"Kau tak apa?" Tanya Ken saat pagi itu dia menjemput Karina di tempat kost nya. Karina yang baru saja keluar dari pintu depan kost.
"Mas Ken?" Sapa Karina melihat Ken pagi-pagi sekali sudah ada di depan tempat kostnya.
"Kau tak apa? Kau baik-baik saja? Maaf aku baru saja mendengarnya dari Johan. Maaf." Ken memeluk tubuh Karina menyalurkan kecemasan sejak tadi yang akhirnya lega melihat kekasihnya baik-baik saja.
"Aku gak apa mas, untung saja Johan datang tepat waktu dan menolongku." Jawab Karina melepas pelukan Ken, karena tak mau dilihat aneh oleh teman-teman kostnya.
"Maaf, ponselku mati sejak kemarin karena kesibukanku. Aku lupa mengisi daya. Maaf." Jawab Ken penuh penyesalan dan rasa bersalah menatap Karina dengan tatapan mata sendu.
"Gak apa mas, aku tahu mas pasti sangat sibuk." Jawab Karina tersenyum agar menenangkan Ken.
"Johan bilang kau harus istirahat, lebih baik istirahat dulu. Biar para pegawai yang mengurus butik." Saran Ken terlihat sedikit lega.
"Aku sudah gak apa mas, Johan sudah mengobati semalam. Dan tadi pagi aku sudah mengobati kembali. Jadi sekarang sudah baik-baik saja." Jawab Karina membuat Ken terdiam menatap Karina penuh arti.
"Lain kali jangan temui supplier sendiri. Biarkan mereka datang ke butik saja. Atau setidaknya minta seseorang untuk menemani. Atau kau hubungi aku, aku akan datang." Titah Ken yang seolah tak mau dibantah.
"Iya mas, akan kuingat pesan mas. Aku tak akan berani pergi sendiri lagi." Ucap Karina dengan senyuman yang menenangkan Ken.
"Maaf, sekali lagi maaf."
"Aku gak apa mas."
"Masuklah! Istirahatlah!"
"Aku sudah baik-baik saja mas, aku janji akan istirahat nanti di butik. Aku malah akan kebosanan di kost an nanti." Pinta Karina membuat Ken terdiam. Ditariknya pergelangan tangannya yang memar semalam sudah tidak terlalu merah, namun masih ada sedikit bekas membiru disana.
Cup
Cup
Ken berulang kali mengecupi pergelangan tangan itu seolah akan sembuh dengan kecupan darinya.
"Mas, malu." Karina yang hendak menarik pergelangan tangannya sontak memerah karena malu melihat Ken memperlakukannya begitu romantis.
"Maaf. Kuharap dengan begini akan sembuh." Jawaban Ken membuat Karina tertawa sambil menutup mulutnya.
"Mas ada-ada saja. Kalau begitu saja sembuh, dokter gak laku mas. Mas bisa bercanda juga." Ucap Karina membuat keduanya tertawa.
"Baiklah. Ayo aku antar!" Ajak Ken membukakan pintu mobil bagian penumpang untuk Karina.
"Terima kasih mas." Ucap Karina tersenyum bahagia.
***
"Bagaimana dengan proyek mas di luar kota?" Tanya Karina saat dalam perjalanan menuju butik.
"Alhamdulillah... berjalan lancar, mungkin akan segera selesai akhir bulan ini." Jawab Ken sambil sibuk dengan kemudinya menatap fokus ke arah jalanan.
"Alhamdulillah..." Jawab Karina tersenyum.
"Oh ya, nanti siang ikut aku ya?" Ajak Ken.
"Kemana?"
"Membeli hadiah." Dahi Karina berkerut.
"Untuk apa mas?"
"Hari minggu nanti aku akan datang menemui ibu panti." Ucap Ken tersenyum menatap calon istrinya yang terlihat masih bingung.
"Untuk apa mas?" Tanya Karina yang entah kenapa sedikit lemot menanggapi ucapan Ken.
"Aku akan melamarmu langsung dengan keluargaku." Pipi Karina pun memerah malu mendengar pengakuan Ken.
"Benarkah mas?" Tanya Karina tak percaya. Ken mengangguk mengiyakan.
"Terima kasih mas. Nanti aku akan mengatakan pada ibu panti. Mas mau datang jam berapa hari minggu nanti?" Tanya Karina yang merasakan bunga-bunga di sekitarnya. Kekecewaannya pada Ken beberapa hari ini terbayar sudah dengan pernyataan lamaran secara resmi untuknya.
