"Maukah kau menikah denganku?" Ucap Ken sambil berlutut setelah mereka selesai makan malam di restoran tempat mereka makan. Setelah menonton di bioskop, Ken mengajak kekasihnya makan malam yang sudah direservasinya sekaligus merayakan anniversary ke dua tahun mereka pacaran.
Apalagi usaha yang sedang dilakukan Ken yang dibantu Karina juga mulai membuka cabang ketiganya di luar kota. Usaha yang dirintis Ken berkembang pesat dan sukses mendapatkan kepercayaan dari para investor dan memuji Ken sebagai seorang pebisnis yang handal.
Karina tersentak kaget melihat kekasihnya berlutut di hadapannya sedang melamarnya. Karina menangis terharu melihat usaha kekasihnya membuktikan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.
"Iya mas...aku mau..." Jawab Karina mengangguk-anggukkan kepalanya antusias tanpa sadar air matanya menetes terharu.
"Makasih sayang." Jawab Ken sama antusiasnya. Dia pun memeluk tubuh Karina setelah memasangkan cincin itu di jari manis kekasihnya.
"Aku mencintaimu mas." Ucap Karina sambil menangis sesenggukan bahagia dalam dekapan Ken.
***
"Selamat malam, tidur nyenyak ya. Mimpikan aku!" Goda Ken sesampainya di depan kost an Karina. Setelah selesai makan malam mereka duduk di bangku taman kota menikmati indahnya malam itu karena keduanya sudah mengikrarkan hubungan mereka ke jenjang lebih serius.
"Selamat malam juga mas." Jawab Karina tersipu malu digoda Ken sedemikian rupa.
Karina masuk ke dalam kamarnya setelah melambaikan tangannya pada Ken. Ken balas melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan tempat kost Karina setelah memastikan kekasihnya masuk ke dalam kamarnya.
***
"Aku akan menikah ma." Ucap Ken tiba-tiba saat dia berkunjung di rumah ibunya. Kini keduanya sedang sarapan bersama sebelum Ken berangkat kerja.
Semalam Ken mengunjungi rumah ibunya yang sudah hampir sebulan tidak didatangi. Dia ingin segera mengabari ibunya dan berbagi kebahagiaannya dengan ibunya.
"Uhuk..uhuk..." Sang ibu Ambar tersedak kaget dengan ucapan putra sulungnya.
"Ibu tak salah dengar kan?" Tanya Ambar memastikan pendengarannya tidak salah.
"Benar ma."
"Dengan gadis itu?" Tanya Ambar lagi terlihat masih ragu.
"Tentu saja ma, siapa lagi. Aku mencintainya ma." Cerita Ken dengan wajah yang berseri-seri. Sambil membayangkan senyum manis Karina.
"Kalau itu sudah menjadi pilihanmu, ibu hanya bisa merestui." Jawab Ambar.
"Makasih ya bu. Ken yakin Karin akan menjadi menantu kesayangan ibu." Ucap Ken tersenyum hangat memeluk ibunya.
"Apa benar-benar harus dengan gadis itu?" Tanya Ambar lagi memastikan.
"Memangnya kenapa Bu? Karin gadis yang baik kok. Ibu juga sudah bertemu dengannya kan, dia gadis yang sopan juga. Dia juga yang menemaniku memulai usaha mulai dari nol, selalu memberiku penghiburan saat bisnis masih jatuh bangun." Ucap Ken memuji-muji kekasihnya.
"Kalau begitu ajak dia makan malam kemari suatu hari nanti." Pinta Ambar tak mau merusak kebahagiaan putranya.
"Iya Bu. Kami berencana menikah setelah Karin wisuda Bu. Mungkin enam bulan lagi setelah skripsinya lulus." Jelas Ken tersenyum cerah secerah matahari pagi.
"Kebetulan, Johan juga akan wisuda lima bulan lagi. Dia juga ada saat kalian menikah nanti." Ucap Ambar melapangkan hatinya. Meski cita-citanya mempunyai menantu yang kaya juga bisa mengangkat derajat keluarganya. Namun karena putra sulungnya sangat menyayangi gadis itu. Ambar mencoba menerimanya.
