Bab 20

Rafka buru-buru pergi ke rumah Aira. Rasa khawatirnya pada gadis itu membuat Rafka langsung menemui gadisnya, tidak peduli apakah Revan dan papinya juga ada di sana atau tidak.

Sesampainya di rumah Aira, Rafka langsung masuk karena pagar tidak dikunci. Di ruang tamu, semua orang terlihat kebingungan. Mereka kebingungan karena Aira hilang sejak sore.

"Tante, Aira di mana?" tanya Rafka saat melihat semua orang terdiam.

Papi Rizal berdiri, sejajar dengan Rafka yang lebih tinggi beberapa senti darinya.

"Kamu yang menyembunyikan Aira kan? Katakann! Di mana ia sekarang?" Papi Rizal menarik kerah hoodie Rafka, tetapi dengan sigap Rafka melepaskan tangan papinya dari pakaiannya.

"Aku ke sini justru ingin tahu kabar Aira. Dia di mana Pi?"

"Jadi, kamu juga nggak tau di mana Aira?" tanya Papa Tomy. Laki-laki itu sudah frustasi karena anak perempuannya menghilang, dan istrinya terus saja menangis, bahkan sampai pingsan.

"Aku nggak tau Om, tadi waktu Ay nelfon, aku pas lagi kerja. Dia nggak ninggalin pesan apa pun, ponselnya juga nggak aktif, makanya aku ke sini," jawab Rafka.

Revan yang sudah tahu bahwa Aira kabur, justru tidak menyangka jika Aira pergi sendirian. Revan pikir, Aira bersama Rafka.

"Jangan bohong kamu, pasti kamu kan yang sembunyikan Aira, ayo ngaku!" ucap Papi Rizal dengan kesal.

"Pi, jangan nuduh Rafka terus!" bela Mami Dinda yang ikut berdiri membela putranya.

"Coba Papi pikir baik-baik, kalau bukan karena Papi, semua ini nggak akan terjadi. Karena keegoisan Papi, Aira pergi. Kenapa aku terus yang disalahin?" Rafka menatap papinya dengan mata menyala. Ia bosan terus-menerus disalahkan untuk sesuatu yang tidak pernah ia lakukan.

"Lo juga egois Van. Kalau aja lo nggak diem aja, dan nolak perjodohan to*lol ini, Aira nggak akan pergi. Apa lo nggak bisa dapetin cewek lain dengan cara baik-baik? Lo lihat gue, gue yang dicap berandalan, nggak punya masa depan, tapi Aira lebih milih pacaran sama gue daripada sama elo yang perfect boy."

Tumpah sudah semua kekesalan Rafka. Cowok tampan itu menyigar rambutnya, lalu meminta izin untuk pergi mencari Aira.

Rafka menyusuri jalanan ibu kota. Ia sempat meminta bantuan pada temannya yang bisa melacak keberadaan Aira melalui telepon genggamnya. Sambil menunggu kabar dari temannya, Rafka terus berusaha mencari, karena gadis itu masih tidak bisa dihubungi.

Sampai akhirnya, Rafka mendapat kabar dari temannya, mengenai keberadaan Aira. Menurut informasi dari temannya, kemungkinan Aira sedang dalam perjalanan menuju Surabaya.

Mendengar informasi dari temannya itu, Rafka bergegas pulang untuk mengambil uang dan pakaian. Setelahnya, ia menuju terminal untuk bisa pergi ke Surabaya.

...****************...

Rafka mungkin pemuda bodoh, yang demi Aira sampai rela menyusul ke Surabaya. Akan tetapi, bagi pemuda itu, keadaan Aira yang pergi sendirian jauh lebih penting baginya. Untuk itulah ia nekat menyusul kekasihnya itu.

Pagi harinya, Rafka sudah sampai di Surabaya setelah menempuh perjalanan sepanjang malam. Di terminal yang masuk wilayah Sidoarjo itu, Rafka kebingungan harus mencari Aira ke mana. Ia beristirahat sejenak di teras masjid. Sampai akhirnya, temannya mengabari titik keberadaan Aira.

Dengan memesan ojek online yang kebetulan banyak mangkal di sana, Rafka menghampiri posisi Aira saat ini. Sebuah panti asuhan yang berada tidak jauh dari jalan raya.

Rafka merasa sangat lega saat melihat gadisnya sedang menyapu di halaman panti. Rafka menghampiri Aira yang belum sadar bahwa Rafka ada di sekitarnya.

Rafka berjalan pelan, sampai suara sepatunya pun tidak terdengar.

"Ay," panggil cowok itu setelah berdiri di depan pagar panti.

