"Dokter kenapa kok bingung?" Tanya Winda.
Thalia bingung harus menjawab apa, dia berulang kali menatap Winda dan kursi dimana sosok anak itu tadi berada.
"Aah, nggak kok cuma sedikit aneh."jawab Thalia
"Ini jadwal untuk tiga hari kedepan dok, sementara baru ini yang masuk." Kata Winda sambil menyerahkan jadwal dan data pasien yang sudah mendaftar.
Thalia menerima dan membaca dengan teliti riwayat medis pasien. Ia harus memastikan terlebih dahulu kondisi pasien dan apa yang sudah direkomendasikan dokter sebelumnya.
"Cuma ini yang kita punya?" Tanya Thalia
"Iya dok."
"Anamnesa nya kurang lengkap, tapi lumayanlah setidaknya saya tahu awalnya dulu. Jam berapa dimulai?"
"Baru dimulai jam 11 siang dok, masih ada waktu luang banyak." Jawab Winda
"Oke, saya mau baca-baca dulu kalo gitu. Kamu ingetin saya ya kalo sudah waktunya?"
"Baik dok, eehm … dokter mau baca apa?" Tanya Winda sedikit penasaran
Thalia bingung mau menjawab apa, karena ia cuma asal bicara. Ia sebenarnya ia hanya butuh waktu sendiri setelah mengalami kejadian aneh tadi.
"Ehm, novel?" Jawab Thalia asal
"Aah, iya saya juga suka baca novel dok ada aplikasi baca novel yang sering saya pakai siapa tahu dokter butuh."
Winda mendekati Thalia dan menunjukkan padanya sebuah aplikasi berlogo warna biru yang tersimpan dalam ponselnya.
"Ooh ini, oke nanti deh saya coba download ... makasih ya Winda."
Winda tersenyum dan segera meninggalkan ruangan Thalia. Masih ada waktu sekitar 3 jam sebelum mulai jam prakteknya. Thalia memejamkan matanya, kepalanya terasa pusing dan perutnya mual efek dari pertemuan dengan sosok gaib tadi.
Self healing menjadi pilihan Thalia. Ia merebahkan tubuhnya di sofa empuk untuk hipnoterapi, perlahan ia memejamkan mata dan mensugesti dirinya menetralkan kembali perasaan tidak nyaman yang dideritanya.
Thalia merasa lebih baik setelah melakukan tahapan relaksasi dari self healing. Ponselnya berdering, Tante Alena memanggil.
"Halo,"
"Halo Thalia, Sean bilang kamu sudah di rumah sakit. Bisa ke ruangan Tante sekarang, ada yang perlu Tante bicarakan denganmu?"
"Oke, aku kesana sekarang Tante."
"Baiklah, Tante tunggu ya?!"
Thalia menutup panggilan di ponselnya. Ia segera menuju ruangan Direktur. Tante Alena adalah teman baik mom Elisa, ibunda Thalia. Karena dialah Thalia bisa diterima di rumah sakit ini. Ruangan Direktur terletak di lantai 3, mau tidak mau Thalia harus memakai lift sesuatu yang sebenarnya sangat Ia benci.
Pintu lift terbuka, Thalia masuk bersama beberapa orang. Dua diantaranya adalah perawat. Hawa aneh kembali dirasakan Thalia.
S***, baru saja aku self healing sekarang ngrasain lagi … ini rumah sakit banyak bener hantunya ya! … umpat Thalia dalam hati.
Pintu lift terbuka kembali, tapi tidak ada siapapun yang ada disana. Mereka saling berpandangan termasuk Thalia yang tersenyum masam. Tentu saja mereka tidak melihatnya, Thalia melihat sosok wanita dengan rambut panjang dan pakaian lusuh masuk ke dalam lift. Sosok itu berdiri tepat di sisi kanan perawat yang memakai kacamata.
Bau anyir terasa menusuk hidung Thalia, itu berasal dari darah yang terus keluar dari sosok itu. Untung saja sosok itu terus menundukkan kepalanya jika tidak Thalia bisa muntah seketika karena wajah wanita itu hancur.
Seperti biasa Thalia akan berpura-pura tidak melihat apapun, dia mengalihkan pandangannya dari sosok gaib itu. Dan berharap segera keluar dari lift.
Harapannya terwujud, pintu lift terbuka di lantai 3 Thalia segera keluar dan menghirup udara segar. Sesak rasanya berbagi nafas dengan makhluk astral dalam lift yang sempit. Ia mengambil nafas panjang sebelum mengetuk pintu ruang Direktur.
"Masuk!" Perintah sebuah suara dari dalam ruangan.
Thalia membuka pintu dan menemukan Tante Alena yang telah menunggunya dengan senyuman. Wanita paruh baya yang terlihat tetap cantik itu langsung menyambutnya dengan pelukan hangat.
"Apa kabar mu sayang?"
"Baik Tante, terimakasih saya diijinkan bergabung disini." Jawab Thalia tanpa melepaskan pelukannya.
"Duduk sini, Tante mau bicara sebentar."
"Kayaknya penting nih, ada apa ya?" Tanya Thalia sedikit bingung karena tidak biasanya Tante Alena bersikap serius.
Wajahnya terlihat tegang, beberapa kali Tante Alena menggigit bibir bawahnya, tangan berkeringat, dan suara sedikit bergetar memastikan kondisi Tante Alena sedang tidak baik-baik saja.
"Tolong, bantu Tante … Thalia?!"
...****************...
Anamnesa :
Cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien atau pada orang tua atau sumber lain. Anamnesa digunakan untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan pelaksanaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Hades Riyadi
Lanjutkan Thor 😀💪👍👍🙏
2023-06-01
1
Hades Riyadi
dokter Thalia ternyata disamping bisa melihat, berbicara, juga merasakan baunya seperti anyir darah...itu mah seyeem, untunglah mata kiri gw cuman bisa ngeliatin ajaahh, kalo ga nafsu makan bisa hancur laaahh...😛😀💪👍👍👍
2023-06-01
1
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
oh ini ternyata anamnesa nya di jlsin di bwh,,
2022-12-18
0