Rafka sekarang telah bekerja. Meski ia masih sekolah, tapi karena dia bekerja di perusahaan temannya, pekerjaannya tidak mengganggu waktu sekolahnya sama sekali.
Semenjak bertengkar dengan papinya, Rafka tinggal di rumah kakek neneknya—orang tua dari papinya. Jiwa mudanya yang mudah tersinggung dan mudah terpancing emosi membuatnya kabur dari rumah dan memilih tinggal bersama kakek nenek.
Cowok tampan berkulit putih itu sedang mencuci motornya di halaman rumah sang kakek, kebetulan hari ini libur sehingga Rafka bisa memiliki lebih banyak waktu untuk bekerja.
Tiba-tiba mobil mewah warna hitam berhenti tepat di halaman rumah sang kakek. Tanpa melihat pengemudinya, Rafka sudah bisa menebak bahwa itu mobil papinya.
"Rafka, mami kangen," kata Mami Dinda yang langsung memeluk Rafka begitu ia keluar dari mobil suaminya.
"Rafka juga kangen Mi." Rafka memeluk wanita yang sangat menyayanginya melebihi ibu kandungnya.
Sang papi yang melihat adegan plukan anak dan ibu itu hanya melengos tanpa bertanya pada Rafka mengenai kabarnya selama tinggal di rumah kakeknya.
"Papi sehat kan Mi? Jangan bertengkar dengan Papi, Mi." Rafka mengurai pelukan hangat sang ibu yang selalu membuat ketenangan di hatinya.
"Mami puasa ngomong sama papi kamu, mungkin mami akan tinggal di sini juga."
"Jangan gitu Mi, Papi sama Revan butuh Mami, aku di sini masih ada kakek sama nenek."
"Tapi Mami juga butuh anak mami. Mami kangen kamu, Rafka."
"Nanti kalau aku udah bisa bayarin skin care sama belanjaan Mami, aku pasti jemput Mami. Sekarang Mami habisin duit Papi dulu, biar Papi nggak isa habisin sama perempuan lain."
"Dasar kamu tuh. Masuk yuk Raf!" Mami menggandeng lengan putranya untuk masuk ke rumah sederhana milik kakek nenek Rafka yang halamannya dipenuhi tanaman hijau.
Setelah masuk, Rafka memilih duduk di samping maminya yang memilih duduk berjauhan dengan suaminya. Papi Rizal hanya melirik Rafka sekilas, lalu kembali memalingkan wajah.
"Pa, aku ke sini cuma mau bilang, kalau aku dan Tomy akan menjodohkan anak-anak kami," kata Papa Rizal yang membuka percukapan.
"Anak Tomy yang mana? Yang kembar itu? Apa dia sudah ketemu?" tanya kakek Rafka.
"Iya Pa, dia udah ketemu, dan akan kami jodohkan dengan Revan."
Kakek terkejut mendengar ucapan Papi Rizal itu. Beliau memperhatikan Rafka sebentar sebelum akhirnya kembali menatap putranya.
"Papa memang sudah sangat yakin bahwa gadis itu akan kembali, tapi kalian tidak bsa menjodohkannya dengan Revan, karena papa dan papanya Tomy sudah menjodohkan gadis itu dengan Rafka. Ramalan bintang dan perjodohan mereka sangat kuat."
"Apa? Rafka?" Papi Rizal melirik putra bungsunya. "Kenapa harus dia?"
"Karena perhitungan kami memang lebih cocok dengan Rafka. Pernikahan mereka akan membawa banyak kebaikan."
Kakek Rafka dan kakek Aira dulunya sama-sama memiliki keahlian dalam menghitung ramalan perjodohan. Oleh karena itu, saat mengetahui ramalan Rafka dan Aira sangat cocok, mereka langsung menghitung dan merencanakan perjodohan, sayangnya Aira diculik oleh
"Itu hanya ramalan kuno, Pa. Aku dan Tomy akan tetap menjodohkan Aira dan Revan. Orang tua mana yang sudi jika anaknya menikah dengan cowok berandalan yang hanya bisa membat malu keluarga." Papi Rizal memandang Rafka dengan tatapan mengejek.
"Kenapa sih Papi benci banget sama aku? Apa karena wajahku mengingatkan Papi dengan semua dosa-dosa Papi?" tanya Rafka yang tidak tahan dengann tatapan papinya yang selalu meremehkannya.
"Tutup mulut kamu Rafka!"
"Ingat Pi, aku juga nggak pernah minta dilahirkan dar benih laki-laki menjijikkan seperti Papi!" Rafka bangkit dari duduknya, lalu keluar dan membawa motornya meninggalkan rumah kakek.
