Hari ini adalah wisuda Karina. Kenang-kenangan sebagai seorang mahasiswi yang lulus skripsinya dengan titel S1 dengan prestasi cumlaude.
Ken dan Johan adik Ken datang ke acara wisudanya. Namun calon ibu mertuanya tidak bisa hadir dengan alasan kurang enak badan. Namun entah kenapa Karina merasa kalau ibunya Ken memang tak menyukainya. Namun Karina segera menepis perasaannya itu. Dia berusaha berpikir positif kalau calon ibu mertuanya baik-baik saja.
"Selamat ya sayang." Ken mengulurkan buket bunga mawar merah untuk kekasih dan juga calon istrinya itu.
"Makasih mas." Karina tersenyum bahagia sambil menerima uluran buket bunga dari Ken.
"Selamat ya kakak ipar. Lulus dengan cumlaude." Ucap Johan juga memberikan sebuah buket bunga putih untuk Karina.
"Makasih ya dek." Jawab Karina tersenyum ramah pada Johan. Entah kenapa dada Johan berdesir melihat senyuman kakak iparnya.
Pasti ada yang salah dengan dadaku. Tapi benar tak apa-apa kok. Batin Johan balas tersenyum.
"Johan!" Seru seseorang di kejauhan. Ketiga orang itu menoleh bersamaan ke arah suara.
"Rina." Sapa balik Johan tersenyum pada gadis itu.
Gadis yang dipanggil Rina itu mendekati mereka ikut mengucapkan selamat pada Karin sambil mengulurkan sebuah bingkisan ucapan selamat pada ipar kekasihnya itu.
"Siapa Johan?" Tanya Ken penuh selidik dengan raut wajah curiga.
"Kenapa mas? Dia kekasihku. Kenalkan namanya Rani. Maharani. Dia juga kuliah di kampus ini semester empat." Perkenal Johan pada Ken.
Mereka pun saling berjabat tangan perkenalan.
Hingga akhirnya mereka pun berswa foto untuk kenangan mereka.
***
"Kau akan langsung mulai mengurus butikmu?" Tanya Ken setelah seminggu Karina wisuda.
"Iya mas. Toh aku hanya mengelolanya. Kan semua sudah maa persiapkan?" Jawab Karina tersenyum sambil menatap Ken yang fokus dengan kemudinya.
"Begitu lebih baik. Kau tak mau belajar desain? Bukannya kau dulu sangat suka menggambar pakaian?" Tanya Ken sambil sesekali menatap Karina.
"Mas masih ingat ya?" Tanya Karina tersipu malu.
"Aku selalu ingat momen kita bersama." Jawab Ken menatap Karina penuh cinta. Untung saja lampu merah sedang menyala dan Ken menghentikan mobilnya.
"Terima kasih mas, aku semakin cinta deh." Ken membelai pipi Karina dengan tatapan kasih sayang yang sangat.
Namun suara klakson membuyarkan keromantisan pasangan itu hingga akhirnya Ken melajukan mobilnya dengan perlahan.
***
"Oh ya, mungkin beberapa hari ke depan aku sibuk. Aku akan jarang menghubungimu atau mengantar jemputmu. Tak apa kan? Proyekku yang di luar kota sudah mulai." Ucap Ken penuh penyesalan.
"Ya gak papa dong mas, itu juga demi kemajuan proyek mas. Aku bisa pulang pergi naik taksi online." Jawab Karina masih terus menampilkan senyumnya.
"Aku akan minta Johan menjadi sopirmu nanti."
"Jangan mas! Gak enak aku, dia pasti sibuk dengan kekasihnya juga. Nanti aku akan minta tolong padanya jika mendesak saja." Tolak Karina langsung.
"Baiklah. Hubungi saja dia gak papa. Kalau dia menolak hubungi mas!"
"Iya mas." Jawab Karina tersenyum manis.
"Nanti setelah proyek yang ini kelar, aku akan segera melamarmu secara resmi pada ibu panti bersama ibu dan Johan." Ucap Ken mengecup punggung tangan Karina lembut.
