bu, jika tidak diatasi sejak dini ia akan mudah menyakiti dirinya sendiri. Dan pengobatan nya membutuhkan waktu cukup lama. Tolong pahami ini, ajak ayahnya bicara dari hati ke hati demi Qiara!"
Si ibu termenung dan menatap haru pada Qiara. Semua terjadi karena kesalahannya, dan ia menyesali hal itu.
"Apa ini buruk dok?"
"Jika dibiarkan dan menjadi totally kepribadian ambang batas, ya ini sangat buruk kedepannya. Jadi harus ditangani mulai sekarang!"
Thalia menyarankan banyak hal pada si ibu. Ia mendengarkan keluhan si ibu dengan seksama sesekali beberapa catatan ia tambahkan dalam riwayat medis Qiara. Cukup lama si ibu berbicara, Thalia membiarkan si ibu bicara hingga Winda memberikan peringatan padanya.
"Maaf dok, sesi konseling sudah habis masih ada pasien lain menunggu diluar,"
"Oh ya makasih Win, maaf ibu kita bisa melanjutkan besok dan saya harap pertemuan selanjutnya ayah Qiara harus ikut datang." pesan Thalia.
Si ibu mengangguk dan berpamitan,
"Saya usahakan dokter, terimakasih … Qiara ayo bilang terimakasih sama Tante dokter."
"Makasih Tante dokter, Qiara suka permennya … Tante dokter teman Qiara." katanya dengan tersenyum
"Iya Tante dokter teman Qiara, sampai ketemu besok anak manis."
Thalia memeluk Qiara erat dan ia membisikkan sesuatu di telinga Qiara,
"Jangan melamun,ok?"
Qiara tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Winda tersenyum pada Qiara dan ibunya lalu memanggil pasien selanjutnya. Thalia lega karena kali ini sepertinya hanya pasien konseling biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Hades Riyadi
Lanjutkan Thor 😀💪👍👍🙏
2023-06-01
1
Hades Riyadi
dokter Thalia ini ternyata dokter yang serba bisa, keahlian utama medisnya apa seehh... Thor, dokter umum merangkap psikolog dan ahli supranatural lageee... Joss gandoz beneerr...😛😀💪👍👍👍
2023-06-01
1
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
sukaaa,ketikannya rapih
2022-12-18
0