Bab 18

Try out untuk persiapan ujian telah dimulai. Siswa kelas sepuluh dan sebelas masuk siang, sehingga pagi ini hanya kelas dua belas saja yang masuk pagi. Seperti biasa, semenjak pacaran dengan Rafka, Aira selalu diantar jemput oleh cowok tampan itu. Hingga berita tentang hubungan keduanya sudah tersebar ke seluruh penjuru sekolah. Bahkan Pak Bambang yang menjadi guru sekaligus kesiswaan pun sudah mendengar berita itu.

Usai try out, Rafka langsung berlari keluar menghampiri kelas Aira. Hari ini mereka pulang pagi. Setelah menghampiri Aira, Rafka membawanya ke ruang kelas yang tidak terpakai, dekat dengan bengkel tempat praktik anak Teknik Kendaraan Ringan.

"Ngapain kita ke sini Raf?" tanya Aira setelah Rafka membawanya ke kelas yang kosong itu.

"Nggak apa-apa sih, cuma mau kasih ini aja!" Rafka menyodorkan sebatang coklat seharga tujuh ribuan, di atasnya ada bunga mawar yang entah Rafka petik dari mana.

"Apa ini maksudnya?" tanya Aira sembari menerima coklat dengan senyum-senyum.

"Kita kan habis try out, aku nggak mau kamu stres, makanya aku kasih coklat buat kamu," kata Rafka. Ia menopang kepala dengan satu tangan, matanya terus menatap gadisnya yang selalu saja terlihat cantik.

"Besok aku dapat lagi dong coklatnya?" tanya Aira. Sebenarnya ia tidak berharap mendapat coklat setiap hari, tapi Rafka mengartikan lain pertanyaan Aira itu.

"Gajiku belum begitu banyak Ay, aku kan masih belajar. SPP aja masih dibayarin Mami," curhatnya.

"Ya ampun Rafka, makasih ya udah kasih aku coklat, tapi kayaknya kamu juga butuh." Aira menyuapkan coklat yang telah ia buka itu ke mulut Rafka.

Rafka pun mau tidak mau menerima suapan Aira, mulut terbuka lalu menggigit coklat dengan kacang mede itu.

Aira tertawa, lalu memakan sendiri sisa gigitan dari Rafka. Rafka terus memperhatikan Aira, sampai tiba-tiba ia memberanikan diri untuk mencium pipi gadis itu.

"Rafka."

"Maaf Ay, aku nggak sengaja, tiba-tiba aja ...."

"Hayo loh, ngapain kalian di sini?" Deni sahabat Rafka tiba-tiba muncul dari jendela yang tidak tertutup. Kepalanya melongok untuk mengintip Rafka dan Aira yang memang hanya berduaan di kelas itu.

"Apaan sih Den, orang kita nggak ngapa-ngapain," jawab Rafka mengelak, padahal jelas-jelas ia baru saja mencium pipi Aira.

"Kita pulang aja yuk Raf, ada yang bilang kalau kita berduaan orang ketiganya itu setan."

Rafka malah tertawa terbahak-bahak. Padahal maksud Aira supaya mereka tidak tergoda untuk melakukan yang lebih, tetapi Rafka dan Deni mengira orang setan yang dimaksud Aira adalah Deni sendiri.

"Yuk Ay, aku juga nggak mau kamu dipengaruhi setan." Rafka menarik tangan Aira. Mereka berdua keluar dari kelas, sedangkan Deni menatap kesal dua sejoli dimabuk asmara itu.

Aira dan Rafka sudah ada di parkiran sekolah, begitu pun dengan Deni yang juga sudah berada di parkiran.

"Hei, kalian berdua mau kabur ke mana? Aku punya bukti yang bagus buat dikasih Pak Bambang," kata Deni sambil mengangkat ponselnya. "Raf, lo ternyata kalau udah pacaran bucin juga ya," ledek Deni sambil memperlihatkan layar ponselnya yang masih menyala.

Kebetulan, Deni berhasil membidik beberapa gambar Rafka yang menatap wajah Aira, bahkan saat Rafka mencium sekilas pipi gadisnya itu, Deni berhasil mengabadikannya.

"Eh monyet hapus nggak." Rafka berlari meninggalkan Aira, untuk mengejar temannya yang berhasil mencuri gambarnya.

Deni berhasil lari menyelamatkan ponselnya dari Rafka, ia berlari kencang di tengah lapangan, sampai menjadi tontonan beberapa adik kelas yang menjerit-jerit saat Rafka mengejar Deni di depan kelas para gadis-gadis multimedia itu.

