Karina merasakan gelisah malam itu dalam tidurnya. Berulang kali dia membolak-balikkan tubuhnya di ranjang kost nya. Meski sudah memiliki butik, Karina terlihat enggan untuk pindah ke tempat kost nya. Meski sebenarnya Ken sudah memaksa untuk pindah namun karena alasan sudah terlanjur nyaman membuat Ken tak mau memaksa calon istrinya. Namun dengan catatan setelah menikah dia harus mau diboyong ke rumah baru mereka meski tidak besar. Dan Karina mengiyakannya.
Selama Ken di luar kota mereka hanya saling berhubungan lewat pesan chat yang dikirim keduanya. Video call pun hanya beberapa kali karena Ken sangat sibuk dengan urusan pekerjaannya. Karina tak terlalu posesif dan mengekangnya selama itu untuk kebaikan mereka berdua.
Berulang kali Karina melirik layar ponselnya. Berharap notifikasi yang masuk adalah pesan chat dari kekasihnya. Yang katanya sedang dalam perjalanan pulang. Kemungkinan subuh dia akan sampai di apartemennya kalau perjalanan lancar. Sejak pukul delapan tadi Ken belum menghubunginya sama sekali. Dan ponselnya pun terlihat tidak online lagi.
Karina berusaha berpikir positif dan berdoa semoga tak terjadi apapun dalam perjalanannya. Namun entah kenapa dia merasakan firasat buruk malam itu. Hingga Karina pun beranjak dari ranjang menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu berniat shalat tahajud.
***
Ken terlelap begitu masuk ke dalam kamar hotelnya. Setelah selesai membersihkan tubuhnya di kamar mandi hotel, Ken langsung berbaring hingga lupa untuk mengisi daya pada ponselnya karena terlalu lelah dan kantuk.
Tok tok tok
Pintu kamar hotel diketuk dari luar namun tampaknya Ken masih tetap terlelap tak bangun meski mendengar ketukan dari pintu.
Pintu terdengar diketuk lagi dari luar membuat Ken tersentak sontak membuka matanya kaget. Ketukan pintu nyaris menyerupai gedoran hingga membuatnya terbangun dari tidur lelapnya.
"Ya?"
Cklek
Ken membuka pintu terkejut melihat siapa yang mengetuk pintunya.
"Ken, tolong aku Ken! Bisa antar aku pulang sekarang?" Pinta Celine dengan wajah sendu dan sedih dengan deraian air mata menangkupkan kedua tangannya di depan Ken memohon.
"Ada .. apa?" Tanya Ken kebingungan melihat wajah Celine panik dan cemas.
"Putriku sakit .. tolong antar aku pulang. Hari sudah larut, tak ada bus ataupun taksi yang lewat. Dan putriku harus segera dibawa ke rumah sakit. Aku mohon Ken!" Mohon Celine dengan tampang sedih, cemas, panik dan berusaha memohon dengan sangat pada Ken.
Ken yang awalnya mengira Celine mengada-ada tiba-tiba ponselnya kembali berdering.
"Halo, iya bi."
"Non Ine badannya semakin panas bu, tubuhnya menggigil. Saya harus bagaimana bu?" Ucap seorang wanita paruh baya yang sepertinya pengasuh anak kecil itu. Mereka sedang melakukan video call dan Celine hanya bisa menangis meratapi keadaan putrinya yang terlihat kesakitan.
"A.. aku akan segera pulang bi. Tolong jaga sebentar putriku bi." Pinta Celine masih dengan isakan tangis yang terdengar menyayat hati.
Ken yang awalnya tak percaya menjadi percaya melihat benar-benar seorang anak kecil sekitar usia empat sampai lima tahunan menggigil kedinginan sambil menyebut-nyebut nama ibunya. Yang bisa ditebaknya adalah anak Celine.
Tunggu, anak Celine? Jangan-jangan... tidak tidak... dia tak mengatakan apapun saat itu. Bukan... kau harus yakin itu Ken... itu kejadian sudah lama. Belum tentu...
"Ken kumohon!" Pinta Celine sekali lagi.
"Tunggu sebentar!" Lamunan Ken buyar. Dia langsung masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya. Tak lupa dia mengambil dompet dan ponselnya menghubungi pak Maman menanyakan mobilnya.
"Bawa ke lobi hotel, sekarang!" Titah Ken mutlak mematikan ponselnya melangkah menuju bawah hotel, di lobby tepatnya.
"Kita mau kemana tuan?" Tanya pak Maman membuka pintu belakang mobil.
"Kau pulang naik taksi. Aku akan pergi dengannya." Ken menunjuk Celine dengan dagunya.
"Ya?" Pak Maman yang tak paham terdiam melihat mobil dibawa majikannya dan dia ditinggalkan di lobby hotel.
"Untung saja semalam diberi uang lebih. Jadi aku bisa pulang naik bus, lebih ngirit biaya." Guman pak Maman tak menggubris apa yang sedang terjadi.
***
"Dimana?" Tanya Ken begitu mereka dalam perjalanan.
"Daerah bla...bla.." Celine menyebutkan alamat kontrakannya. Batin Ken terus bertanya-tanya tentang siapa anak itu. Namun dia tak mungkin bertanya melihat kondisi Celine tidak baik-baik saja.
Tak sampai satu jam mereka sampai, karena rumah kontrakan Celine dekat dengan kantor. Ken langsung memarkir mobilnya menuju sebuah gang. Mobilnya tak bisa masuk karena gang sempit, dan dia terpaksa jalan kaki mengikuti langkah Celine.
"Bagaimana bi?" Tanya Celine saat sudah melihat putrinya yang sudah lebih baik meski masih sedikit panas.
"Kita bawa ke rumah sakit. Biar diperiksa lebih detail." Titah Ken yang diangguki Celine sambil membopong tubuh putrinya namun langsung diambil alih oleh Ken.
"Papa... papa..." Lirih putri Celine dalam dekapan Ken yang ikut cemas melihat anak kecil itu demam.
"Bi, tunggu di rumah ya, nanti aku kabari bibi."
"Iya bu."
***
Setengah jam mobil tiba di rumah sakit terdekat dari kontrakan Celine. Ken langsung membopong tubuh gadis kecil itu dengan tergesa. Entah kenapa dia ikut cemas melihat keadaan gadis kecil yang memenuhi benak Ken itu.
"Terima kasih Ken. Maaf, sudah merepotkanmu." Ucap Celine saat menunggu di depan ruang UGD rumah sakit menunggu dokter memeriksa putrinya.
"Hmm." Ken hanya berdehem. Di benaknya masih banyak pertanyaan yang ingin dia lontarkan pada mantan kekasihnya ini. Namun melihat kondisi yang darurat membuat Ken menundanya.
"Pulanglah! Aku yang akan menjaganya. Sekali lagi terima kasih." Ucap Celine lagi.
"Aku akan pergi setelah memastikan dia baik-baik saja." Jawab Ken tegas tak mau dibantah. Celine hanya terdiam tak lagi mengusirnya.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
buk e irul
jangan jangan anak nya ken....
2023-03-20
0
fifid dwi ariani
trus sukses
2022-11-04
0
Dina Hafana
Anaknya Celine anaknya Ken?
2022-01-31
0