Bel pulang berbunyi, para siswa keluar dari kelas masing-masing. Begitu pun Aira, gadis cantik itu keluar dari kelas bersama Vanya. Mereka baru kenal tapi sudah cukup akrab. Berjalan menyusuri teras kelas yang menjadi jalan terdekat menuju gerbang.
"Ra, kamu dijemput?" tanya Vanya.
"Iya, aku dijemput kembaran aku," jawab Aira.
"Kamu kembar?" Vanya melongo, menatap Aira dengan mata berkedip-kedip. Mereka berhenti di depan kelas XII KR 1.
"Iya, biasa aja mukanya Van," jawab Aira.
Seorang siswi menabrak mereka sampai Aira hampir membentur pintu. Rafka yang kebetulan ada di dekatnya langsung menangkap tubuh Aira.
Rafka menunduk, mentap mata Aira yang juga menatapnya. Dua netra berwarna coklat terang itu saling beradu. Jantung mereka mulai berpacu di atas normal.
"Ini cewek cantik juga, apa dia bisa terpikat dengan pesona gue." Rafka terpukau dengan kecantikan yang dimiliki Aira, siswi baru di sekolahnya.
"Ini cowok kayaknya berandal juga, kalung tengkorak, rambut diwarna, aroma rokok, dan apa itu di telinganya, anting?" Aira mengoceh di dalam hatinya.
Rasa kagum yang tadi pagi sempat menghinggapi hatinya tiba-tiba ia tarik kembali. Tampan saja tidak cukup, apa lagi cowok Jakarta pasti lebih parah dari cowok Surabaya. Itu yang Aira pikirkan sampai ia tidak sadar bahwa banyak pasang mata yang memperhatikan adegan yang terbilang romantis itu.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Rafka, ia akhirnya angkat bicara setelah beberapa saat terpaku dan membisu.
"Nggak apa-apa." Aira melengos setelah memperbaiki posisinya.
Sayangnya, Aira tidak bisa menghindari Rafka dengan mudah karena ternyata, kalung yang Rafka pakai tersangkut di kancing baju Aira.
Rafka yang lehernya tertarik, secara otomatis menempel pada Aira, dan tanpa sengaja malah mencium pipinya. Sontak saja hal itu membuat siswa-siswa lain yang melihat jadi bersorak-sorak.
"Ih apa sih." Aira mengusap pipinya yang baru saja dicium cowok paling tampan seantero sekolah—Rafka.
"Gue Rafka." Rafka mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Aira.
Aira tidak menggubris. Dia masih kesal dengan sikap Rafka yang menciumnya, tanpa ia tahu itu bukanlah sebuah kesengajaan.
Kalung yang tersangkut di kancing seragam itu ternyata susah sekali dilepaskan Aira.
"Kalau lo tarik, kancing lo yang lepas," seru laki-laki yang masih berdiri di samping Aira.
"Ya udah lepasin," balas Aira yang tidak menginginkan kancing seragamnya yang baru dibelikan mamanya terlepas.
"Nama lo siapa? Gue lepasin, setelah lo kasih tau nama lo. Lo murid baru kan?"
"Aira." Jawaban itu sangat singkat dan terdengar ketus, tapi Rafka malah menyukai ekspresi Aira.
"Oke Ay, inget baik-baik nama gue Rafka. Ay-Aira, sebentar lagi jadi Ay-Ayang." Suara sorakan kembali terdengar.
"Heh, sirik aja, balik sono ngapain nonton live calon couple goals mesrah-mesrahan?" Rafka mengusir teman-temannya dan juga siswa-siswi yang lewat depan kelasnya.
"Apaan sih, buruan dong lepasin kalungnya."
Getaran di saku rok membuat Aira merogoh benda pipih yang baru beberapa hari ini menjadi miliknya.
Satu nama muncul di layar ponselnya, membuat senyum Aira terbit di wajah cantik itu.
"Ayo lepasin kalung kamu, aku nggak rela kalau kancing aku lepas ya." Aira mengomel pada Rafka sebelum akhirnya menjawab panggilan di ponselnya.
Rafka mencebik. Sebenarnya dia bisa saja melepaskan pengait di kalungnya itu, tapi dasar Rafka ingin mencuri kesempatan, akhirnya dia mengurai kalung itu tanpa melepas pengaitnya.
Aira masih sibuk menerima telepon saat Rafka semakin dekat dengan leher bawahnya.
"Ya, Bi."