Saat Deni melihat Pak Bambang yang melipat tangan di depan dada, cowo berambut cepak itu berhenti, dan masuk ke kelas kosong yang tadi dipakai Rafka pacaran dengan Aira.

"Apa yang lo foto?" tanya Rafka setelah berhasil menangkap Deni yang masuk kelas.

"Banyak, lo bucin banget sih sama dia." Deni melemparkan ponselnya yang langsung ditangkap oleh Rafka.

Rafka membuka galeri foto milik Deni yang tidak pernah dikunci. Ia tersenyum melihat gambarnya sendiri yang terlihat begitu mengagumi Aira. Lalu ia mengirimkan semua gambar itu ke ponselnya.

"Lain kali kalau ngambil foto, jangan teriak-teriak, bisa ngamuk si Ay. Gue aja nyium tadi udah dipelototin, bisa gawat kalau dia ngadu ke Ba*bi."

"Hahaha kasihan banget sih lo, harusnya udah dapat ci*pok malah kalau lo pinter bisa dapat enen." Deni tertawa terpingkal-pingkal saat tahu Rafka takut pada Aira, bahkan mencium pipi saja cowok itu takut.

"Mulut lo monyet!" Rafka melempar spidol yang ada di meja guru tepat mengenai muka Deni. "Dasar monyet mesum!" Rafka menggelatakkan ponsel Deni di meja, lalu meninggalkan sahabatnya itu untuk menemui Aira.

Sementara itu, Aira masih menunggu Rafka yang kejar-kejaran dengan Deni. Tiba-tiba seorang guru menghampirinya.

"Kamu anak pindahan dari Surabaya itu kan?" tanya sang guru.

"Iya, Pak." Aira menjawab sambil mengangguk pelan.

"Pacarnya Rafka?" tanya guru itu lagi.

Kali ini Aira hanya mengangguk pelan.

"Sayang ya, gadis pintar seperti kamu, kok mau maunya sama Rafka yang juara satu, kalau buat onar."

"Meskipun dia pembuat onar, tapi hati saya nyaman sama dia Pak."

Tanpa Aira dan gurunya tahu, Rafka mendengar percakapan mereka. Cowok tinggi itu berdiri di balik tembok dan menguping pembicaraan Aira dan guru yang masih sangat muda itu.

"Cowok itu harus punya masa depan, mau jadi apa kalau masih sekolah saja sudah suka buat masalah. Kenakalan apa yang tidak Rafka lakukan, semuanya pernah. Kalau bukan karena dia anaknya Pak Rizal Airlangga, pasti dia sudah dikeluarkan dari sekolah," kata guru itu.

"Bapak nggak ngajar? Lebih baik bapak ajari murid-muridnya biar nggak senakal Rafka. Urusan hati dan masa depan saya, biar saya sendiri yang tentukan," jawab Aira.

Rafka yang masih bersembunyi itu lalu tersenyum di balik tembok. Sampai Pak Bambang tiba-tiba muncul.

"Ngapain kamu senyum-senyum di sini? Bukannya pulang malah main petak umpet, kamu pikir ini sekolahan TK!" kata Pak Bambang.

"Nggak Pak, saya cuma lagi seneng aja, saya pulang dulu Pak, jaga kesehatan ya." Rafka mencium tangan Pak Bambang, membuat guru yang biasa menghukum Rafka itu jadi terheran-heran dengan sikap murid nakalnya.

Aira melihat kemunculan Rafka dari balik tembok, lalu ia meninggalkan gurunya dan berlari mendekati Rafka.

"Udah dapat fotonya?" tanya Aira.

"Udah kok."

"Udah dihapus kan? Gawat kalau ketahuan guru," oceh Aira yang membuat Rafka hanya tersenyum meliriknya.

Maaf Ay, aku simpan buat kenangan, kalau aku pernah berjuang dapatin kamu.

❤❤❤

Part uwuw dulu lah ya, biar nggak sedih. Sedihnya besok lagi aja 😅😅

Udah vote Babang Rafka belum?? Si Berandal uwuw aku 🥰🥰🥰

Terpopuler

Comments

nobita

nobita

aku jadi iri dg sikapnya Rafka ke Ayra...

2024-09-17

0

Santi Haryanti

Santi Haryanti

maraton baca .. tapi masih serasa nyesek aja ya walaupun udh baca part yng uwu

2022-01-26

0

It@️✨

It@️✨

aww so sweet😘❤❤

2022-01-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!