"Memangnya tadi mas Ken gak jemput mbak ya?" Tanya Johan setelah pesanan di bawa ke mobil. Mereka pun melanjutkan perjalanan.
"Bukannya mas Ken masih di luar kota ya?" Tanya Karina balik. Johan terdiam mendengar pertanyaan Karina.
"Tapi...tadi..." Johan tak melanjutkan kalimatnya karena tak mau terjadi kesalahpahaman diantara mereka.
"Oh, begitu ya." Jawab Johan yang ditatap penuh curiga oleh Karina. Namun Karina seolah tak mau berpikir negatif tentang calon suaminya itu. Lagi pula mobil sudah berhenti di depan butiknya.
"Sudah sampai, terima kasih dek." Ucap Karina tersenyum sopan.
"I..iya mbak." Jawab Johan gugup merasa gagal fokus lagi pada senyum calon kakak iparnya.
"Kau ini apa-apaan Johan, dia calon kakak iparmu, istri kakakmu." Guman Johan meninggalkan depan butik setelah memastikan Karina masuk ke dalam.
"Kau sudah punya Rani." Guman Johan lagi.
***
Johan sampai di rumah sakit tempatnya bekerja setelah setengah jam perjalanan dari butik calon kakak iparnya. Sesaat dia melihat asisten kakaknya yang dikenalnya namun Johan tak menggubrisnya karena mungkin saja ada salah satu keluarganya yang sakit mungkin.
Johan segera masuk ke dalam ruangan sambil menenteng sarapannya. Tak lupa dia membalas sapaan para perawat dan dokter yang berpapasan dengannya. Memang Johan adalah pria yang super dan ramah pada setiap orang. Hingga semua orang mengagumi sosok Johan.
"Rani?" Johan terkejut melihat Rani sudah ada di ruangannya dengan menenteng sebuah kantong plastik.
"Mas Johan." Rani mendekati Johan dan tak lupa mengecup pipi Johan sekilas.
"Ada apa? Bukannya kau sif sore hari ini?" Tanya Johan duduk di kursi ruangannya dengan Rani bergelayut mesra pada lengannya.
"Aku sengaja kesini untuk mengantar sarapan untukmu. Tapi, kau..." Cemberut Rani sambil melirik kantong paper bag yang diletakkan di meja kerja yang ditebaknya adalah berisi sarapan junk food.
"Kau tak mengatakan kalau mau membawa sarapan untukku." Jawab Johan membela diri. Entah kenapa Johan berusaha membela diri dari kekasihnya padahal selama ini dia selalu menurut dan mengalah padanya.
"Aku kan ingin membuat kejutan untukmu." Jawab Rani masih cemberut pura-pura kesal.
"Ya udah kita makan bersama, nanti makanan yang kubeli tadi bisa dimakan untuk makan siang." Jawab Johan mengalah.
"Kamu memang baik sayang." Ucap Rani manja.
Keduanya kini duduk di sofa ruang kerja Johan setelah Johan memakai jas dokternya dan segera sarapan sebelum pekerjaan dimulai lima belas menit lagi.
***
Meeting Ken hari itu berjalan lancar. Tak ada kendala yang berarti. Entah kenapa sejak sekretarisnya diganti Celine. Pekerjaannya Ken berjalan tanpa hambatan. Celine sendiri melakukan pekerjaannya dengan baik dan telaten membuat Ken mudah memahaminya. Seolah Celine tahu betul apa yang diinginkan Ken.
Ken menghela nafas panjang menatap pekerjaannya yang semakin hari semakin bertambah. Bahkan dia belum sempat memberi kabar pada Karina tentang kepulangannya dari luar kota setelah mengurus pembukaan cabang baru di kota tersebut.
Ken terus berkutat dengan berkas-berkasnya yang ada di meja. Dia tak sadar kalau waktu makan siang sudah lewat. Celine mengetuk pintu ruang kerja Ken dan Ken langsung memintanya masuk.
