Seorang gadis kecil berumur sekitar lima tahunan dengan dress merah mudanya berlari menuju pintu utama rumah keluarga Collin, ia ingin membukakan pintu bagi tamu yang mengetuk pintu rumahnya berulang kali.
KLAP!
(Pintu terbuka)
Ryn mengintip sedikit siapa yang datang, ternyata itu kakeknya. Gadis kecil itu menjatuhkan boneka yang ia pegang, ia melangkah mundur menjauhkan badannya dari sosok kakek tua di depannya.
"K... Kakek??" Sapa Ryn terbata-bata.
Tuan Collin menatap Ryn sinis, ia tak menggubris suara kecil yang memanggilnya. Dengan angkuh ia tak menganggap keberadaan Ryn yang membukakan pintu untuknya. Pria tua itu melangkah masuk dan menjatuhkan diri ke sofa.
"MOA!!" teriak tuan Collin kencang.
Ryn ketakutan, ia mengambil bonekanya dan berlari menjauh dari ruang tamu. Gadis itu bersembunyi di sisi ruangan lain, ia memeluk bonekanya erat.
"Ayah?? Ayah kemari?! Kenapa tidak telpon terlebih dahulu?" Moa ikut duduk di samping ayahnya.
"Sudah berapa kali ayah bilang untuk membuang anak itu!"
Mata Moa membulat, ia menoleh ke sekeliling rumahnya untuk mencari keberadaan Ryn. Ia tidak ingin putrinya akan mendengar pembicaraan ini dengan ayahnya.
"Ayah ini bicara apa?! Kenapa aku harus membuang putriku?"
"Putrimu?? Dia bukan putrimu!"
"Ayah! Berapa kali pun ayah bicara seperti itu padaku, hal itu tidak akan mempengaruhi keputusanku"
"Moa! Kenapa kau bodoh sekali?!" Tuan Collin melotot menatap puteranya.
Moa hanya mendengus kesal, ia melirik ayahnya dengan sudut ekor matanya. Pria berambut pirang itu mengusap wajahnya dengan gusar.
"Ayolah Moa! Putrimu di tukar oleh pihak rumah sakit!!" Ucap tuan Collin yang tidak tahu apa-apa.
"DIA PUTRIKU!!" Bentak Moa kasar.
"Bagaimana bisa kau bilang gadis itu putrimu? Apa kau buta hah??"
"........"
"Tidak kah kau lihat warna matanya? Dimana keluarga kita yang memiliki mata berwarna biru? Apa keluarga Roosevelt memilikinya? Tidak kan?! Sekarang jelaskan pada ayah, bagaimana kau bisa menyebutnya putrimu?!"
"Ayah..." Moa mengecilkan suaranya. "Jika ayah datang kemari hanya untuk menghina putriku, lebih baik ayah pergi!"
Moa berdiri dari duduknya, ia menunjuk pada sebuah pintu besar ke ayahnya mempersilahkan beliau untuk pulang. Pria itu berjalan menuju ruang lain di rumahnya, namun ia sangat terkejut saat melihat Ryn menangis sambil memeluk bonekanya di ruangan itu.
Sial! Dia pasti mendengarnya!! - Moa.
"Ryn??" Panggil Moa lembut.
Ryn menyeka air mata di pipinya, gadis kecil itu tersenyum dan berlari menjauhi Moa. Ia menaiki anak tangga untuk memasuki kamarnya, kamar yang dulunya milik Moa sekarang di tempati oleh Ryn.
"Hah...." Moa menghela nafas panjang. "Ayah lihat?? Tidak cukup ya membuat gadis itu menangis terus-terusan?"
Tuan Collin mengangkat bahu tidak peduli, pria itu menuju dapur untuk mengambil sebotol air minum sebelum ia pergi meninggalkan rumah yang sudah ia berikan pada Moa.
"Kau dan istrimu benar-benar bodoh! Jelas-jelas dia tidak mirip dengan kalian berdua" ledek tuan Collin kesal.
Ketika tuan Collin membuka pintu rumah, ia terkejut dengan kehadiran Mod yang juga hendak membuka pintu rumah. Mod baru saja tiba dari supermarket, ini adalah hari baginya untuk belanja bulanan.
"Eh? Ayah disini?? Tidak ingin makan malam bersama?" Tawar Mod senang.
Tuan Collin melihat perut Mod yang sudah semakin membesar, ia mengusap perut menantunya dengan hangat lalu tersenyum.
"Cepat keluar ya? Kakek ingin bermain denganmu" goda tuan Collin.
"Hahaha ayah bisa saja!" Mod menepuk bahu tuan Collin lembut.
"Kalau begitu, aku pergi dulu"
"Eh? Cepat sekali? Beneran tidak ingin makan malam disini?" Mod mencegah mertuanya agar tak pergi.
"Tidak hari ini, mungkin lain kali" tuan Collin mengusap kepala Mod lembut. "Jaga kesehatan ya?"
"Baik ayah" Mod menganggukkan kepala pelan.
Saat memasuki rumah, Mod memperhatikan Moa yang terlihat sedih. Gadis itu memeluk suaminya dengan senang, ia mengusap punggung Moa lembut.
"Ada apa dengan wajahmu itu?"
"Ryn..." Ucap Moa lirih.
