Bab 5

Rafka dan maminya sudah sampai di rumah Aira dan Abi. Mama Aira sendiri yang menyambut kedatangan tamunya dan mengajak mereka masuk ke rumah.

Kebetulan, Aira sedang mengerjakan PR Bahasa Indonesia di ruang makan, dan Rafka kegirangan karena hal itu.

"Tante, boleh saya ketemu Aira?" izin Rafka pada sahabat maminya itu.

"Oh, iya. Boleh, Aira lagi belajar," jawab Mama Sofia.

"Makasih Tan." Rafka langsung menghampiri Aira setelah mendapat lampu hijau.

"Abi di rumah juga. Sof?" tanya Mami Dinda yang sedikit khawatir putranya akan membuat masalah jika bertemu dengan Abi.

"Baru saja keluar sama temennya, udah nggak apa-apa, Rafka sama Aira kan satu sekolah, kita ngobrol aja yuk," balas Mama Sofia.

***

"Ay." Rafka tiba-tiba sudah duduk di samping Aira.

"Kok kamu di sini?" tanya Aira yang terkejut dengan kedatangan Rafka. Ia pikir yang datang ke rumah adalah Revan dan mamanya, kenapa malah Rafka yang datang?

"Belajar apa sih Ay?" tanya Rafka yang mengintip tulisan Aira.

"Ih, ditanya nggak dijawab, malah balik nanya," balas Aira dengan kesal, ia kembali fokus menulis tugas yang diberikan oleh gurunya tadi di sekolah.

"Aku di sini buat nemenin kamu, kamu makin cantik Ay," kata Rafka. Dia memandangani gadis di sampingnya yang memakai kaus warna toska dan juga celana jeans selutut, rambutnya dijepit ke atas, sehingga menampilkan lehernya yang putih.

"Rafka jangan ganggu aku deh, kamu nemenin Tante Dinda kan, ya udah sana sama mama kamu!" usir Aira. Ia tidak bisa fokus menulis surat lamaran kerja yang ditugaskan oleh guru Bahasa Indonesianya itu.

"Sama mama kamu aku diizinkan nemenin kamu kok," balas Rafka. Ia mengambil sepotong buah anggur yang ada di hadapan Aira.

Aira melotot karena kesal pada Rafka. Lalu, Mama Sofia dan Mami Dinda datang dari ruang tengah menuju dapur.

"Rafka, jangan gangguin Aira loh," kata Mami Dinda yang melihat raut kesal di wajah Aira.

"Aku nggak gangguin kok, Mi. Cuma pengen diajarin aja sama Aira, soalnya kelasku besok juga ada pelajaran ini," jawab Rafka sambil mengangkat LKS milik Aira.

"Wah, tumben kamu mau belajar Raf, bagus dong! Sebentar lagi kalian kan ujian, mami seneng kalau kalian mau belajar bareng," kata Mami Dinda.

Aira menoleh pada mamanya yang sedang mengambil sesuatu di kulkas. Ia ingat pesan sang mama yang melarangnya dekat dengan Rafka.

"Mi, kalau aku belajarnya sama Aira pasti aku bisa," balas Rafka.

"Alah, anak mami ini lagi nyari kesempatan ya," goda Mami Dinda.

Rafka hanya senyum-senyum dan itu membuat maminya yakin bahwa Rafka menyukai Aira. Sementara Mama Sofia terlihat tidak rela jika Rafka menyukai Aira.

"Aira, kalau pelajarannya sama, tolong bantuin Rafka ya, dia itu susah sekali kalau disuruh belajar," kata Mami Dinda.

"Aira minggu depan udah mulai bimbel Din, sama Abi juga," sahut Mama Sofia.

"Oh ya. Bagus dong Sof. Bimbel di mana? Nanti biar Rafka ikutan juga, kamu mau kan Raf?"

"Mau banget Mi, yang penting sama Aira."

"Bagus Rafka. Yuk Sof, kita tinggalin mereka, biar mereka bisa belajar." Mami Dinda menarik tangan Mama Sofia.

Mereka berdua meninggalkan Aira dan Rafka di meja makan. Ada rasa khawatir di hati Mama Sofia saat melihat Rafka yang dilihat dari tingakahnya kelihatan menyukai Aira.

"Ay,aku sebenarnya penasaran dari dulu mau tanya ini sama kamu. Keluarga aku sama keluarga Tante Sofia itu udah lama kenal, tapi aku nggak pernah tahu kalau anak Tante Sofia itu kembar. Kamu sebelumnya tinggal di mana?" tanya Rafka.

"Surabaya," jawab Aira singkat.