Pikiran-pikiran buruknya tentang Ken yang tidak pernah menghubunginya beberapa hari ini menghilang begitu mendengar Ken akan segera melamarnya secara resmi.
"Aku ingin secepatnya menghalalkan mu." Ucapan Ken membuat wajah Karina semakin memerah malu namun hatinya sangat senang dan bahagia. Karina memalingkan wajahnya ke luar jendela mendengar kata-kata manis Ken untuknya. Dan dia merasa bahagia.
***
Johan menatap ponselnya berulang kali berharap ada notifikasi untuknya. Namun berkali-kali pula dia kecewa melihat notifikasi spam yang terkirim pada ponselnya. Entah kenapa dia menunggu seseorang menghubunginya. Namun dia tahu itu hanyalah harapan kosong untuknya.
"Seharusnya aku tahu, dia tak mungkin menghubungiku. Memang siapa aku?" Guman Johan saat duduk di ruang kerjanya menatap ponselnya dalam.
"Tadi..."
Flashback on
"Selamat pagi mas." Sapa Johan saat sudah melihat kakaknya duduk di meja makan bersama ibunya.
"Selamat pagi Bu." Johan juga menyapa ibunya yang hanya dijawab deheman sambil menyiapkan sarapan untuk kakaknya.
"Mas gak dihubungi mbak Karin?" Tanya Johan sambil menyiapkan sarapannya sendiri.
"Aku akan menghubunginya nanti." Jawab Ken acuh sambil menerima piringnya dari sang ibu.
"Jadi mas belum menghubunginya sejak semalam?" Tanya Johan tak percaya melihat kakaknya yang terlihat tenang.
"Dia pasti ngerti kesibukanku." Jawab Ken meneruskan makannya.
"Itu berarti mas belum tahu apa yang terjadi dengannya semalam?" Tanya Johan menatap Ken tajam, entah kenapa dia marah pada kakaknya ini melihat reaksinya yang biasa-biasa saja terkesan acuh.
"Memang ada apa?" Tanya Ken mulai tertarik dengan ucapan Johan.
"Ck...ck... mas ya, seharusnya mas yang lebih tahu tentang apa yang terjadi." Ucap Johan kesal.
"Memang ada apa Johan?" Tanya ibunya yang sejak tadi hanya menyimak.
"Katakan!" Titah Ken memaksa menatap Johan dengan tatapan intimidasi.
"Kemarin ada yang mengasari mbak Karin." Jawab Johan ambigu.
"Yang jelas Johan!" Ken masih menatap tajam adiknya.
"Kalau aku tidak segera datang entah apa yang akan terjadi padanya...."
Hingga mengalirkan cerita tentang Karina yang hendak menemui supplier di sebuah cafe sehabis magrib. Johan juga menceritakan niatnya untuk mengantarkannya. Namun karena melihat Ken sudah pulang dia pun mengurungkan niatnya untuk mengantar. Tapi dia malah melihat Ken terlelap di kamarnya dengan ponsel mati.
Akhirnya Johan yang berinisiatif mewakili kakaknya yang kelelahan karena pekerjaan berniat untuk menjemput Karina untuk menemui supplier tapi Karina keburu sudah berangkat dan akhirnya Johan menyelamatkan Karina dari pria kasar itu.
"Lalu bagaimana dengan Karina? Bagaimana keadaannya sekarang?" Tanya Ken mendadak cemas dan panik. Dia merasa bersalah karena sibuk dengan pekerjaannya dan lupa menyalakan ponselnya.
"Mungkin sekarang sudah baik-baik saja. Aku juga sudah mengobati luka memar di pergelangan tangannya yang mungkin sekarang akan sedikit lebam terlihat." Jelas Johan membuat Ken langsung panik berdiri mencari ponselnya yang masih dimatikan karena diisi daya di kamarnya.
"Habiskan sarapanmu dulu Ken!" Suara ibunya tak dihiraukannya.
"Aku akan langsung menemuinya Bu." Jawab Ken yang sudah berlari ke kamarnya.
"Toh dia sudah diobati Johan, pasti dia baik-baik saja. Adikmu kan dokter spesialis terbaik." Johan yang dipuji ibunya entah kenapa tidak senang.
Dan Johan merasa perlakuan ibunya sedikit janggal lebih ketidak peduli pada Karina. Namun Johan segera menepis pikiran buruknya itu.
"Aku juga sudah selesai mau berangkat Bu." Pamit Johan yang sudah menghabiskan sarapannya.
"Hmm." Jawab Johan.
Flashback off
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus bahagia
2022-11-04
0