Hari itu sudah sebulan sejak lamaran Ken pada Karina. Selama itu pula keduanya sibuk masing-masing. Meski Ken tetap mengantar jemput seperti biasanya, namun tak ada waktu bagi mereka untuk membicarakan hal pribadi. Karina sibuk dengan skripsinya. Ken sibuk dengan perkembangan bisnisnya yang semakin menambah cabang di luar kota.
Meski kadang Ken sibuk di luar kota, dia meminta sopir pribadinya untuk mengantar jemput calon istrinya.
Dan malam ini dia akan mengajak istrinya itu makan malam di rumahnya dengan sang ibu. Apalagi hari ini adiknya pulang setelah wisuda kuliah di Oxford university London. Ken akan memperkenalkan keluarganya pada calon istrinya.
"Kau sudah siap?" Tanya Ken saat menjemput di depan kost Karina.
"A..aku...gugup mas." Jawab Karina benar-benar jemari tangannya kedinginan karena gugup. Ken tertawa melihat tingkah Karina yang menggemaskan itu.
"Kau kan sudah pernah bertemu ibu. Kenapa harus gugup?" Ucap Ken menenangkan Karina.
"Tapi kan... sekarang sebagai calon menantu." Bisik Karina di akhir katanya membuat Ken semakin gemas saja.
"Tak apa, ada aku disini. Semua akan baik-baik saja." Hibur Ken meraih jemari tangan Karina menguatkan. Karina sedikit tenang dan menganggukkan kepalanya yakin.
***
Tak sampai satu jam, mobil Ken memasuki halaman rumah ibunya. Juga ada mobil lain yang diparkir di halaman depan rumah. Karina menebaknya itu mungkin adalah mobil adik Ken.
"Sudah datang dia ternyata." Guman Ken membukakan pintu untuk Karina.
"Ayo!' Ajak Ken menggenggam erat jemari tangan Karina.
Karina hanya diam saking gugupnya. Dia bahkan tak melihat sekeliling mobil yang asing itu.
"Selamat datang kak." Sapa seorang pria muda muncul di depan pintu saat Ken membuka pintu depan rumah ibunya.
"Johan, apa kabarmu dek?" Sapa balik Ken sambil memeluk adiknya ala manly.
"Baik kak, kakak sendiri baik-baik juga kan?" Tanya Johan balik.
"Tentu saja." Jawab Ken sambil tersenyum sumringah.
"Siapa kak?" Tanya Johan melihat seorang gadis di belakang kakaknya.
"Perkenalkan, dia... ehm.. calon istri kakak. Namanya Karina." Perkenalkan Ken pada adiknya dengan malu-malu.
"Hai kakak ipar. Aku Johan." Sapa Johan dengan senyum manisnya dengan lesung pipi. Sambil mengulurkan jemari tangannya untuk berjabat tangan. Karina yang disapa kakak ipar merasa tersipu.
"Karina." Karina membalas uluran jemari tangannya.
Johan terdiam sesaat saat jemari di dalam genggaman tangan calon kakak iparnya. Entah kenapa seperti tersetrum. Johan menggelengkan kepalanya menatap jemarinya yang terlihat aneh menurutnya.
"Kau sudah datang Ken?" Sapa Ambar muncul di ruang tamu tempat kedua putranya berada.
"Selamat malam ibu." Sapa Ken memeluk tubuh ibunya sayang.
"Selamat malam sayang."
"Dia Karina Bu, aku sudah pernah mengenalkannya kan?" Perkenal Karina pada ibunya oleh Ken. Ambar menatap Karina dari ujung kaki hingga ujung rambut membuat Karina merasa canggung.
"Selamat malam Tante." Sapa Karina mengulurkan tangannya berjabat tangan. Ambar menerima uluran jemari itu dan tak lupa Karina mengecup punggung tangan calon mertuanya. Entah kenapa Karina merasa ibunya Ken tidak suka padanya. Namun saat melihat Ambar menerima uluran tangannya Karina segera menepis perasaannya.