"Rafka." Aira terkejut melihat Rafka sudah berdiri di hadapannya. Dengan tas ransel yang di gendong di pundak kanannya.

"Ay, kamu ngapain di sini?" tanya Rafka.

"Aku nggak mau dijodohin sama Kak Revan, makanya aku pergi. Kok kamu bisa temuin aku di sini?"

Ibu panti keluar dan meminta Aira untuk mengajak Rafka masuk. Setelahnya, mereka berbincang cukup lama di teras panti.

"Ay, aku harus kasih tahu orang tuamu, kalau nggak mereka akan berpikir bahwa aku yang membawamu kabur."

"Nak Rafka benar Nis, kalau kamu nggak hubungi orang tua kamu, mereka akan berpikir Rafkalah yang menyembunyikan kamu."

Setelah berpikir cukup lama, Aira akhirnya mengizinkan Rafka menghubungi mama papanya.

"Ya udah, kamu telfon mereka, aku lupa nggak bawa charger hpku mati," kata Aira.

Rafka lalu memeriksa ponselnya, mencari sebuah nama yang telah lama ia abaikan. Setelah beberapa tahun, akhirnya nama itu ia cari juga.

Rafka menghubungi Abimanyu setelah beberapa tahun. Meskipun mereka bermusuhan, Rafka tidak pernah menghapus nama Abi dari daftar kontaknya.

"Lo masih simpen nomer gue ternyata," ucap Abi setelah menjawab panggilan Rafka.

"Lo juga, ternyata nomer gue nggak lo hapus," balas Rafka.

"Ada apa lo nelfon? Apa ada kabar dari Aira?"

"Gue udah nemuin Aira, dia ada di Surabaya sekarang."

"Serius? Gimana keadaannya sekarang?"

"Dia baik-baik aja kok, cuma kayaknya masih kesel aja. Gue akan bujuk dia supaya mau balik."

"Gue sama nyokap bokap akan samperin ke sana, lo tahan dia jangan sampek ke mana-mana."

Setelah mengatakan itu, panggilan telepon mereka terputus. Rafka dan Aira kembali terdiam.

Suasana panti lumayan ramai, anak-anak panti akan berangkat sekolah. Sedangkan para balita-balita diasuh oleh ibu panti dan pengasuh. Aira pun membantu menjaga seorang balita yang baru bisa berjalan, dia bayi termuda di panti ini.

"Apa dia juga anak yatim piatu?" tanya Rafka sembari menemani bayi perempuan itu bermain.

"Dia masih punya Ibu, waktu itu, ibunya datang ke sini nyerahin dia, pas dia masih bayi banget. Ibu panti bilang, dia lagi proses adopsi oleh orang tua angkatnya, semoga aja dia nemuin kebahagiaan." Aira mengusap rambut gadis kecil yang belum begitu tumbuh itu. Ia seperti mengingat kembali masa kecilnya sebelum bertemu orang tua kandungnya.

"Kamu juga Ay, kamu harus kembali sama orang tua kamu, apa pun yang terjadi, mereka tetap orang tua kamu, yang menyayangimu."

"Tapi aku nggak mau dijodohin sama Kak Revan, Raf. Aku nggak suka sama dia. Pokoknya, kalau mama papa masih maksa aku buat tunangan sama Kak Revan, aku nggak mau balik."

Kali ini, Rafka gagal membujuk Aira. Bahkan sampai sore hari pun Aira tetap pada pendiriannya.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan panti. Mama Sofia langsung berlari mencari Aira. Abi dan papanya menyusul di belakang mamanya.

"Aira, kok kamu ninggalin mama, mama khawatir sama kamu, Nak." Mama Sofia memeluk anak gadisnya yang sejak kemarin telah meninggalkan rumah.

Saat ini mereka berada di ruang tamu panti.

"Aku nggak mau pulang Ma, aku nggak mau tunangan sama Kak Revan."

"Papa punya ide lain supaya Rizal mau membatalkan pertunangan ini," ucap Papa Tomy.

Semua orang menatap Papa Tomy.

"Rafka harus menikahi Aira sekarang juga."

🦋🦋🦋🦋

Selamat siang gaess ada yang setuju nggak kalau mereka nikah.. Rafka mau nggak ya 🤧🤧🤧

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Banget malahan thor..👍👍👍

2024-01-22

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Yeeezzz Aku setuju 100000% 👍👍👍

2024-01-22

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Noh sekarang liat kan kalian siapa yg menemukan Aira..Anak yg kalian cap brandalan,yg kalian gak suka..

2024-01-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!