Acara lamaran malam itu berjalan lancar meski Ken datang terlambat tidak datang bersama ibu dan adiknya karena ada urusan yang mendesak. Berdasarkan persetujuan kedua belah pihak pernikahan akan diadakan dalam waktu dua minggu kedepan. Mungkin terlalu cepat untuk keduanya, namun hari baik terdekat ada di dua minggu itu.
Dan untuk hari baik berikutnya masih terlalu lama satu tahun kedepan dan hal itu langsung ditolak mentah-mentah oleh Ken memilih untuk pernikahan dua minggu lagi meski harus secepat itu. Kedua calon mempelai sepakat untuk melaksanakan pernikahan dengan mewah meski tidak terlalu mewah karena Karina yang menolaknya. Sederhana saja asal mereka sah secara agama dan negara.
Dan hal itu akhirnya membuat Ken mengalah dan menuruti keinginan calon istrinya.
"Meski pernikahan ini sederhana, aku harus mengundang seluruh rekan bisnisku Rin." Ucap Ken saat mereka sedang memilah-milah undangan pernikahan mereka setelah dua hari acara lamaran itu.
"Apa itu harus mas?" Tanya Karina polos.
"Tentu saja, bagaimana pun juga aku baru mulai merintis bisnis pasti akan senang sekali mereka yang ikut menjadi investorku untuk memberikan support pada pernikahan kita." Jelas Ken lagi membuat Karina mengangguk mengiyakan.
"Terima kasih sayang." Ucap Ken akhirnya, dia memutuskan untuk mengundang seluruh rekan bisnisnya dan mengadakan acara pernikahannya di gedung pernikahan miliknya di cabang ibukota.
"Aku harus kembali ke kantor, kau tak apa pulang sendiri? Aku akan menghubungi Johan untuk menjemputmu." Ucap Ken sambil meraih ponselnya menghubungi Johan meski Karina hendak menolak namun Ken keburu menjauh untuk menghubungi Johan.
"Nona mau pesan yang mana jadinya?" Tanya pihak pekerja yang mengurus pemesanan undangan mereka. Karina pun akhirnya menuruti apa yang dikatakan Ken dan pegawai itu mengiyakan pesanannya.
Karena fitting gaun pengantin, pemesanan undangan juga sudah, mereka seharusnya melihat gedung pernikahan juga pemesanan katering makanan untuk resepsi pernikahan mereka namun karena Ken sibuk dengan pekerjaannya yang hanya bisa cuti H-2 sebelum pernikahan.
"Aku pergi dulu, Johan sedang dalam perjalanan kemari, mungkin sepuluh menit lagi dia sampai. Tak apa kan?" Ucap Ken membuat Karina mau tak mau tersenyum paksa.
"Mas, hati-hati ya di jalan!" Pinta Karina, Ken tersenyum, dia pun pamit tak lupa mengecup kening Karina yang membuatnya tersipu malu karena pegawai yang mengurus pemesanan undangan mereka tadi masih di ruangan yang sama dengan mereka.
"Wah, mesra sekali kalian!" Puji pegawai itu setelah Ken menjauh. Karina hanya tersenyum malu mengalihkan pandangannya.
"Huff...huff.. maaf mbak, sudah lama nunggu ya?" Tanya Johan dengan nafas ngos-ngosan.
"Kamu dari mana terengah-engah gitu?" Karina mengernyit menatap Johan dengan nafas memburu.
"Aku lari kemari tadi, ban mobilku bocor jadi sekarang masih di bengkel. Mungkin gak sampai sepuluh menit sudah selesai." Jelas Johan sudah mulai tenang nafasnya.
"Ya ampun. Aku bisa sabar menunggu kok, kenapa kamu harus lari-lari." Jawab Karina menatap Johan meringis kasihan.
"Mas Ken bilang jangan lama-lama, jadi aku kan gak mau disalahkan." Jawab Johan beralasan. Pegawai yang menyimak percakapan mereka hanya diam menatap mereka dengan pandangan penuh arti.
"Kalau begitu saya permisi dulu mbak, makasih." Pamit Karina yang langsung diangguki pegawai itu ikut berdiri mengantar mereka keluar dari kantornya.
"Mbak tunggu disini ya, aku ambil dulu mobilnya." Ucap Johan.
"Kita sama-sama saja daripada nanti bolak-balik lagi kamu nya." Jawab Karina.