Rafka terus bertanya ini dan itu, tetapi jawaban Aira hanya seperlunya saja. Beberapa kali Rafka mulai menjahili Aira yang membuat gadis berambut panjang itu kesal.

"Kalau kamu ganggu terus, mending aku belajar di kamar," kata Aira yang sudah berdiri dan hendak membereskan buku-bukunya.

"Iya iya, jangan pergi. Di sini aja, biar jantung aku bisa berolahraga." Rafka menahan tangan Aira supaya tidak pergi.

"Ra, dia ngapain kamu?" Abi tiba-tiba datang, membuat tangan Rafka yang menggenggam tangan Aira, terlepas begitu saja.

"Nggak apa-apa kok, Bi." Aira kembali duduk di tempatnya semula.

Abi menarik kursi, dan bergabung dengan Aira dan Rafka.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Abi pada Rafka.

"Emang lo nggak lihat, gue nganterin nyokap," jawab Rafka.

"Biasanya juga lo ogah ke sini, kenapa sekarang lo ke sini? Lo kangen sama rumah ini?" tanya Abi dengan ekspresi yang terlihat mengejek Rafka.

"Gue ke sini karena nyokap dan Aira, nggak ada hubungannya sama rumah ini, apalagi sama lo," jawab Rafka yang mulai terpancing emosi.

"Stop! Kalian berdua ganggu belajarku tau nggak." Aira meletakkan bolpoinnya dengan kasar.

"Ra, gue ke kamar dulu, males ngeladenin orang nggak penting kayak dia." Rafka mengambil kunci motornya yang tadi diletakkan di meja, lalu meninggalkan Aira dan Rafka di meja makan.

"Dia lebih nggak penting," gerutu Rafka setelah Abi meninggalkan mereka.

"Kamu sama Abi kenapa sih selalu berantem kalau ketemu?" tanya Aira yang mulai tertarik bicara dengan Rafka.

"Kenapa kamu nggak tanya dia?" Bukannya bertanya, Rafka justru balik bertanya.

"Dia nggak mau jawab kalau soal kamu," jawab Aira.

"Aku juga nggak mau jawab kalau soal dia," balas Rafka.

"Oh gitu. Ya udah, kalau nggak mau jawab, aku ke kamar aja," gertak Aira yang kembali berdiri.

"Jangan!" Rafka menahan tangan Aira. "Oke aku cerita, tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Kita pacaran," jawab Rafka dengan cepat.

Aira langsung berdiri, membereskan buku-bukunya dan bersiap pergi.

"Iya iya iya Ay iya. Jangan pergi!" Rafka menahan dua tangan Aira.

"Ya udah cerita!"

Rafka menarik napas dalam dan mengembuskan dengan berat. Rasanya teramat malas harus mengungkit kenangan masa lalu yang membuatnya bermusuhan dengan Abi.

"Sebenarnya, sejak kecil kita temenan, udah kayak saudara banget. Pas kita mau lulus SMP, cewek yang dia suka nembak aku, tapi aku nolak cewek itu karena emang nggak punya perasaan apa-apa, dan itu menjadi awal permusuhanku dan dia."

Aira mencerna setiap kata yang diucapkan Rafka, hanya saja ia masih belum paham, kenapa mereka bermusuhan hanya karena masalah perempuan.

"Cuma karena itu?" tanya Aira yang belum puas dengan jawaban Rafka.

"Aku akan ceritain lengkap, detail tanggal dan waktunya juga asal kamu mau jadi pacarku." Rafka kembali menggoda Aira.

"Nggak mau," jawab Aira dengan cepat.

"Ayolah, nggak ada ruginya kan kalau kita pacaran."

"Enggak, Rafka. Aku nggak punya perasaan apa-apa sama kamu. Sama kayak kamu ke cewek itu."

"Oke nggak apa-apa, masih banyak waktu, tapi aku nggak akan melakukan hal bodoh seperti cewek itu."

"Maksud kamu Raf?"

🦋🦋🦋🦋

Ceilah, musuhan gara gara cewek 🙃🙃🙃 Mending Mas Abi sama aku aja 🤗😂😂😂😂

Jangan lupa jempolnya, hadiah dan vote juga boleh banget 🥰🥰🥰 Insya Allah nanti akan ada give away kayak novel novelku sebelumnya ya 🥰🥰🥰 Banyakin hadiahnya 😂😂😂 Sampai ketemu lagi 🤗🤗🤗

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

🤔🤔

2022-12-21

0

bunda syifa

bunda syifa

gmn caranya buah anggur d potong Thor 🤔🤔

2022-12-18

0

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

Rafka😅😅

2022-01-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!