Karina bersiap dengan pakaian miliknya yang sebenarnya, namun masih terlihat elegan. Ken, calon suaminya akan mengajaknya ke suatu tempat dan itu adalah surprise katanya. Hari itu weekend, Ken sengaja menyempatkan dirinya untuk libur karena memang ingin memberikan kejutan untuk calon istrinya itu.
Ken sendiri akan melamar Karina secara resmi bulan depan pada wali orang tua Karina. Siapa lagi kalau bukan ibu panti asuhan tempat Karina dibesarkan hingga saat ini. Hanya setelah dia mendapatkan beasiswa kuliah dia pun memilih untuk kost sendiri karena tak mau merepotkan ibu panti lagi. Selain itu jarak antara panti asuhan dengan kampus yang memberikannya beasiswa sangat jauh.
Demi menghemat transport, ibu terpaksa melepaskan anak asuhnya yang sudah mulai dewasa itu dengan berat hati. Ibu panti tahu Karina gadis yang pintar dan berprestasi sejak sekolah dasar. Dan kuliah adalah salah satu cita-citanya. Dan hal itu membuat ibu panti menjadi bangga dengan prestasi Karina.
Agar tak dipandang sebelah mata, ibu panti pun mengizinkan untuk kuliah mengejar mimpinya dengan beasiswa yang didapatnya dari pihak kampus.
"Kau.. cantik sekali." Ucap Ken saat Karina mendatangi mobilnya setelah keluar dari kost an.
"Terima kasih mas." Jawab Karina dengan pipi merona merah.
"Ayo!" Ken tersadar dari lamunannya karena terpesona pada Karina dan langsung membukakan pintu mobil untuknya. Karina hanya mengangguk dan masuk ke dalam mobil.
***
"Kita mau kemana mas?" Tanya Karina saat mereka dalam perjalanan.
"Rahasia." Karina pura-pura cemberut dengan jawaban Ken yang malah membuat Ken tergelak karena kekasihnya malah terlihat menggemaskan.
"Kau malah terlihat menggemaskan kalau seperti itu." Karina langsung memelototi Ken dengan wajahnya yang sudah memerah.
"Masih jauh ya?" Tanya Karina mengalihkan pandangannya karena malu pada perlakuan manis Ken.
"Sebentar lagi." Jawab Ken tenang, dia fokus pada kemudinya menatap jalan.
"Oh ya mas, kemarin aku bertemu dengan seorang pria."
"Siapa?" Seru Ken tak terima mendengar kekasihnya didekati pria lain. Ken sungguh tak rela.
"Dia tamu kampus mas, bukan hanya menemuiku pribadi." Jawab Karina menenangkan Ken yang terlihat marah padanya.
"Lalu apa maksudmu kau menemui seorang pria?" Tanya Ken masih tidak terima.
"Ya ampun mas, mas cemburu?" Goda Karina menatap Ken dengan senyum manisnya.
"Kau meragukan cintaku? Tentu saja aku cemburu melihat calon istriku didekati pria lain. Apalagi saat aku tidak di sampingmu." Jawab Ken dengan wajah merah padam karena marah.
"Maaf mas, aku cuma ingin menanyakan karena pria itu mengatakan dia adalah sahabat mas yang juga alumni kampus itu." Jelas Karina sambil menundukkan kepalanya merasa bersalah.
"Siapa? Sahabatku? Dia mengatakan hal itu?" Tanya Ken antusias dengan sorot mata tidak bersahabat.
"Namanya Leonardo kalau tidak salah."
Ckitt..
Ken tiba-tiba mengerem mobilnya mendadak, dan tentu saja hal itu membuat Karina tidak siap dan hampir saja dahinya membentur dashboard mobil untung saja dia memakai sabuk pengaman dengan benar.
"Ya ampun mas. Ada apa mas?" Tanya Karina sambil mengelus dada lega setelah itu menoleh menatap wajah Ken yang terlihat pucat.
"Mas gak papa?" Tanya Karina lagi mengelus lengan Ken lembut.
"Apa yang dia katakan padamu? Dia... tak menyakitimu kan?" Tanya Ken cemas menatap seluruh tubuh Karina yang mungkin saja terluka.
"Maksud mas siapa? Pak Leon?" Tanya balik Karina. Ken mengangguk masih menunjukkan raut wajah cemas.
"Memangnya kenapa dengannya mas, dia hanya memberiku kartu nama kalau-kalau setelah wisuda aku mau bekerja di perusahaannya." Jelas Karina masih merasa heran dengan reaksi Ken tentang Leon.