"Tapi jauh Lo mbak." Cegah Johan.
"Gak apa, sekalian jalan-jalan, mumpung cuaca cerah." Jawab Karina tersenyum langsung melangkah mendahului Johan.
"Tapi mbak..." Johan masih belum rela.
"Gak apa, pas sampai pas selesai kan waktu ganti bannya." Ucap Karina lagi tetap melangkah diikuti Johan dari belakang yang tersenyum senang entah kenapa dia merasa bahagia.
***
"Mas Johan brengsek banget sih, kita kan sedang kencan, seenaknya saja langsung pamit pergi. Padahal kan kita sudah meluangkan waktu libur beberapa waktu agar sama. Untung sayang." Gerutu Rani di dalam gedung bioskop tempat mereka yang seharusnya kencan saat ini dengan sambil mengomel-omel tidak jelas.
***
"Kamu benar sedang senggang saat ini?" Tanya Karina memastikan lagi.
Kini keduanya sedang dalam perjalanan menuju gedung yang ditawarkan oleh pihak WO kepada Ken. Johan dengan senang hati mengantar Karina kemanapun dia pergi sesuai perintah kakaknya Ken.
"Bener kok aku sedang sangat senggang." Jawab Johan yakin sambil fokus mengemudi mobil.
"Kamu gak ada jam praktek?" Tanya Karina masih belum yakin.
"Nanti sore aku prakteknya." Jawab Johan. dengan tenang. Karina langsung melirik jam tangannya menunjukkan pukul tiga sore.
"Kita tunda aja lihat gedungnya, kamu juga sebentar lagi kerja. Mbak gak mau kamu bolos karena mengantarkannya." Tolak Karina.
"Gak apa mbak, lagian baru jam berapa sih. Aku praktek habis magrib kok masih dua jam lebih lah." Jawab Johan sambil tersenyum melirik Karina yang masih mencemaskan dirinya.
"Tapi..."
"Itu sudah sampai." Potong Johan sambil berbelok untuk memasuki basemen gedung hotel milik Ken.
"Mbak akan merasa bersalah kalau sampai mengganggu pekerjaanmu." Ucap Karina menundukkan kepalanya merasa tak enak hati.
"Mbak kok gitu sih. Gak apa kali, nyantai ajalah." Ucap Johan tersenyum senang.
"Tapi..."
"Ayo mbak!" Johan turun dari mobil setelah memastikan dia parkir dengan sempurna. Karina terpaksa mengikuti langkah Johan yang sudah turun dari mobil dengan pintu yang dibukakan Johan.
"Terima kasih ya." Ucap Karina merasa bersalah menatap wajah Johan yang selalu tersenyum menatapnya.
Tanpa sadar Johan meraih jemari tangan Karina menautkan kedua jemari-jemari mereka untuk menuju gedung tempat upacara pernikahan kakaknya. Karina menatap bingung dan heran hingga tanpa sadar menepis jemari tangan Johan dan segera menariknya.
"Ah maaf mbak, refleks." Ucap Johan merasa bersalah dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Johan terdiam takut kalau Karina benci padanya karena refleksnya.
"Maaf, bukannya mbak menolak. Meski nanti kita sebagai ipar, kita tidak bisa jadi muhrim." Karina melangkah meninggalkan Johan yang serba salah dengan tatapan mata yang menjaga diri dari Johan.
Johan sendiri merutuki kebodohannya yang begitu menikmati kepergiannya dengan wanita yang semakin spesial di hatinya itu.
"Seharusnya kau tak sebahagia itu hingga membuatnya membencimu Johan. Kau sungguh bodoh." Guman Johan merutuki kebodohannya. Entah kenapa dia merasa nyaman saat berdua dengan calon kakak iparnya itu, meski seharusnya perasaannya salah. Seharusnya dia membuang jauh perasaannya itu karena dia tahu tak mungkin memiliki milik kakaknya itu.
"Kalau saja bukan kakakku, aku pasti akan merebut hatimu." Guman Johan lagi melangkah mengikuti Karina yang sudah antri di depan lift gedung.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Fi Fin
kok sama johan di pegang ga mau bukan muhrim kt nya tp pas sama ken di peluk di cium2 tanganganya ga apa2 gimana sih
2024-04-28
0
fifid dwi ariani
trus berusaha
2022-11-04
0