Setelah lebih dari tiga minggu mengurus proyek pembukaan cabang barunya. Ken memutuskan untuk kembali dan ada orang kepercayaannya yang akan mengurusnya. Ken memutuskan menyuruh sopir pribadinya untuk mengendarai mobilnya karena terlalu lelah untuk mengemudi sendiri.
"Tuan." Panggil sopir itu saat di lampu merah.
"Ada apa?" Tanya Ken cuek sambil memejamkan mata berharap bisa tidur karena kelelahan begadang mengurus pekerjaannya.
"Bukankah itu nona Celine? Sekretaris baru anda?" Tanya sopir pribadinya. Ken membuka matanya melihat arah pandang sopirnya. Celine seorang diri menunggu bus di halte tak jauh dari lokasi proyek barunya. Ken langsung melengos tak memperdulikannya.
"Biarkan saja!" Jawab Ken kembali menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi penumpang.
"Bukankah bus terakhir sudah lewat tuan. Jam segini sudah tidak ada bus. Dan sebentar lagi petang." Ucap sopir itu tak melanjutkan ucapannya karena melihat tuannya seolah tak memperdulikannya karena terus saja diam sambil memejamkan matanya.
***
"Terima kasih atas tumpangannya tuan. Saya turun di terminal saja." Ucap Celine setelah duduk di samping Ken. Ken sendiri hanya diam tak mendengarkan ucapan Celine. Celine terdiam merasa ucapannya tak didengarkan memilih untuk tidak bicara lagi.
Mobil melaju mulai memasuki area perkotaan. Keduanya masih dalam posisi yang sama, diam. Ken sendiri merasa tak ada yang perlu dibicarakan keduanya meski itu tentang pekerjaan. Sopir merasa canggung dan sedikit bersalah karena sedikit membujuknya untuk memberi tumpangan pada sekretarisnya. Dan entah apa yang terjadi pada keduanya karena terlihat sangat canggung.
Setelah empat jam perjalanan. Mobil memasuki rest area di sekitar jalan yang masih terlihat ramai. Salah satunya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Sopir itu tak menunggu titah dari sang tuan karena sudah kebiasaan tuannya itu meminta istirahat sebentar di rest area. Ken sendiri tak mau mengambil resiko sopirnya kelelahan karena tak memintanya untuk istirahat barang sejenak.
Ken membuka matanya menatap rest area yang menjadi tempat berhentinya jika dirinya kebetulan melewati jalan ini. Ken melirik kursi penumpang sebelahnya tak mendapati Celine ada disana. Matanya refleks memindai keberadaan wanita yang pernah membuatnya kecewa di masa lalu itu.
Matanya menangkap bayangan Celine keluar dari toilet wanita rest area. Ken keluar juga untuk ke toilet sebentar untuk cuci muka.
"Ini, mungkin akan lebih baik pada tubuhmu." Celine berdiri di depan Ken setelah melihatnya keluar dari toilet. Celine sendiri sudah menunggu Ken keluar dengan berdiri di depan pintu toilet luar setelah masuk sebentar ke supermarket yang ada di rest area tersebut.
Ken tertegun sejenak menatap botol minuman yang dipegang oleh Celine. Minuman botol berenergi yang sedikit mampu dapat menghilangkan rasa lelahnya. Namun itu dulu saat masa sekolah menengah atas. Namun sekarang Ken membencinya. Bukan minumannya yang di benci tapi wanita yang memberikan minumannya.
Ken melewati Celine begitu saja tanpa mengambil botol minuman itu atau lebih tepatnya sudah tidak memperdulikan lagi keberadaan Celine. Kecuali saat bekerja, itupun sangat jarang sekali.
Celine menatap botol minuman di tangannya itu dengan tatapan mata nanar. Dia kecewa dengan sikap Ken yang tak pernah mau memaafkan kesalahannya.
"Maaf." Bisik Celine setelah Ken mulai masuk ke dalam mobilnya.
***
"Ada apa Man?" Tanya Ken melihat sopirnya tiba-tiba mengerem mendadak dan entah apa yang terjadi, tangan Ken refleks menutup dada depan Celine. Ken langsung menarik tangannya agar tak membuat wanita yang dibencinya itu besar kepala.
"Sepertinya bannya kempes tuan. Saya lihat dulu." Sopir yang dipanggil Man atau Maman itu keluar dari dalam mobil melirik semua ban yang dikiranya bocor itu.
"Bannya kempes tuan. Dua lagi." Jelas pak Maman mendekati jendela tempat Ken duduk.
"Dua?" Tanya Ken berdecak kesal. Dia ingin segera kembali ke rumahnya. Ingin memberi kabar pada kekasihnya akan melamarnya dua hari ke depan. Kalau seperti ini pasti akan melebihi jadwal yang sudah diaturnya.
"Sepertinya akan sedikit lama tuan. Apa tuan mau saya panggilkan taksi untuk sementara menginap di hotel terdekat?" Tanya pak Maman.
Ken terdiam memegang dagunya untuk berpikir.
"Perjalanan masih cukup lama juga tuan. Masih lima jam. Akan lebih baik kita berangkat melanjutkan perjalanan besok pagi? Kawasan sini juga sepi kalau jam segini." Jelas pak Maman sambil mengawasi sekitar jalan yang dilaluinya itu.
"Pesankan taksi untukku Man." Titah Ken memijit pelipisnya yang terlihat pening.
Beberapa menit kemudian, sebuah mobil mendekati mereka.
"Tuan Keanu? Yang memesan taksi bla.. bla..." Jelas taksi online itu.
Ken turun dari mobil diikuti wanita tadi.
"Antarkan aku ke hotel! Tapi tunggu sebentar, sampai orang bengkel datang." Ucap Ken memasuki taksi online tersebut.
Tak berapa lama, derek yang dipanggil Ken menarik mobil Ken yang katanya bannya bocor.
Ken terdiam menatap Celine dingin, datar dan tajam. Dia enggan menyuruh wanita itu masuk ke dalam mobil. Hingga akhirnya Celine pun ikut masuk.
***
"Berikan padanya!" Titah Ken menyodorkan dua kunci pada pak Maman.
"Tapi tuan..." pak Maman merasa tak enak, menerima kunci hotel yang terlihat tua itu.
"Istirahatlah pak!" Titah Ken tak mau dibantah.
Ken pergi menuju lift hotel menuju kamarnya yang ada dilantai lima. Dia harus secepatnya menidurkan tubuhnya karena lelah dan sangat mengantuk.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sehat
2022-11-04
0