Bab 16

"Abi, kalau ngomong yang sopan dong!" Aira merasa tidak terima karena Abi mengatakan bahwa Rafka adalah sampah masyarakat.

"Aku ngomong apa adanya Ra." Abi duduk dan bergabung bersama Aira, Rafka dan Papa Tomy.

Aira menatap sebal pada kembarannya yang mengatakan keburukan Rafka di hadapan papa mereka. Rasanya gadis itu benar-benar ingin membungkam mulut Abimanyu.

"Rafka, kamu tahu kenapa papa kamu menjodohkan Aira degan Revan bukan dengan kamu?" tanya Papa Tomy yang mencoba bijaksana di hadapan anak-anak muda itu.

"Mungkin karena Revan anak kesayangan papi, beda sama aku yang anak haram, Om."

Jawaban Rafka membuat Aira, Abi dan papanya saling pandang, tidak percaya kata-kata itu bisa dengan entengnya diungkapkan oleh Rafka.

"Rafka." Aira mencoba meraih tangan Rafka, tapi Rafka membalas dengan senyuman ganteng ala dirinya.

"Ay, aku akan berusaha untuk bisa menjadi pantas buat kamu. Aku dulu mungkin berandalan, tapi aku akan berubah, demi kamu Ay," ucap Rafka.

Aira seperti terhipnotis dengan ucapan Rafka. Sedangkan Abi melengos tidak ingin melihat wajah Rafka yang mengucapkan rayuan-rayuan gombal.

"Pa, kayaknya di sini kita obat nyamuk, suruh mereka pergi gitu Pa, pacaran di rumah si kambing congek nggak modal banget," ucap Abi yang mulai jengah melihat tatapan Rafka pada adiknya.

"Abi ih, jahat banget mulutnya."

"Aira, papa harap kamu bisa jaga diri, jangan kecewain papa mama." Papa Tomy melirik sekilas pada Rafka yang hanya tersenyum pada papa Aira itu.

"Pasti Pa."

"Rafka, jadi kamu sudah tau soal diri kamu?" tanya Papa Tomy.

Rafka mengangguk. Sejujurnya ia tidak banyak tahu karena maminya pun tidak banyak tahu soal kejadian yang membuat papinya membenci Rafka, tapi Rafka berusaha bersikap biasa saja.

"Bersikap baiklah pada papimu, om yakin sebenarnya papimu juga menyayangimu, Rafka."

*

*

*

Rafka dan Aira kini berada di tepi danau buatan yang tenang. Mereka duduk bersama hanya berjarak beberapa jengkal saja.

Rafka memperhatikan wajah Aira yang tersenyum melihat riak air saat ia melempar batu kecil ke dalam air tenang itu.

"Lucu ya?" tanya Rafka.

Aira menoleh dan melihat kekasihnya yang tengah tersenyum menatapnya.

"Apa sih Raf." Gadis itu tersenyum malu-malu karena ditatap begitu lekat. Rafka memang aneh pikir Aira.

"Aku heran, waktu Tuhan menciptakan kamu itu apa saat itu sedang terang benderang atau sangat gelap gulita," oceh Rafka. Cowok itu menopang kepalanya dengan tangan, matanya tidak luput dari gadis yang duduk di sampingnya.

"Apa sih nggak jelas tau nggak, emang kalau terang benderang kenapa? Kalau gelap gulita kenapa?" Aira ganti menatapnya, hingga pandang mereka bertemu untuk beberapa saat sebelum Rafka memalingkan wajah.

"Kalau terang benderang, kenapa kamu nggak ada celah keburukan, kalau gelap gulita, kenapa kamu begitu bersinar. Pasti Tuhan sangat bangga dan bahagia ketika selesai menciptakan kamu. Karena kamu sangat sempurna Ay," ucap Rafka yang membuat Aira geleng-geleng kepala.

"Kenapa Ay? Garing ya."

"Garing banget, udah ah jangan gombalin aku terus, nanti kamu bosen sama aku."

"Nggak akan Ay, kamu terlalu asyik yang nggak akan bisa membuatku bosan."

"Aku mau beli minum dulu, dengerin gombalan kamu bikin haus." Aira berdiri, membersihkan celana bagian pantatnya yang kotor karena duduk di tanah tadi.

Rafka ikut berdiri, lalu cowok tinggi itu mengikuti Aira di belakang.

