Bab 13

Aira sampai di sekolah setelah diantar oleh Abi. Biasanya, dia akan disambut oleh Rafka yang duduk di parkiran. Atau tiba-tiba muncul di depan kelas Aira, lalu kembali lagi ke kelasnya setelah menyapa Aira. Akan tetapi, hari ini sangat berbeda. Rafka tidak muncul di mana pun, bahkan sampai pulang sekolah pun Rafka tidak ada. Ia seperti hilang ditelan bumi.

Memang, dulu sebelum Aira masuk ke sekolah itu, Rafka sering sekali membolos, atau tiba-tiba pulang saat jam pelajaran masih berlangsung. Namun, semenjak ada Aira semua berubah. Rafka mulai rajin ke sekolah, meski tidak sepenuhnya mengikuti pelajaran.

Sampai bel pulang berbunyi pun, Aira tak kunjung menemukan tanda kehadiran cowok berhidung mancung itu. Beberapa temannya juga tidak ada yang tahu ke mana Rafka saat Aira bertanya. Nomor ponselnya juga tidak aktif, dan Aira mendadak jadi khawatir karena teringat kejadian tadi malam, saat ia menolak perjodohan dengan Revan.

Aira berjalan lesu menuju gerbang, sudah ada Abimanyu yang menunggunya dengan tatapan heran.

"Kenapa baru keluar?" tanya cowok ganteng itu sembari mengulurkan helm untuk adiknya.

"Nggak apa-apa," jawab Aira lesu.

"Cowokmu mana? Tumben nggak nempelin kamu." Abi melihat ke belakang Aira yang memang tidak ada siapa pun, sekolah pun sudah terlihat sepi.

"Nggak masuk," jawab Aira yang kemudian naik ke belakang Abi.

"Kamu tahu nggak, ini hari ulang tahunnya?" tanya Abi sebelum menyalakan mesin motornya.

Ulang tahun? Aira belum pernah menanyakan hal yang istimewa itu.

"Kamu tahu dia di mana?" tanya Aira. Saat ini, motor Abi sudah melaju meninggalkan area sekolah.

Abi tidak menjawab pertanyaan Aira. Sebagai 'mantan teman' Abi tentu saja tahu tempat-tempat yang biasa didatangi Rafka, meski kini mereka masih bermusuhan.

Sampai di rumah, Abi tetap tidak menjawab pertanyaan Aira dan Aira pikir Abi pasti tidak tahu menahu soal keberadaan Rafka saat ini. Bahkan saat di meja makan pun, Abi tetap diam tidak membahas Rafka lagi, membuat perasaan Aira semakin tidak karuan. Berkali-kali ia keluar masuk ruang obrolan di ponselnya, tapi Rafka masih belum aktif juga.

Hingga akhirnya, Abi mengajak Aira pergi.

"Ke mana sih?" tanya gadis itu sembari merapikan rambutnya yang masih setengah basah.

"Jalan, biar itu muka nggak bete lagi," jawabnya sambil naik ke atas motor.

"Rambut aku masih basah gini, pasti nanti bau ih, nggak ngomong dari tadi aja," gerutunya tapi nurut, memakai helm lalu naik ke motor kembarannya.

Suasana sore yang cerah masih menyelimuti jalanan ibu kota. Matahari sedang hangat-hangatnya saat ini. Motor Abi berhenti di depan sebuah warung pinggir jalan, ada beberapa motor yang berbaris rapi di depannya. Beberapa kumpulan anak muda sedang bernyanyi diiringi petikan gitar oleh seorang pemuda yang sedang dicari-cari Aira.

"Itu cowok kamu, aku tinggal dulu, kalau ada apa-apa telfon aku, aku nggak jauh dari sini." Abi mengatakan pada Aira yang sudah turun dari motornya.

"Makasih Abi ganteng. Kamu nggak ikut ke sana?" tanya Aira. Ia melepaskan helmnya.

"Nggak, aku nggak bisa ke sana, kamu tahu kan alasannya. Aku pergi dulu," kata Abi sebelum akhirnya menarik gas motornya.

Aira tahu, Abi dan Rafka tidak akur, begitu pun dengan teman-teman mereka.

Rafka yang sudah melihat Aira sedari tadi, langsung berlari menghampiri gadis impiannya yang seharian ini ia buat khawatir.

"Ay, kamu di sini?" tanya Rafka setelah berdiri di hadapan Aira.

"Kamu ke mana aja? Kenapa bolos? Kenapa nggak bisa dihubungi?" Rentetan pertanyaan langsung terlontar dari mulut gadis cantik itu.

