Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun pun berganti tahun. Gadis bermata biru itu kini sudah berumur 12 tahun, ia tumbuh menjadi anak yang sangat cantik dengan rambut panjang sepinggang. Kulitnya putih bersih mirip dengan Densha, tingkahnya kadang mirip dengan Fuu kadang juga dingin mirip dengan Densha.
Hari ini Ryn libur sekolah, ia ingin menghabiskan waktunya bersama adik kesayangannya, siapa lagi kalau bukan Moegi, putera Mod dan Moa.
"Momo?" Ryn memanggil adiknya yang sedang bersembunyi.
Moegi bersembunyi di balik selimut yang seharusnya bisa dengan mudah Ryn temukan, namun ia ingin membuat adiknya senang dengan pura-pura tidak tahu tempat persembunyiannya.
Ryn menyeringai, ia cekikikan tanpa suara. Bagaimana tidak? Moegi bersembunyi di balik selimut tapi kedua kakinya kelihatan.
Wingadafucia~
(Mantra menerbangkan objek)
Moegi terkejut saat selimut pelindung tubuhnya melayang ke atas, selimut itu terbang di langit-langit kamar. Bocah kecil itu cemberut menatap Ryn, ia turun dari ranjang dan berdiri tepat di depan kakaknya. Ryn menjentikkan jarinya lalu secara ajaib selimut itu jatuh ke atas ranjang.
"Kakak curang!" Ledek Moegi.
"Eh? Tidak tuh" Ryn melipat kedua tangannya di depan dada, ia membuang muka ke arah lain.
"Tidak boleh menggunakan trik sulap"
Ryn tertawa mendengar Moegi berbicara bahwa dirinya menggunakan trik sulap. Sebenarnya Ryn sendiri tidak tahu kenapa ia bisa melakukan hal ini, selama ini hanya Moegi yang tahu kemampuan nyeleneh nya itu. Ryn tidak pernah menceritakan hal ini pada ayah dan ibunya.
"Apa kakak bisa mengajari aku melakukan itu?"
"Tidak!" Ryn menggeleng pelan. "Aku bahkan tidak tahu, kenapa aku bisa melakukannya"
"Huh! Kalau tidak mau mengajariku, akan aku ceritakan pada papa loh"
"Coba saja kalau berani?!" Tantang Ryn.
"Berani"
"Akan aku rubah kau menjadi semut kalau berani menceritakannya pada mama dan papa" ancam Ryn tak serius namun di anggap Moegi serius.
"Dih! Kakak curang! Mentang-mentang bisa melakukan sulap"
Moegi membuka pintu kamar, ia keluar meninggalkan kamar Ryn dengan langkah mungilnya.
"Mau kemana??"
"Aku ingin makan es krim"
"Baiklah, ayo kakak temani" Ryn menggendong adiknya menuruni anak tangga dan menuju dapur.
Gadis itu meletakkan Moegi di atas meja dapur, ia melirik kesana-kemari mencari keberadaan orang rumah namun sepertinya tidak ada orang.
"Momo! Mau lihat trik sulap lainnya?"
"Jangan panggil aku Momo!!"
"Eh! Kenapa? Imut tahu!"
"Momo itu untuk perempuan" bantah Moegi. "Trik sulap apa?"
"Pokoknya aku akan tetap memanggilmu Momo hehe"
Ryn terdiam, ia memejamkan matanya. Perlahan gadis itu mengangkat kedua tangannya, ia memutar-mutar telapak tangannya berlawanan arah membuat gerakan seperti memegang bola lalu secara ajaib ada bola kristal yang berpendar terang di tangannya.
"Wah! Apa itu?"
"Ini lampu, untuk menerangi kegelapan" jawab Ryn percaya diri.
TRAK!
PRANG!!!
Bola itu pecah menjadi butiran cahaya yang halus, Ryn nampak kecewa namun ia kembali tersenyum dan menggaruk belakang lehernya.
"Hehe, aku tidak bisa membuatnya bertahan lama. Aku masih perlu banyak latihan" ucap Ryn malu.
Prok!
Prok!
Prok!
Moegi bertepuk tangan dengan kedua tangan mungilnya, ia tersenyum lebar memandang Ryn.
