"Aku ingin mengajukan kerja sama dalam proyek barumu." Jawab Leon to the point dengan nada serius di wajahnya menatap Ken yang masih menatapnya curiga penuh permusuhan.
"Maaf, sepertinya kau terlambat." Jawab Ken dengan seringai di wajahnya.
"Aku menawarkan lebih besar, dua kali lipat dari yang ditawarkan oleh investor itu." Tawar Leon tidak menyerah.
"Sayangnya aku tak tertarik dengan uangmu." Jawab Ken acuh memang sedikit tertarik dengan uang yang ditawarkan. Namun dia tahu niat pria ini bukan seperti itu.
"Sayang sekali. Padahal aku menginginkan hubungan kita baik-baik saja seperti sebelumnya. Sepertinya aku salah menganggap dirimu sudah move on dari masa lalu." Ucap Leon berdiri dari tempat duduknya diikuti Ken masih dengan tatapan mata tidak bersahabat.
"Pintu keluar sebelah sana jika kau belum lupa arah." Sindir Ken tersenyum paksa.
"Baiklah. Sampai jumpa di lain kesempatan. Kudengar kau sudah punya pengganti mantan kekasihku?" Balas Leon dengan senyum seringai di bibirnya. Seolah dia ingin membalas seringai Ken.
Ken membeku sesaat meski segera mengendalikan perasaannya. Dia selalu mensugesti dirinya kalau semuanya sudah menjadi masa lalu. Dia hanya perlu menuju masa depan bersama seseorang yang sekarang akan dinikahinya yang tentu saja tanpa ada orang lain seperti dihadapannya ini.
"Maaf aku tidak bisa mengantarmu keluar." Jawaban Ken membuat Leon sedikit kesal karena tidak ditanggapi oleh mantan sahabatnya ini.
"Apa yang akan terjadi jika kekasih barumu mengetahui kisah masa lalumu?" Ken spontan berlari menuju tempat Leon berdiri menarik kerah kemeja Leon dengan penuh emosi.
"Aku tak akan memaafkanmu jika kau berani mengusiknya. Mungkin dulu aku mengalah padamu karena masih menganggapmu sebagai seorang sahabat yang bisa kupercaya, tapi sekarang jangan harap hal itu akan terjadi lagi. Camkan itu!" Ken menghentak kencang cengkeraman kerah di kemeja Leon dan langsung berbalik menatap ke luar jendela kaca ruangannya tak memperdulikan mantan sahabatnya itu.
Leon merapikan kemejanya sambil menatap punggung itu yang terlihat rapuh. Leon tidak bermaksud untuk mengingatkannya tentang masa lalu mereka. Dia murni datang untuk berdamai dengan satu-satunya sahabat yang selalu ada untuknya itu. Namun kesalahan masa lalunya mungkin tak bisa diperbaiki lagi.
Leon memilih meninggalkan ruang kerja Ken tanpa pamit. Dia akan berusaha untuk menemuinya lagi nanti.
Ken mengusap wajahnya kasar. Setelah mendengar bunyi pintu ruang kerjanya ditutup. Dia langsung terkulai lemas terduduk di lantai ruang kerjanya.
"Maaf... maafkan aku... sekarang biarkan aku menikmati kehidupanku sekarang. Maaf... maafkan aku... Celine." Bisik Ken dengan isakan tanpa suara.
***
'Maaf sayang, tadi aku makan siang dengan klienku. Ponselku tertinggal di kantor.' Jawaban pesan Ken saat melihat lima kali panggilan tak terjawab dari Karina.
'Iya mas, kukira ada apa sampai mas tidak mengangkat panggilanku.' Balas Karina.
'Maaf sekali lagi. Setelah ini aku ada meeting. Aku tak bisa memenuhi janjiku untuk makan siang bersama. Maaf.' Balasan pesan Ken.