"Lalu, apa yang kau jawab?" Tanya Ken lagi.
"Aku hanya berterima kasih namun masih akan mempertimbangkan permintaannya." Jawaban Karina membuat Ken menghembuskan nafas lega.
"Boleh aku minta satu hal padamu sayang?" Tanya Ken penuh permohonan di matanya.
"I...iya mas."
"Setelah menikah, apa kau bersedia, hanya sebagai ibu rumah tangga saja di rumah?' Tanya Ken penuh harap.
"Kenapa mas?" Tanya Karina ragu.
"Ayo, kita pergi dulu!" Ajak Ken kembali menyalakan mobilnya. Setelah berhenti mendadak di tengah jalan, Ken langsung meminggirkan mobilnya tadi. Untung saja jalanan sepi, jadi tidak membuat lalu lintas kacau karena mendadaknya Ken berhenti di tengah jalan.
"Kemana mas? Mas belum jawab pertanyaan aku?" Tanya Karina.
"Setelah tiba di tujuan kita, kau akan tahu jawabannya." Karina hanya diam bersabar.
***
"Kenapa harus tutup mata mas?" Tanya Ken saat Ken menutup matanya demi menunjukkan kejutannya.
"Namanya juga kejutan, tentu saja harus ditutup dulu sayang." Jawab Ken.
Ken menyalakan lagi mobilnya dan berjalan.
"Mas, aku kok takut ya?" Tanya Karina sambil saling meremas kedua jemari tangannya.
"Percaya sama mas." Jawab Ken menggenggam jemari tangan itu.
Mobil berhenti di sebuah gedung yang tertutup tulisan close di pintu kaca. Sekitarnya juga banyak ruko berjajar rapi yang juga terlihat mewah meski tak semahal milik orang kaya. Namun masih terlihat pantas untuk kalangan menengah ke atas.
"Masih jauh mas?" Tanya Karina saat Ken sudah mematikan mobilnya.
"Ayo!" Ajak Ken menuntun Karina keluar dari mobil.
"Apa sih mas?"
"Nah, sudah sampai." Ken membuka tutup mata Karina. Karina membuka matanya perlahan menatap di depannya. Dia mengernyit heran melihat bangunan ruko dua lantai di tengah kota.
"I...ini maksudnya apa mas?" Tanya Karina masih belum mengerti.
"Ayo masuk!"
"Tapi mas..."
"Ayo!" Ken menarik jemari tangan Karina lembut.
Cklek
Ken membuka pintu kaca yang sudah dibukanya dengan kunci yang sejak tadi dikantonginya.
"I...ini tempat apa mas?" Tanya Karina tercengang dengan isi ruko itu. Banyak pakaian yang dipajang di manekin juga yang ada di rak-rak toko di dalamnya. Karina menatap sekeliling dengan takjub.
"Ini butik untukmu sayang." Jawab Ken membuat Karina sontak menoleh karena terkejut menatap Ken.
"Mak.. maksud mas?" Tanya Karina.
"Ini untukmu. Maaf, tidak terlalu besar, mas hanya bisa memberikan hadiah pernikahan sekecil ini untukmu." Ucap Ken merendah.
"Maksud mas, bagaimana mungkin sebesar ini mas bilang kecil. Ini bahkan sangat besar dan mewah mas."
"Kau suka?" Karina mengangguk antusias.
"Inilah jawaban dari pertanyaanmu. Setelah kita menikah, aku tak mau kau bekerja. Kau hanya perlu menghabiskan waktumu untuk berada di sini. Dan ... tentu saja sebagai pemiliknya." Jelas Ken membuat Karina menangis terharu.
"Makasih mas, terima kasih." Ucap Karina tak dapat menahan air matanya lagi.
"Ini tidak seberapa dengan kesabaranmu menemaniku mulai dari nol. Kau yang selalu sabar dan memberiku semangat saat aku terpuruk dan putus asa dengan usaha yang aku rintis. Kau juga yang membantuku setiap saat dan setiap waktu tanpa jenuh. Terima kasih sayang." Karina mengangguk.
Ken mendekap tubuh calon istrinya itu erat. Baru kali ini dia berani melakukan sentuhan pada kekasihnya setelah dua tahun menjalin hubungan.
"Ki...kita belum muhrim mas." Tubuh menegang Karina malah membuat Ken tergelak dan langsung melepas pelukannya.
"Kenapa kau terlihat menggemaskan sekali?"
"Mas." Seru Karina manja yang pipinya memerah malu. Ken malah semakin tergelak.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus berusaha
2022-11-04
0