"Kakak hebat!" Puji Moegi.
"Wah, terima kasih" Ryn tersipu malu.
"Sekarang dimana es krim nya?"
"Ah! Hahaha, maaf ya? Hampir lupa!"
Ryn mengambil sekotak es krim dan dua sendok ukuran kecil, ia memakan es krim itu bersama adiknya di selingi canda gurau.
"Coba kalau ada Es krim rasa ikan" gumam Ryn lirih.
Moegi menatap kakaknya serius. "Kakak, apa kakak sudah membeli ikan untuk mengganti ikan ayah di aquarium?"
Ryn mendelik, ia baru sadar bahwa ia belum pergi ke toko ikan untuk membeli beberapa ekor ikan yang sudah ia makan tadi pagi.
"Memangnya apa enaknya ikan mentah?" Timpal Moegi lagi.
"Gawat! Aku harus pergi ke toko ikan sebelum mama dan papa pulang!"
Moegi memandangi Ryn yang sibuk dengan sendirinya, ia tetap fokus untuk menghabiskan sekotak es krim di depannya.
"Kau tidak pernah bilang pada mama atau papa kan?" Tanya Ryn serius.
"Tidak" Moegi menggelengkan kepala.
"Good boy!" Puji Ryn sambil mencium pipi Moegi.
"Turunkan aku dulu dari meja sebelum kakak pergi" Moegi memeluk leher Ryn erat.
"Hehe, iya-iya" Ryn menggendong Moegi dan menurunkannya dari atas meja. "Wah, kau bertambah berat ya?"
"Iya, mama ingin aku gendut biar lucu"
"Hahaha, serius mama bilang begitu?"
"Iya"
"Tapi kalau sudah dewasa nanti kurus'kan badanmu! Atau kau tidak akan pernah punya pacar" Ryn mengangkat jari telunjuknya untuk memperingatkan adik kesayangannya.
"Apa itu pacar?" Moegi memandang Ryn serius.
Ryn gelagapan mendengar pertanyaan Moegi, ia cengengesan dan tak menjawabnya. Gadis itu mengusap rambut Moegi pelan dan melangkah menjauh.
"Aku pergi dulu ya?? Nanny ada di kamarnya kok"
Ryn melambaikan tangannya dan di sambut lambaian tangan mungil milik Moegi. Gadis itu memakai sepeda angin pemberian ayahnya beberapa bulan yang lalu sebagai hadiah karena Ryn lolos masuk ke SMP favorit.
Aku harus cepat!! - Ryn.
Sesampainya di toko ikan hias, Ryn memarkirkan sepedanya tepat di depan toko. Dengan langkah terburu-buru ia menemui pemilik toko ikan itu.
"Halo Gerald!" Sapa Ryn dengan nafas yang tak beraturan.
Gerald adalah pria dewasa berumur 27 tahun, yang tak lain adalah pemilik toko ikan langganan Ryn.
"Panggil aku kakak!"
"Tidak mau, kau kan temanku"
"Dasar tidak sopan! Untung aku menyukaimu jadi kubiarkan saja kau memanggilku begitu"
"Menyukai??" Ryn bergidik ngeri.
"Hei! Jangan berpikiran yang bukan-bukan, aku bukan menyukaimu yang seperti itu bodoh!"
"Hahaha, iya-iya..." Ryn mendekati salah satu aquarium. "Aku beli yang ini tiga"
"Hanya tiga??" Gerald mengambil sebuah jaring kecil untuk menangkap ikan.
"Iya"
"Sebenarnya kau memelihara apa di rumah? Kenapa kau selalu membeli ikan hias?"
"Memangnya tidak boleh??" Ryn merengut sedih.
"Bukannya tidak boleh, tapi ikan ini bisa hidup lama jika kau merawatnya dengan benar"
Setelah memasukan ikan hias itu ke dalam kantung plastik, Gerald memberikannya pada Ryn dan menerima selembar uang dari gadis kecil itu.
"Kalau begitu anggap saja aku tak merawatnya dengan benar" Ryn nyengir mengakui fakta bahwa ia memang tak merawat ikan itu, justru ia malah memakan ikannya.