"Ayo kita makan! Aku lapar Bu!" Ajak Johan menarik pergelangan tangan ibunya.
Kini mereka berempat makan malam bersama dengan harmonis di meja makan rumah Ambar. Percakapan didominasi oleh Ken dan Johan bercerita tentang pengalaman keduanya masih-masing. Ambar hanya menyahuti keduanya. Sedang Karina entah kenapa merasa seperti orang asing di rumah itu. Hanya kadang-kadang Ken yang begitu perhatian padanya.
Johan menatap interaksi kedua pasangan di depannya itu.
"Kak, kau membuat jiwa jombloku meronta saja." Ucap Johan dengan senyum bercandanya.
"Makanya cari pacar sana!" Jawab Ken yang diiringi deraian tawa bahagia di meja makan itu.
Kini mereka pindah berbincang di ruang keluarga. Dan lagi-lagi Ken dan Johan yang mendominasi percakapan dan Ambar menyambungi keduanya. Dan Karina lagi-lagi hanya terdiam menyimak percakapan mereka tak berani untuk bicara sepatah katapun. Malah dia terkesan diacuhkan oleh keluarga Ken.
Namun lagi-lagi Karina menepis perasaannya. Dia malah merasa senang karena tidak di tanyai macam-macam oleh Ambar tentang keluarganya mungkin. Oh iya, kenapa ibu mas Ken tak bertanya tentang keluargaku, bukannya aneh kalau aku tak ditanyai? Apa beliau sudah diceritakan oleh mas Ken? Batin Karina berkecamuk.
Dia maih setia menundukkan kepalanya sambil mendengar percakapan keluarga calon suaminya.
Johan, diam-diam memperhatikan calon kakak iparnya sambil terus berbincang dengan sang kakak. Namun dia tak punya kesempatan untuk melihat wajah calon istri kakaknya yang bahkan saat bersalaman dengannya tadi langsung menundukkan kepalanya lagi tak mu menatapnya.
***
"Kami pamit dulu Bu!" Pamit Ken pada ibunya.
"Iya hati-hati nak." Jawab Ambar ramah pada Ken.
"Saya juga pamit tante." Ganti Karina yang menyapanya. Yang hanya dijawab datar oleh Ambar tanpa senyum.
"Kamu akan pulang ke rumah kan nak?" Ambar langsung mengalihkan pandangannya pada Ken setelah membalas saliman Karina.
"Itu..."
"Adikmu kan pulang, kalian tak melepas rindu?" Sela Ambar penuh harap. Johan tak ikut mengantar, dia lebih memilih untuk tetap menonton televisi.
"Baiklah Bu. Ken akan pulang kemari nanti." Jawab Ken membuat senyum Ambar mengembang.
"Kau memang anak ibu." Keduanya tertawa, Karina hanya tersenyum sambil terus menundukkan kepalanya. Entah kenapa dia merasa sedih hari itu.
Kini keduanya dalam perjalanan pulang ke kost an Karina. Keduanya lebih banyak saling diam. Karina sendiri menatap ke luar jendela mobil.
*Apa ibu mas Ken tidak menyukaiku?
Entah kenapa aku seperti orang asing tadi .
Bahkan ibu mas Ken seperti tak memperdulikan aku.
Apa ibu mas Ken tidak merestui hubungan kami. Dan mas Ken nekat?
Tapi, mas Ken tidak seperti itu. Mungkin karena kami masih menjadi orang asing. Sebentar lagi aku akan menjadi istri mas Ken. Aku akan membuat ibu mas Ken menyayangiku sebagai menantu yang baik*.
Batin Karina tanpa sadar tersenyum sambil menatap ke luar jendela mobil.
"Kenapa senyum-senyum sendiri?" Tanya Ken ikut tersenyum melihat Karina tersenyum juga.
"Eh, enggak apa-apa mas." Elak Karina masih dengan senyuman yang disembunyikannya.
"Benarkah?"
"Iya... benar... aku hanya bahagia."
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus semangat
2022-11-04
0