"Handphone aku di rumah. Maaf nggak bisa kasih kabar, aku emang sengaja biar kamu merindukanku," jawab Rafka sambil senyum-senyum.

Cowok itu seakan lupa rasa sedihnya yang membuat ia melarikan diri seharian ini. Setelah melihat Aira, rasa sakit di hatinya seakan tidak ada lagi.

"Selamat ulang tahun Raf," ucap Aira yang membuat Rafka hanya bisa berkedip-kedip lucu.

Tahu dari mana gadis ini jika ia sedang berulang tahun, pikir Rafka yang seakan lupa bahwa Abi juga mengetahui tanggal lahirnya itu.

"Rafka." Aira menepuk lengan Rafka yang hanya bengong di hadapannya.

"Hah, iya. Makasih Ay, kamu tau dari mana aku ulang tahun hari ini?" tanya Rafka. Mereka masih berdiri di tepi jalan, tempat Abi menurunkan Aira.

"Dari teman baikmu."

Jawaban Aira membuat Rafka semakin tidak mengerti.

"Bisakah kita merayakan ulang tahunmu bersama-sama?"

"Tentu, tunggu sebentar!" Rafka berlari menghampiri teman-temannya. Ia berpamitan sambil mengambil jaket, lalu kembali menemui Aira yang tidak jauh dari motornya.

*

*

*

Rafka membawa Aira ke sebuah taman yang cukup ramai. Aira duduk di ayunan, sedangkan Rafka duduk di hadapan gadisnya sambil melipat kedua tangannya di atas lutut Aira.

"Aku kangen kamu Ay," kata Rafka setelah menatap Aira cukup lama.

"Kenapa tadi kamu bolos?" tanya Aira yang tangannya masih berpegangan pada ayunan.

Rafka tiba-tiba teringat ucapan papinya tadi malam, bahwa dia anak haram yang tidak pernah diharapkan oleh orang tuanya.

"Raf, Rafka. Kenapa malah melamun sih?" Aira menepuk tangan Rafka yang ada di lututnya.

"Nggak apa-apa, aku biasa bolos kan."

"Aku dijodohin sama Kak Revan, kamu tau, Raf?"

Rafka diam, arah matanya kini tidak lagi menatao gadisnya. Ia membuang muka menatap segerombolan anak-anak yang tengah bermain skuter sewaan, yang kebetulan rutenya melewati mereka.

"Kamu setuju?" tanyanya tanpa berani melihat raut muka Aira. Ia takut gadis itu mengatakan ya dengan wajah berseri-seri, pasti itu akan melukai hatinya.

"Aku nggak mau Raf, aku nyamannya sama kamu," jawab Aira dengan jujur.

Rafka langsung menoleh dan menatap mata Aira. Apa yang Aira katakan tadi memicu jantungnya bekerja lebih cepat.

"Iya, Raf. Aku nyamannya sama kamu." Aira seakan paham dengan tatapan tidak percaya yang diberikan Rafka.

Rafka meraih tangan kanan Aira, dan menggenggamnya dengan kedua tangannya. "Jadi, pacar aku Ay, aku akan buat kamu semakin nyaman."

"Tapi, kamu juga harus tahu Raf. Mama sama papa nggak ngizinin aku buat pacaran."

"Mereka maunya kamu langsung nikah?" tanya Rafka.

Aira bingung harus bagaimana menjelaskan pada cowok itu, bahwa kedua orang tuanya melarang ia berpacaran karena Rafka yang berandalan.

"Masih kecil udah ngomongin nikah aja," protes Aira.

"Terus buat apa kamu dijodohin sama Revan kalau kamu masih kecil, Ay?"

"Iya juga sih. Emang kamu udah siap nikahin aku?"

"Kalau sekarang belum Ay, mulai besok aku akan cari kerja, biar aku jadi siap nikahin kamu. Sekarang, kita pacaran dulu aja, gimana?"

Aira melihat Rafka sekali lagi, lalu dengan ujung bibir yang sedikit tertarik, Aira mengangguk.

❤❤❤

Ah, jadian juga kan. Reaksi mama papa sama papinya Rafka gimana ya?

Jangan lupa jempolnya 😘😘

Terpopuler

Comments

nobita

nobita

selamat ya... akhirnya mereka jadian. .. para readers ikut bahagia berjama'ah...

2024-09-16

0

Ney Maniez

Ney Maniez

😲🤗🤗

2022-12-21

0

Fika Sovia

Fika Sovia

terkadang keadan dan sikon yg tak mendukung akan membuat kekecewaan dan akan ada luka..
meski aku dukung kalian..
semoga tak ada yg tersakiti hingga kalian bs hidup Brsm dg anak, hingga memiliki cucu dan cicit mungkin..

2022-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!