Kini keduanya sudah sampai di depan ruko pakaian milik Karina, hadiah dari calon suaminya Ken. Hadiah pernikahan. Dan ruko mewah itu juga sudah diatas namakan Karina.
Entah kenapa Ken merasakan firasat yang tidak enak. Namun dia tak tahu apa, hingga dia dengan begitu mudah menghadiahkan kekasihnya yang sebentar lagi menjadi istrinya itu karena sudah menemaninya merintis usahanya mulai dari nol.
"Makasih mas. Makasih." Ucap Karina terharu dan bahagia.
"Kamu mau kan menunggu, mungkin gak sampai satu bulan." Karina mengangguk-angguk antusias.
"Baiklah. Masuklah! Aku ke kantor dulu."
"Iya mas, hati-hati."
***
Ken memasuki ruang kerjanya dengan senyum lebar menghiasi bibirnya. Dia sangat bahagia karena akan melamar kekasihnya sebentar lagi. Dia sudah tak sabar untuk menjadikan Karina halal untuknya. Namun dia tetap harus bersabar sampai proyeknya dimulai.
Tok tok tok
"Masuk!" Titah Ken yang sibuk mengerjakan berkas-berkasnya.
"Maaf pak, sekretaris baru bapak baru bisa datang besok karena ada kepentingan keluarga. Jadi dia besok langsung menuju lokasi proyek." Jelas Dewi sekretaris lama Ken yang seperti lagi resign karena melahirkan.
"Iya gak papa." Jawab Ken ramah.
"Kalau begitu saya akan melanjutkan pekerjaan saya sebelum besok resign pak." Ken hanya mengangguk mengiyakan.
***
Ken sudah menyiapkan beberapa pakaiannya untuk dibawa ke luar kota tempat proyeknya untuk membuka cabang hotel baru. Ken akan berangkat besok pagi-pagi sekali setelah subuh dengan mobil pribadi dan sopirnya.
"Mas Ken tumben masih sore sudah pulang?" Tanya Johan yang baru saja turun dari kamarnya untuk makan malam.
Ken sendiri memang akhir-akhir ini dia sering pulang malam dan lembur. Namun karena besok pagi-pagi sekali dia harus ke luar kota, dia memutuskan untuk pulang cepat dan beristirahat untuk berangkat besok.
"Besok mas akan ke luar kota tempat pembukaan proyek hotel cabang baru." Jawab Ken sambil makan.
Dan ibunya Ken, entah kemana, sejak sore tadi ibunya belum pulang. Saat Ken menghubunginya, katanya masih sibuk dengan teman-temannya entah melakukan apa. Ken memang membebaskan ibunya untuk melakukan apapun asalkan tahu batas. Bagaimana pun juga ibunya pasti kesepian setelah ditinggal ayahnya untuk selama-lamanya dan ibunya juga butuh hiburan.
"Oh..."
"Oh ya Johan. Mas minta tolong ya, kalau calon kakak ipar mu..."
"Widih, iya deh yang mau menikah." Sela Johan menggoda kakaknya sambil terbahak.
"Mas belum selesai ngomong main potong aja." Jawab Ken kesal meski dengan telinganya yang memerah karena digoda adiknya.
"Iya ...iya.."
"Tolong antar dia jika dia butuh sopir untuk pergi kemanapun! Mas tak bisa mengantar jemputnya. Karena mas mungkin akan menginap di luar kota beberapa waktu." Johan terdiam mencerna ucapan kakaknya. Yang sebenarnya dia sudah paham. Namun entah kenapa hatinya terasa ada yang mengganjal.
"Iya mas." Jawab Johan sambil mulai menyendok makanannya.
"Tapi tenang aja, calon istri kakak bukan tipe orang yang merepotkan. Mungkin akan sangat jarang dia akan meminta bantuanmu kalau benar-benar tidak mendesak." Ujar Ken tersenyum bahagia.
"Dasar bucin." Ken malah tertawa dengan ejekan adiknya.
.
. TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus berkarya
2022-11-04
0