"Kenapa dengan Ryn?? Dimana dia??" Mod celingak-celinguk mencari keberadaan Ryn.
"Dia di kamar, ayah bicara sembarangan lagi dan Ryn mendengarnya"
Mod memutar kedua bola matanya dengan malas, ia beranjak pergi untuk segera menemui Ryn.
"Aku akan bicara padanya" Mod tersenyum. "Oh iya... Barang belanjaan di mobil tolong kau urus ya?"
"Aku capek tau!" Sahut Moa asal.
"Kau tidak melihat perutku?" Mod mengusap-usap perutnya yang besar.
"Curang! Kau memanfaatkan kondisimu ya?" Ledek Moa kesal.
"Hahaha ayolah Moa! Aku sangat mencintaimu"
Mod menaiki anak tangga dengan pelan, ia memegang pegangan di sisi tangga dengan kuat agar tak terjatuh mengingat kondisinya yang sudah hamil tua.
Wanita hamil itu menarik nafas dalam-dalam sebelum bersiap mengetuk kamar Ryn, ia sedang berusaha terlihat seceria mungkin di depan Ryn agar gadis itu tidak merasa sedih.
Tok!
Tok!
Tok!
"Ryn?? Mama boleh masuk?"
Terdengar langkah mungil Ryn yang mendekati pintu. Gadis kecil itu setengah berjinjit meraih gagang pintu kamarnya.
"Kenapa mama perlu bertanya?" Tanya Ryn polos.
Padahal dia masih berumur lima tahun tapi kosakata nya dalam berbicara termasuk cerdas, kurasa kepintarannya menurun dari Densha - Mod.
"Wah, terima kasih" Mod tersenyum lebar memandang putrinya.
"Ryn sedang apa?" Timpal Mod lagi.
"Aku sedang bermain boneka mama"
Mod mengedarkan pandangannya menatap kamar Ryn, ia fokus memandang ranjang tidur Ryn dengan selimut yang masih basah bekas air mata. Wajah gadis kecil itu juga terlihat merah dan sembab seperti baru saja menangis.
Dia berbohong? - Mod.
"Apa hati Ryn terluka?"
"Tidak" Ryn menggelengkan kepala pelan.
"Ryn, saat hati terluka akan ada air yang keluar dari sini" Mod menyentuh bawah mata Ryn yang masih terasa lembab.
"Aku tidak mengerti mama, kakek tidak pernah menyukaiku! Apa aku anak baik mama?"
Hati Mod sedih mendengar ucapan Ryn, ia memeluk putrinya dengan erat sambil membelai rambut panjang Ryn.
"Ryn anak mama yang paling baik!" Puji Mod senang.
"Lalu kenapa kakek tidak menyukaiku?"
"Kakek menyukaimu, dia hanya malu untuk mengakuinya"
"Benarkah?" Ryn ragu.
"Iya, ngomong-ngomong apa Ryn mau jalan-jalan??"
"Eh??" Ryn tersenyum. "Kemana??"
"Mmm... Bagaimana kalau ke taman bunga?"
"Taman??" Mata Ryn terlihat berbinar-binar karena senang. "Oke, baik!"
Deg!
Jantung Mod berdegup dengan kencang mendengar kalimat Ryn, kalimat yang selama ini hanya ia dengar dari Fuu. Matanya berkaca-kaca, lalu dengan tiba-tiba ia memeluk dan menciumi putrinya.
"Mama kenapa??"
"Kau tahu?? Mama sangat menyayangimu!"
"Aku juga sayang sama mama" Ryn membalas pelukan Mod.
Moa yang sedari tadi berdiri di depan pintu ikutan masuk ke dalam kamar Ryn, ia berdiri tepat di belakang Mod.
"Bagaimana dengan papa? Apa Ryn juga sayang papa??" Goda Moa nakal.
"......" Ryn mengangguk pelan, ia memeluk Moa juga. "Ryn sangat sayang sama papa"
"Baiklah! Sekarang Ryn mandi dulu, mama akan siapkan baju untuk Ryn" pinta Mod lembut.
"Lho?? Mau kemana??" Moa pura-pura tidak tahu.
"Jalan-jalan" jawab Ryn senang.
Gadis kecil itu berlari menuju kamar mandi, ia melompat-lompat kegirangan karena akan pergi jalan-jalan bersama kedua orangtuanya.
Setelah memastikan Ryn betul-betul sudah memasuki kamar mandi, Mod memeluk suaminya.
"Apa kau dengar saat dia mengucapkan kalimat itu?"
Moa mengangguk pelan, ia memeluk Mod dengan erat lalu mengecup kening Mod lembut.
"Dia benar-benar perpaduan Fuu dan Densha" ucap Moa sambil tersenyum.
(Jika kalian lupa! Ini adalah hari dimana Ryn menunjukkan ingatannya di masa depan pada Moa yang berada di masa lalu)
Bersambung!!
Jangan lupa LIKE!! Komentar, Follow, Favorit, Vote dan Rating ya? Dukungan dari kalian berarti banget loh 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Darman DARMan
0895343298020
2023-03-30
0
Darman DARMan
wAHDiN
2023-03-30
0
Elli Sahrida
Pengennya sih Densha, Fuu dan Ryn bersatu...
2022-11-19
1