"Ya ya ya... Terserah kau saja Ryn"
"Terima kasih"
Ryn tersenyum manis pada Gerald sebelum ia pergi meninggalkan toko itu, gadis itu mengayuh sepedanya dengan cepat agar dia cepat sampai ke rumahnya.
Di garasi sudah ada mobil Moa, Ryn mendelik kaget. Gadis itu buru-buru memarkirkan sepedanya dan menyembunyikan kantung plastik berisi ikan di balik punggungnya.
"Gawat! Mama dan papa sudah pulang"
Gadis bermata biru itu mengendap-endap seperti pencuri saat memasuki rumahnya sendiri, ia mengintip ruang kerja Moa. Pintunya tertutup dan sepertinya ada orang di dalamnya.
Tuk!
Tuk!
Moegi menepuk punggung Ryn membuat gadis itu melompat kaget, ia mengelus dadanya pelan saat mengetahui itu adiknya.
"Astaga! Kau mengagetkan aku!!"
"Kenapa kakak mengintip ke sana?" Moegi memandangi ruang kerja ayahnya.
"Siapa yang ada di dalam sana?" Tak menjawab pertanyaan dari Moegi, Ryn malah memberinya pertanyaan.
"Papa dan mama"
Bagus! - Ryn.
"Begini, aku ingin meletakkan ikan-ikan ini di aquarium itu" Ryn menunjuk sebuah aquarium besar di dekat pintu ruang kerja Moa.
"Terus??"
"Aku takut saat aku meletakkan ikan ini, mama atau papa membuka pintu" raut wajah Ryn menjadi cemas.
"Kenapa kakak tidak menggunakan trik sulap kakak? Kunci saja pintunya sebentar" celetuk Moegi asal yang malah membuat Ryn tersenyum.
"Eh? Iya ya? Kenapa tidak terpikirkan! Hehe"
Ryn mengangkat tangan kanannya, ia mengarahkan tangannya pada pintu ruang kerja ayahnya.
Depolrus~
(Mantra mengunci)
"Terkadang kau sedikit pintar" Ryn menepuk-nepuk kepala adiknya dengan gemas.
"Aku memang pintar"
Moegi berlari menuju pintu ruang kerja Moa, bocah kecil itu meraih gagang pintunya dan mencoba mendorong pintu tersebut untuk mengetes apakah mantra Ryn berfungsi atau tidak.
"Wah, beneran bekerja" Moegi tercengang, ia berbalik memandang Ryn lalu tiba-tiba memberikan dua jempol imutnya pada Ryn. "Kakak keren!!"
Ryn mengangkat kerah bajunya percaya diri setengah sombong, hidungnya benar-benar terlihat mancung jika ia berada di dalam karakter kartun saat ini.
"Nah, sekarang tinggal memasukan ikan ini di aquarium"
Perlahan Ryn membuka kantung plastik besar itu, dengan hati-hati ia menuangkan tiga ikan hias ke dalam aquarium milik Moa.
"Bersiaplah! Salah satu dari kalian akan menjadi santapanku besok, hihi" Ryn menyeringai.
Terkadang sebelum tidur Ryn memikirkan keadaan aneh yang menimpa dirinya, ia tak ingin memberitahu Mod atau Moa karena mungkin gadis itu nantinya akan berakhir di dalam rumah sakit jiwa, begitu pikirnya. Jadi Ryn hanya menyimpan keanehan yang terjadi pada dirinya seorang diri. Sampai saat ini pun kedua orangtuanya tidak mengetahui bahwa Ryn mampu menggunakan sihir.
Sebenarnya kenapa aku berbeda?? - Ryn.
Bersambung!!
Oh iya!! bagi yang belum baca spesial part nya silahkan dibaca dulu ya biar gak bingung 🙏 ada di Season 1
Jangan lupa Like, komentar, Follow, Favorit, Vote dan Rating!! Dukungan dari kalian sangat berarti bagi saya! 😉😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
pathir
menarik
2022-06-01
0
Abrizam
karena kamyu duyung ryn
2022-01-18
0
indriyani
fuu dan densa kmn si....?
2021-12-06
0