Ken benar-benar tak memperdulikan Celine selama mengurus pekerjaannya. Dia menjauh sejauh mungkin dari wanita yang sudah memporak-porandakan kehidupan masa lalunya hingga bertemu dengan Karina dan mulai melupakan masa lalunya. Namun setelah kemunculan Celine di depan matanya membuat Ken kesal dan marah. Makan hanya dengan tidak mempedulikan wanita itu Ken bisa melampiaskan kemarahannya.
Dia tak banyak berinteraksi dengan wanita masa lalunya itu. Dia bertemu dengannya Celine benar-benar murni karena pekerjaan. Tak jarang dia sedang membicarakan tentang proyek dan meeting yang dihadirinya. Ken terpaksa mengajaknya karena sekarang dialah sekretarisnya saat ini.
"Ken." Bisik Celine lirih saat mereka duduk berdua di mobil siang itu.
Mereka baru dari proyeknya dan makan siang untuk menutup pertemuan mereka. Dan kini keduanya hendak kembali ke perusahaan cabang milik Ken.
"Lebih cepat pak!" Titah Ken tak menggubris panggilan Celine. Dia sudah terlanjur benci pada wanita di sampingnya ini. Ken pura-pura menatap tabletnya mempelajari hasil meeting tadi. Dia tak akan membiarkan wanita itu mengusiknya lagi.
"Ken."
Ken menoleh tajam sambil menghentakkan pegangan tangan Celine pada jemari tangannya.
"Jaga batasanmu!" Teriak Ken tanpa sadar membuatnya seketika menyesal melihat Celina tersentak terkejut dengan reaksi Ken.
"Maaf." Sesal Celine kembali menarik jemari tangannya mengurungkan niatnya untuk bicara pada Ken.
***
Karina masih sibuk dengan butiknya yang semakin ramai. Dia sendiri memilih untuk belajar desain secara otodidak di internet. Dia mencoba goresan gambarnya yang disimpannya di tabletnya dulu. Dia juga mencoba membuat pakaiannya sendiri.
Prank
Suara benda pecah jatuh dari meja kerjanya. Karina menoleh pada fotonya dengan foto Ken jatuh berhamburan pecah ke lantai marmer di butiknya. Karina tersentak langsung berdiri memungut pigura itu. Foto keduanya saat baru mulai jadian beberapa tahun lalu. Entah kenapa perasaan Karina tidak baik. Karina terus mengucap istighfar sambil mengelus dadanya yang terasa tidak nyaman.
Karina langsung menyambar ponselnya untuk mengirim pesan pada Ken. Namun hingga panggilan ketiga kalinya tak dijawab. Karina semakin cemas saja dan bertanya-tanya kemana Ken? Dia terus menerus berdoa untuk keselamatan Ken. Dia sungguh cemas hal buruk terjadi pada calon suaminya.
***
Sementara itu Ken tersentak kaget saat Celine berani memeluknya dari belakang saat Ken masuk ke dalam ruangannya. Ken mengira Celine akan terus kembali duduk di mejanya yang ada di luar ruangan Ken.
"Lepaskan aku!" Sentak Ken marah. Namun pelukan Celine malah semakin erat tak berniat untuk melepaskannya.
"Aku merindukanmu Ken." Bisikan Celine yang terdengar menyayat hati membuat Ken sedikit goyah.
"Lepaskan aku! Semuanya sudah berakhir." Jawab Ken sudah tidak berteriak seperti tadi.
"Maafkan aku Ken, maaf...aku masih sangat mencintaimu Ken, hanya kamu." Ucap Celine masih dalam pelukannya.
"Maaf, aku sudah melupakanmu setelah melihat kau pergi dengannya. Dan kau sudah mati saat itu." Ken melepas perlahan pelukan Celine yang mulia melemah.
"Tidak Ken, tidak. Itu tidak seperti itu. Aku... aku yang meminta Leon untuk mengatakan padamu kalau aku sudah meninggal Ken. Tapi...tapi..." Ken langsung menatap Celine tajam dan dingin.
"Keluarlah! Aku sudah tak butuh alasanmu lagi." Ucap Ken menuju kursinya. Namun lagi Celine mencegahnya dengan memeluk erat tubuh Ken dari depan. Ken meronta dengan kasar tapi Celine tetap memeluk erat Ken hingga Ken terdiam tak membalas pelukan itu hanya mendiamkannya.
"Maafkan aku Ken, maaf... tapi cinta ini hanya untukmu Ken. Hiks...hiks..." Tangisan Celine mulai terdengar menyayat hati membuat Ken goyah membayangkan masa lalu mereka.
Flashback on
Ken saat itu begitu bahagia ingin melamar Celine kekasihnya yang sudah dipacari setahun. Dia membawa buket bunga mawar merah dengan kotak cincin di saku celananya. Bahkan Ken lah yang mengambil milik berharga wanita itu. Hingga Ken merasa bersalah dan hendak melamarnya untuk menjadikannya istrinya. Ken bahagia menjadi yang pertama untuk kekasihnya itu.
Bruk
Bunga itu terjatuh tepat di depan kost milik gadis yang sudah menjadi wanitanya itu.
Wajah Ken berubah merah padam melihat wanita yang hendak dilamarnya itu berpelukan mesra sambil berciuman di depannya membuat Ken seketika marah dengan tangan mengepal erat di sisi tubuhnya.
Bagh bugh
Bogeman mentah diberikan pada Leon sahabatnya yang telah berani memeluk dan menciumnya kekasihnya mesra. Ken tak percaya dia dikhianati oleh dua orang yang begitu dipercayainya.
Leon langsung terhuyung ke belakang karena bogeman mentah bertubi-tubi yang diberikan Ken dengan membabi buta. Celine berteriak histeris melihat Ken memukuli Leon dengan penuh amarah yang menggebu.
"Ken cukup! Hentikan! Kau bisa membunuhnya. Ken." Teriak Celine melerai keduanya.
"Brengsek kau Leon!" Umpat Ken kesal.
"Dan kau!" Ken menunjuk pada Celine.
"Dasar wanita murahan!" Ken langsung pergi meninggalkan keduanya setelah meludah di lantai dengan amarah masih berkobar di matanya. Celine hanya terdiam tak menjawab atau membalas umpatan Ken.
"Kau tak apa?" Tanya Celine membantu Leon berdiri dari duduknya karena bogeman mentah dari Ken.
"Setelah mendapat perlakuan seperti ini kau bertanya tak apa?" Ucap Leon.
"Maaf." Jawab Celine menundukkan wajahnya merasa bersalah.
"Kau puas melihat persahabatan kami hancur?" Ucap Leon berapi-api.
"Maaf."
"Tak ada hal lain yang ingin kau jelaskan!" Celine mendongak menatap wajah Leon.
"Aku akan mengobatimu." Celine langsung mengambil kotak obat di dalam kamar kost nya mengobati luka Leon.
"Setelah ini jangan libatkan aku dalam hubungan kalian." Ucap Leon berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan kost Celine.
"Maaf."
Flashback off
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus lancar rejekinya
2022-11-04
0