Danau yang mereka datangi, sebenarnya adalah bagian dari sebuah kampus. Setiap hari minggu selalu ramai dikunjungi anak-anak muda, karena tempatnya yang sejuk dan sangat cocok untuk bersantai bersama pasangan.

Aira sampai di sebuah minimarket yang ada di seberang kampus. Saat akan masuk ke minimarket itu, tiba-tiba seorang wanita keluar terburu-buru hingga menabrak Air yang hampir jatuh. Beruntungnya, Rafka dengan sigap menahannya.

"Hati-hati dong Bu, kalau pacar saya jatuh gima—" Rafka tiba-tiba mematung saat melihat wajah wanita yang menabrak Aira itu.

Wanita itu juga sama terkejutnya dengan Rafka, pandangan mereka bertemu.

"Tidak tidak mungkin," batin Rafka saat merasakan sesuatu yang sepertinya tidak asing dari wanita berpakaian modis di hadapannya itu.

Aira melihat ke arah Rafka, lalu bergantian menatap wanita yang tadi menabraknya. Pikirannya melayang, sepertinya yang dipikirkan Rafka saat ini, terlintas juga di otak Aira.

"Permisi." Wanita itu berjalan terus dan mengabaikan Rafka yang masih mematung.

Wanita berpostur tinggi, cantik dan berpakaian trendi itu kemudian masuk ke mobil, lalu mobil merah itu melaju meninggalkan Rafka dan Aira.

"Raf, wanita itu." Aira menunjuk mobil yang sudah meninggalkan lokasi mereka.

"Udah buruan, katanya haus." Rafka mendorong pelan tubuh Aira, Rafka juga mendorong pintu minimarket supaya mereka bisa masuk.

Setelah membayar, mereka duduk di kursi teras yang tersedia di depan minimarket itu.

"Raf, kamu tadi lihat wanita itu kan?" tanya Aira.

Rafka hanya tersenyum tipis, meminum bagiannya lalu menunduk sebentar.

"Jelaslah, dia orang yang nabrak kamu tanpa minta maaf Ay, jelas aja aku lihat mukanya," jawab Rafka, ia berusaha menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba jadi tidak normal saat mengingat wajah wanita tadi.

"Raf, maksud aku bukan itu. Apa kamu nggak merasa dia mirip banget sama kamu? Mata, hidung, bibir, kulitnya pun mirip kamu Raf." Aira mendadak jadi khawatir setelah melihat wanita yang memang ia curigai sebagai ibu kandung Rafka.

"Kenapa kamu perhatian sama orang lain Ay, walaupun aku kembar kayak kamu, tapi yang mencintai kamj cuma aku, ingat itu."

"Rafka, kok kamu bercanda terus sih."

Rafka tersenyum, ia senang melihat wajah kesal Aira yang menurut Rafka terlihat imut dan menggemaskan.

"Ya terus, aku harus marah-marah gitu?" tanya Rafka.

"Rafka. Kamu aneh nggak sih lihat wanita tadi, kenapa mirip sekali sama kamu?"

"Cuma mirip Ay, nggak usah dipikirin. Pikirin aja biar kita bisa bersatu. Oh iya, papa kamu setuju sama hubungan kita kan Ay?"

"Nggak tau, papa sama mama kan sebenarnya takut kalau aku pergi lagi dari mereka Raf, makanya mereka mau ngelarang kita juga mikir-mikir lagi."

"Oh iya Ay, kok kamu bisa terpisah sama orang tua kamu sih?"

"Kata mama sih, aku dulu diculik sama baby sitter yang ternyata kerjasama dengan musuh papa, dan aku dibawa ke berbagai kota untuk meninggalkan jejak, sampai akhirnya yang terakhir aku dibawa ke Surabaya itu Raf."

"Jadi, kamu diculik?"

"Ya begitulah, kalau kamu, kenapa kamu bilang kamu anak haram? Apa Papi atau mamimu selingkuh? Atau malah kamu bukan anak kandung mereka?"

🦋🦋🦋🦋

Selamat malam, aku usahakan update terus ya. Jangan lupa jempolnya. mon maap kurang greget, otak lagi blank 🤣🤣

Jangan lupa jempolnya 🥰🥰

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

😲😲

2022-12-21

0

Bunda Alza

Bunda Alza

apa kuwi mboke kandung Rafka🤔🤔🤔

2022-02-03

0

Bunda Alza

Bunda Alza

meleleh hati adik bang 😍😍😍😍

2022-02-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!