"Rizal, kamu terlalu kejam dengan Rafka. Memang apa kesalahannya?" Nenek Rafka ikut kesal dengan sikap putranya terhadap cucunya itu.
"Karena wajah wanita penggoda yang telah menjebakku itu selalu muncul setiap kali aku melihat Rafka."
*
*
*
Aira dan Abi baru pulang dari lari pagi. Karena kelelahan, mereka berdua duduk di lantai teras sambil meluruskan kaki.
"Tumben cowok kamu nggak ke sini," kata Abi.
"Dia kerja mungkin, tumben juga kamu nanyain, udah baikan sama Rafka?" Aira balik bertanya.
"Nggak juga, malah baguus kalu dia nggak ke sini. Eh, tapi dia kerja? Kerja apaan emangnya, Ra?"
"Setahu aku sih kerja jadi programer game online gitu, temennya kan ada yang bikin game, terus dia ada bakat juga di sana. Kenapa?"
"Aku pikir dia jadi bandar."
"Bandar apaan?"
"Obat terlarang, kamu hati-hati bener sama Rafka, dia itu sakit jiwa."
"Maksud kamu, dia pemakai?"
"Ya, beberapa orang aja sih yang tahu soal ini. Udah, aku mau masuk. Gerah mau mandi!" Abi meninggalkan Aira sendiri di teras.
"Masa sih, Rafka begitu?" gumam Aira. Sepertinya fakta tentang kekasihnya itu cukup membuat Aira galau.
*
*
Setelah mandi dan terlihat segar. Aira mendapat panggilan telepon dari Rafka. Cowoknya itu mengabarkan bahwa ia ada di depan pagar rumahnya, dan Aira langsung mengintip lewat balkon kehadiran cowok tampan itu.
Benar saja.Rafka sudah berdiri sambil memegang helmnya.
Aira langsung berlari, membukakan pintu untuk kekasihnya yang tiba-tiba datang seperti biasa.
"Hai Ay, kamu seger banget, baru selesai mandi ya?" sapa Rafka saat Aira membuka gembok yag mengunci pagar besi itu.
"Kamu dari mana Raf?" tanya Aira setelah mempersilakan Rafka untuk masuk.
"Dari rumah Kakek, aku kangen kamu Ay."
"Siapa Ra?" tanya Papa Tomy yang keluar sambil membawa kopi ke teras.
"Aduh, kok papa kamu keluar sih?" tanya Rafka setengah berbisik.
"Ini kan emang rumah Papa, lagian hari minggu gini Papa kan emang libur," jawab Aira dengan santainya.
Mau tidak mau, Rafka pun menemui papanya Aira.
Cowok tampan dengan tinggi 188 cm itu akhirnya duduk di teras bersama papanya Aira, padahal niatnya datang hanya untuk mengajak pergi Aira.
"Rafka, apa kabar?" tanya papanya Aira berbasa basi.
"Baik Om. Om Tomy apa kabar?"
"Ya, beginilah. Kamu ke sini cari Aira apa cari Abi mau berantem?"
"Hehe, saya udah nggak pernah berantem lagi sama Abi Om. Saya cuma pengen ketemu Aira, kalau boleh sih sekalian ajak pergi, Om."
"Kalian pacaran?"
Rafka melirik kekasihnya yang duduk di samping papanya. Sementara Rafka duduk tepat di hadapan Aira.
Aira memberi kode supaya Rafka mau menjawab jujur.
"Iya, Om. Baru beberapa hari. Maaf Om, karena saya lancang."
"Saya pernah muda juga, tapi kamu tahu kan Rafka, semua orang tua ingin anaknya mendapat yang terbaik."
"Maaf Om, tapi memangnya apa yang membuat saya, tidak bisa jadi yang terbaik?"
Papa Tomy jadi bingung dengan pertanyaan Rafka. Sampai akhirnya Abi keluar dari dalam rumah.
"Karena kamu berandal, jangan jadi sampah masyarakat kalau lo berharap jadi yang terbaik buat Aira."
🦋🦋🦋🦋
Nah loh, bener nggak kira-kira yang diomongin Si Abi 😘😘
Maaf agak telat, ngurusin novel novel yang lain tadi 😅😅 Selamat malam, jangan lupa jempolnya 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Kawaii 😍
omongan nylekit banget, emang ada bukti
2023-12-09
0
Tika Rotika
Aq ga suka sama papi nya si rafka dia yg ehem2 anak nya yg d salahin dasar stress 😡
2022-11-25
0
Cipika Cipiki
"sampah masyarakat" ya ampiuun kira² dong Abi kalo ngatain orang , mana langsung depan mukanya lagi
2022-09-03
0