"Maaf pak, ini makan siang untuk anda. Sepertinya anda melupakan waktu makan siang karena banyaknya pekerjaan." Ucap Celine menyodorkan makanan kotak di atas meja. Ken terdiam tak menjawab hanya mendongak menatap Celine yang memberikan perhatiannya setelah sekian lama.
"Terima kasih." Jawab Ken acuh menyadari kalau kini mereka hanyalah atasan dan bawahan tak lebih.
"Saya permisi pak." Jawab Celine kecewa melihat reaksi Ken yang biasa-biasa saja. Dia pun segera undur diri meninggalkan ruangan Ken.
***
Karina melirik layar ponselnya tak ada notifikasi pesan atau panggilan dari Ken. Sudut hatinya merasakan sedikit kekecewaan.
Apa sesibuk itu hingga kau tak sempat menghubungiku? Batin Karina berkecamuk merasa gelisah sudah sejak kemarin pagi Ken tak menghubunginya. Jam sepuluh tadi dia mencoba menghubunginya namun ponselnya tidak aktif.
Mungkin dia sibuk. Ucap Karina dalam hati mencoba menghibur dirinya.
Namun kekecewaan tetap dirasakan olehnya. Tidak seperti biasanya Ken seperti ini. Karina buru-buru menampik pikiran buruknya tentang Ken yang mungkin saja sibuk atau keadaannya sedang sakit.
"Lindungilah dia ya Allah!" Guman Karina meminta dengan penuh harap.
"Permisi mbak!" Panggil salah seorang pegawai Karina.
"Iya." Karina langsung mendongak menatap gadis itu.
"Maaf saya nyelonong masuk karena sejak tadi mbak gak menjawab panggilan saya." Ucap gadis itu merasa bersalah.
"Ah, maaf. Gak apa. Ada apa ya?" Tanya Karina berusaha tersenyum.
"Ada supplier datang mengantar pesanan kita mbak." Beri tahu gadis itu yang langsung diangguki Karina segera meninggalkan pekerjaannya untuk menemui suppliernya.
"Iya, makasih." Jawab Karina tersenyum ramah.
***
Johan bersiap untuk pulang karena jam kerjanya sudah selesai. Johan mencuci muka dan tangannya serta melepas jas dokternya bersiap untuk pulang. Banyak jadwal operasi yang padat sejak pagi. Ya, Johan adalah dokter spesialis bedah terbaik dan termuda di rumah sakit itu. Sehingga banyak sekali pekerjaan hari ini.
"Mas, mau pulang sekarang?" Tanya Rani yang tiba-tiba nyelonong masuk ke dalam ruangan Johan.
"Eh, kamu baru datang?" Tanya Johan tak menjawab pertanyaan Rani.
"Iya mas, giliran aku masuk sif. Padahal aku kan mau sif yang sama dengan mas." Ucap Rani cemberut kesal.
Rani adalah salah seorang perawat di rumah sakit itu. Keduanya memang bertemu saat sekolah menengah atas dan menjalin hubungan serius saat Johan setelah menjadi tamu seminar di kampus tempat Rani kuliah.
"Kan yang menentukan pihak rumah sakit." Hibur Johan.
"Kalau begini kapan kita akan kencan?" Cemberut Rani sambil bergelayut di lengan Johan. Johan hanya tersenyum.
"Kita bisa mengatur libur kita nanti dan berkencan." Hibur Johan lagi, entah kenapa dia seperti seorang kakak yang menghibur adiknya.
"Bener ya?" Janji Rani.
"Tentu."
"Terima kasih." Rani mengecup bibir Johan sekilas membuat Johan terkejut. Biasanya Rani hanya berani mengecup pipinya dan dia membiarkannya namun sekarang.
"Ya udah aku mau ganti baju dulu!" Pamit Rani dari pintu ruang kerja Johan. Johan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tersenyum menatap Rani. Entah kenapa yang terlintas dalam benaknya adalah senyum manis calon kakak iparnya.
"Apa-apaan kau Johan?" Guman Johan menepis pikirannya.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus ceria
2022-11-04
0