'Iya mas gak papa. Kita bisa makan siang lain hari.' Ken merasa bersalah setelah membaca pesan terakhir calon istrinya. Setelah merenung beberapa saat tentang kedatangan mantan sahabat lamanya tadi. Ken tidak bisa berpikir jernih. Dan calon istrinya itu sangat peka terhadap dirinya. Makanya untuk saat ini dia berbohong agar tak membuat cemas Karina.
Baru satu kali ini dia berani berbohong padanya. Bukan maksudnya berbohong tapi dia benar-benar butuh sendiri dulu. Dia akan mengatakan semuanya suatu saat nanti jika dirinya siap. Dia sangat mencintai Karina, dia juga tak mau Karina berpikir macam-macam padanya.
"Maafkan aku sayang, maaf... suatu saat aku pasti akan mengatakan yang sebenarnya padamu. Maaf." Guman Ken menatap layar ponselnya dengan rasa bersalah yang sangat.
***
Karina pulang menuju kost annya saat membaca pesan dari kekasihnya yang membatalkan janji makan siang mereka. Karina langsung pulang. Meski dia sedikit kecewa karena pembatalan janji mereka. Karina berusaha menyadari kesibukan kekasihnya. Karena bisnis yang dirintis kekasihnya bersamanya mulai berkembang dan semakin besar.
Dan dia tahu kalau kekasihnya akan semakin sibuk mengurus pekerjaannya. Karena masih belum bisa menyerahkan tanggung jawab itu pada orang sembarangan.
"Karin?" Sapa seseorang yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
"Ya?" Karina menoleh menatap pria teman seangkatan kuliahnya.
"Boleh aku pinjam catatanmu tadi, aku belum selesai." Jawab pria itu malu-malu.
"Oh, boleh." Karina merogoh tasnya mencari buku yang dimaksud pria itu.
"Kau mau pulang?" Tanya pria itu basa-basi.
"Iya." Jawab Karina acuh sambil masih mencari-cari bukunya.
"Mau barengan? Kita kan searah?" Tawar pria itu ragu yang memiliki ketertarikan pada Karina meski dia tahu Karina memiliki seorang kekasih. Siapa yang tak mengenal Karina dan Keanu. Mereka adalah pasangan fenomenal di kampus mereka. Namun tampaknya pria itu tak menyerah sebelum janur kuning melengkung.
"Maaf, terima kasih. Aku sudah memesan ojek online. Mungkin sebentar lagi datang." Tolak Karina sopan sambil mengulurkan buku yang ditemukannya.
"Oh, begitu ya?" Jawab pria itu sedikit kecewa sambil menerima uluran buku Karina. Sebenarnya dia meminjam buku pada Karina hanya untuk basa-basi agar bisa ngobrol dengannya. Namun sepertinya dia gagal dan harus mencobanya lain kali.
Setiap dia akan mendekati Karina pasti tak ada kesempatan. Karena kekasihnya selalu mengantar jemputnya setiap hari dan selalu tepat waktu. Namun saat pria yang akrab dipanggil Edo itu melihat Karina sendiri di gerbang kampus. Edo mencoba untuk mendekati meski tahu Karina sudah mempunyai kekasih.
"Mungkin sebentar lagi." Jawab Karina sopan mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Dia tak menjemputmu?" Tanya Edo dengan berani. Karina spontan menatap Edo. Dan Edo juga menatapnya balik. Keduanya saling menatap dalam beberapa waktu yang langsung diputus Karina. Yang kebetulan ojek online nya datang.
"Permisi." Pamit Karina tanpa menjawab pertanyaan Edo. Edo menghela nafas panjang, dia harus rela mendapatkan kesempatan bicar sebentar dengan gadis yang dikaguminya diam-diam itu. Namun dia masih punya harapan untuk berbincang dengannya saat melihat buku yang sejak tadi dipeganginya adalah milik Karina.
"Semangat Edo, masih ada kesempatan lain." Guman Edo tersenyum cerah yang awalnya mendung.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trud ceris
2022-11-04
0