"Oh ya. Kapan wisudanya? Gak barengan sama Karin kan Bu, aku tak mungkin tidak menghadiri wisuda Karin hanya karena barengan dengan Johan kan?" Ucap Ken mengemukakan pendapatnya.
"Semoga saja tidak." Jawab Ambar.
***
Setelah Ken mengantar Karina ke kampus. Ken langsung menuju kantor untuk mengurus pekerjaannya. Karena pagi ini dia ada meeting klien barunya mengenai pembukaan cabang baru hotel yang hendak dibangunnya di luar kota.
Ken bahkan lupa menyampaikan pesan ibunya untuk mengajak makan malam kekasihnya ke rumah ibunya sambil mendekatkan hubungan keduanya. Karena dari yang ditangkap Ken, ibunya masih belum rela merestui hubungannya meski terpaksa.
***
"Pak, klien sudah menunggu di ruang meeting." Ucap sekretaris Ken yang bernama Dion.
"Kita kesana sekarang." Jawab Ken beranjak dari kursi kebesarannya. Dengan Dion mengikuti dari belakang.
"Selamat datang tuan." Sapa Ken menyalami kliennya yang langsung menyambutnya hangat begitu Ken masuk ke dalam ruang meeting.
"Silahkan duduk!" Tawar Ken ikut duduk berhadapan dengan kliennya.
Ken menyerahkan berkas proposal tentang pembangunan hotel barunya dengan iming-iming yang tentunya sangat menguntungkan kedua belah pihak.
Sekretarisnya Dion menjelaskan tentang proposal kerjasama yang dibuat Ken di layar monitor yang terdapat di ruangan itu. Kliennya hanya mengangguk-angguk mengerti dan paham. Dia juga terlihat tertarik dengan penjelasan dan isi proposal yang diajukan Ken hingga akhirnya mereka pun mencapai kesepakatan dan menanda tangani proyek itu.
Ken pun kembali menyalami kliennya ramah dan antusias setelah pertemuan dua jam mereka yang mencapai kesepakatan bersama. Ken sangat puas dan tersenyum bahagia karena lagi-lagi proyeknya berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Dia pun langsung menghubungi Karina begitu kliennya sudah meninggalkan kantor.
Bermaksud berbagi kebahagiaan dengan kekasih atau lebih tepatnya calon istrinya yang baru dilamarnya semalam. Ken berencana mengajak makan siang bersama dan memberi tahunya tentang undangan makan malam bersama ibunya.
Tok tok tok
"Masuk!" Titah Ken membatalkan niatnya untuk menghubungi Karina.
"Ada seseorang yang datang ingin menemui anda pak." Ucap Dion setelah masuk ke dalam ruang kerja Ken.
"Siapa?" Tanya Ken mengernyitkan dahi. Seingatnya, jadwalnya sudah tidak ada lagi selain menanda tangani beberapa berkas yang ada di mejanya.
"Pak Leon." Ken langsung menegang mendengar nama itu. Dia ingat betul siapa pria itu.
"Suruh dia masuk!" Titah Ken duduk di kursi kebesarannya siap menyambut tamunya yang sempat menjadi sahabat baiknya di masa sekolah menengah atas.
Cklek
"Apa kabar bro?" Sapa Leon dengan santainya. Tak lupa senyuman kepura-puraan yang selalu menyeringai di bibirnya.
"Sepertinya kita tidak sedang dalam keadaan bisa saling menyapa." Jawab Ken dingin menatap Leon tajam.
"Wow... kukira kau sudah melupakan masa lalu dan menuju masa depan." Jawab Leon enteng dengan senyum seringai di wajahnya yang kentara mengejek Ken yang emosian meski tak terlalu ditunjukkan di hadapan keluarganya termasuk di hadapan kekasihnya, Karina.
"Ada urusan apa kau kesini?" Tanya Ken to the point.
"Kau masih sama ya, tidak suka basa-basi." Komentar Leon yang mendapat tatapan tajam dari Ken. Leon mengangkat tangannya tanda menyerah atau... pura-pura menyerah.
.
.
TBC
Beri rate, like dan vote nya
Makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus bahagia
2022-11-04
0