"Ra, aku udah di depan, teman-teman kamu udah pulang nih, kamu di mana?" tanya Abi yang menelepon Aira.
Rafka mendengar suara laki-laki yang menelepon Aira. Dengan sengaja ia berlama-lama, seakan sangat sulit melepas kalungnya, padahal tidak.
"Aku masih di kelas, bentar lagi keluar kok, tungguin ya." Aira sedikit berbohong, padahal dia ada di depan kelas Rafka yang cukup dekat dengan gerbang sekolah.
"Ya udah, aku tunggu dekat pos satpam ya."
"Oke, Bi."
Aira memasukkan ponselnya kembali ke saku rok. Ia melirik Rafka yang masih melepaskan kalung di kancing seragamnya.
"Bisa nggak sih?" tanya Aira.
"Bisa, bisa, ini udah bisa." Rafka menggenggam tali kalung yang sudah lepas dari kancing seragam Aira.
"Oh." Aira berbalik badan.
"Ay, tunggu!" Rafka mencekal pergelangan tangan Aira.
Aira menatap tidak suka pada tangan mereka. Lalu, Rafka cengar-cengir dan berkata, "Gue anterin pulang yuk!"
"Nggak usah, makasih!" Aira berjalan cepat meninggalkan Rafka, setelah melepaskan tangannya dari cekalan tangan Rafka.
Memang sih, Rafka ganteng, tapi sepertinya dia bukan cowok baik-baik.
Aira sampai di tempat Abi menjemputnya. Cowok yang mengenakan seragam dari sekolah lain itu memakaikan helm di kepala Aira.
"Aira," panggil seseorang yang membuat Aira dan Abi menoleh.
"Rafka," gumam Abi.
Aira sedikit terkejut saat menyadari bahwa Abi mengenal Rafka.
"Kamu kenal dia?" tanya Aira pada Abi.
"Jangan dekat-dekat dia, dia bukan cowok baik-baik, jangan tertipu sama muka gantengnya yang keliatan polos," kata Abi. Dia memandang tidak suka pada Rafka yang berjalan mendekati mereka berdua.
"Ay, pulang bareng gue yuk!" ajak Rafka.
"Lo nggak lihat, dia udah pakek helm dari gue, itu artinya dia pulang bareng gue," sahut Abi dengan nada tidak terima.
"Siapa elo ngatur-ngatur Aira. Yuk Ay, pulang bareng gue." Rafka mengedipkan mata pada Aira.
"Aku pulang bareng Abi." Aira hendak naik ke motor Abi, tetapi dengan cepat Rafka menahan gerakannya.
"Kenapa? Dia itu anak SMA 5, musuh sekolah kita. Lo nggak takut dimusuhin satu sekolah gara-gara dia?" tanya Rafka, tangannya menunjuk pada Aby diiringi tatapan tidak suka.
"Oh, jadi ini alasan Abi melarangku sekolah di sini, tapi kata Mama semua akan baik-baik saja. Cuma sekolah ini yang bagus dan sesuai sama jurusanku sebelumnya," batin Aira.
"Ketua gengnya kan elo, dasar kang onar," ejek Aby.
"Stop! Stop! Stop!" Aira merentangkan kedua telapak tangannya tepat di hadapan Abi dan Rafka. "Bi, ayo kita pulang! Jangan ladenin dia!"
"Aira tunggu!" Rafka mencekal tangan Aira yang hendak naik ke motor Abi.
"Apa lagi sih, udah deh stop jangan ganggu aku!" Aira menepis tangan Rafka.
"Apa lo pacaran sama dia?" tanya Rafka.
Abi tertawa terbahak-bahak. "Lo suka sama Aira?"
"Kalau iya kenapa? Gue bukan elo yang cuma diem aja kalau suka sama cewek, dasar pengecut!" Rafka mendekat pada Abi.
"Jangan mimpi lo bisa dapatin Aira, karena gue nggak akan pernah restuin lo." Abi menarik kerah seragam Rafka. Mereka berdua bertatapan saling membenci.
🦋🦋🦋🦋
Desember ini slow update, Insya Allah Januari akan update setiap hari 😘😘😘
Salam Sayang, jangan lupa jempol sama komentarnya, kembang sama kopi boleh juga 😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
nobita
ya ampun semakin seruuu aja nih...
2024-09-16
0
Qaisaa Nazarudin
Waahh belom apa2 juga udah tetikat,udah ada kode tuh..😄😄😜
2024-01-22
0
Ney Maniez
mampir
2022-12-21
0