Thalia bersiap menuju rumah sakit tempat ia bekerja. Sean masih mengantarkan Thalia kebetulan Ia ada keperluan searah dengan rumah sakit tempat Thalia bekerja.
Kemacetan terjadi tak berapa lama setelah mereka keluar dari kawasan perumahan, mendekati weekend jalanan memang terasa padat.
Thalia kembali mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi baca novelnya lagi. Sean memperhatikan perubahan sikap kembarannya itu.
"Baca lagi, semenarik itukah novelnya?" tanya Sean penasaran.
"Uhm, cukup untuk mengalihkan duniaku Sean." jawab Thalia tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.
Sean menggelengkan kepalanya. Baru kali ini ia melihat Thalia begitu antusias membaca. Hanya dalam waktu semalam saja Thalia berubah. Sean sebenarnya senang setidaknya Thalia punya kebiasaan baru bukan hanya menatap kosong foto pernikahannya di malam hari.
Sejak perceraian Thalia, Sean selalu menjaganya bahkan saat mereka terpisah jarak ketika Thalia di Baltimore. Teman-temannya membantu Sean menjaga Thalia dari jauh, dan memberi kabar setiap kegiatan Thalia. Termasuk kebiasaannya menatap foto pernikahan setiap malam.
Tak terasa mereka tiba di rumah sakit. Thalia masih asyik membaca bahkan melupakan tujuannya. Sean menghentikan mobilnya di pelataran parkir, menunggu Thalia tersadar. Lima menit berlalu, Sean menatap Thalia yang masih belum bergeming. Ia mencoba menunggu lagi dan Thalia belum juga menyadarinya. Akhirnya Sean hilang kesabaran,
"Ehem … mau berapa lama lagi aku harus nungguin kamu selesai baca?!"
"Hhmm, sebentar ini lagi seru karakter utamanya cakep banget!"
"Thalia!"
"Whaaat?"
"Ini sudah hampir 15 menit dan kamu nggak sadar kita dimana? Kerja, tutup ponselmu!" Kata Sean mengingatkan Thalia dengan kesal.
"Eeh, kita sudah sampai? Sean, kenapa kamu nggak bilang dari tadi?" Keluh Thalia disambut gelengan kepala dari Sean.
"Astaghfirullah, Thalia! What should I do with you!"
(Apa yang harus aku lakukan padamu!)
"Apa aku salah?"
Pertanyaan Thalia mendapat tatapan tajam dari Sean. Thalia hanya bisa tersenyum masam, menyadari kesalahannya.
"Masuklah … fokus Thalia, please!" pinta Sean
"Oke, thanks Sean love you … see you at home!" ucapnya sambil buru-buru keluar dari mobil.
Sean menggelengkan kepalanya, ia memandang Thalia hingga menghilang masuk ke dalam gedung. Sean merasakan sesuatu yang aneh telah terjadi pada Thalia, tapi ia sendiri tidak mengerti apa itu.
"Kenapa ada perasaan aneh hari ini, apa ada sesuatu yang akan terjadi padanya?" Gumamnya sendiri sambil kembali melajukan mobilnya keluar dari pelataran parkir.
****
Thalia langsung menuju ruangannya, Winda telah menunggunya di dalam. Ia memberikan jadwal Thalia hari ini, hanya satu orang pasien lelaki berumur 37 tahun.
"Cuma satu?"
"Iya dok, weekend sebenarnya banyak yang minta konseling tapi dokter kan off weekend." jawab Winda
"Saya juga butuh liburan Win." ujar Thalia sambil tersenyum.
Thalia membuka rekam medis milik pasiennya hari ini, Winda masih berdiri di depan Thalia.
"Coba kita lihat siapa dia … gamophobia?"
"Iya dok, pasien satu ini sudah berkali kali konseling sama Profesor Budi tapi sampai sekarang sepertinya belum ada perubahan." jawab Winda.
"Iish ... profesor Budi aja nggak sanggup gimana saya, kenapa kasih dia ke saya Win?" keluh Thalia sambil menutup catatan rekam medisnya.
"Itu … perintah Bu Direktur." jawab Winda pelan sambil menunduk.
"Apa … cck, emang enak jadi Direktur asal kasih perintah aja. Kemarin masalah Langit dan sekarang ini, apa sih maunya Tante Alena?!"
Thalia kesal tapi tidak bisa berbuat banyak. Tante Alena Direktur sekaligus pemilik rumah sakit ini. Perintahnya tentu saja tidak bisa sembarangan di tolak.
Winda pergi meninggalkan Thalia sendiri untuk kembali ke ruangan perawat. Thalia kembali membuka file rekam medis pasiennya. Ia berpikir sejenak dan menutup kedua matanya, berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Ardiansyah, kita punya masalah yang sama … apa aku bisa menolongmu?
...----------------...
Gamophobia :
Ketakutan berlebih untuk menjalin komitmen dan menikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Hades Riyadi
Next Up Please 😀🤣💪👍👍👍
2023-06-02
0
Hades Riyadi
Gamophobia... yaaakk. apakah akibat trauma masa kecil melihat pernikahan kedua orangtuanya yang ga harmonis dan selalu berantem menunjukkan kekerasan di depan anak, sehingga berdampak traumatis psikologis bagi perkembangan jiwa anak...yaa.. Thor 😀💪👍👍🙏
2023-06-02
1
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
ini sih bkn sekedar suka Bca novel tpi udah kecanduan 🤪
2022-12-19
1