Tes!
Tes!
Tes!
(Bunyi tetesan air)
Dingin...
Ryn membuka kedua matanya ketika hawa dingin menyerang sekujur tubuhnya. Gadis bermata biru itu terkejut dan langsung bergegas bangun dari posisi tidurnya, Ryn menatap sekeliling mencari sebuah petunjuk.
Oh my... Apa ini benar pikiran mama?? - Ryn.
Gelap! Semuanya dipenuhi kegelapan, seperti ruang hampa yang kosong dan tak tahu arah mana yang harus dituju.
"Halo??" Ryn berteriak mencoba memanggil siapa saja yang ada di pikiran Fuu, namun sialnya tak ada sahutan dari siapapun.
"Hah... Hah... Hah..." Nafas Ryn tak beraturan, gadis cantik itu berlari sekuat tenaga menuju kemanapun asal bisa keluar dari kegelapan itu.
Ruang hampa ini tidak berujung! - Ryn.
Ryn menggerakkan kedua tangannya dengan gerakan memutar seolah memegang sebuah bola kristal. Benar saja! Dari tangan kirinya ia berhasil menciptakan sebuah bola lampu bersinar terang. Ryn mengarahkan cahaya itu ke setiap sisi ruangan berharap menemukan sesuatu.
"Sial!"
"Hahahaha"
Apa?? - Ryn.
Gadis itu celingak-celinguk ketika mendengar suara seorang wanita tertawa cekikikan. Ryn menggunakan sihirnya untuk membuat bola lampu lagi, namun ia tak berhasil menemukan keberadaan wanita itu.
"Gadis bodoh!" Maki suara itu.
"Siapa itu?? Jika kau bukan pengecut, keluarlah" pinta Ryn yang sudah mulai panik.
Seketika tengkuk leher Ryn terasa merinding, ia merasakan hembusan angin dari arah belakang. Saat gadis itu menoleh, betapa terkejutnya dia melihat sepasang mata raksasa berwarna hijau tengah memperhatikan dirinya.
Ya Tuhan... - Ryn.
Mata itu menatap Ryn dengan tajam, seolah ingin membunuh gadis itu hanya dengan melihatnya saja. Ryn panik, dia berlari menjauhi sepasang mata itu.
"Aku tidak takut, aku tidak takut"
Ryn terus mengulangi kalimatnya, bibirnya memang mengatakan bahwa dirinya tidak takut tapi sebenarnya Ryn merasa khawatir dan ketakutan.
"Apa kau takut padaku???" Tanya suara wanita itu yang seolah mampu melihat ke dalam hati Ryn.
"Tidak! Aku tak pernah takut pada siapapun... Kecuali papa"
Raut wajah Ryn nampak murung saat mengakui bahwa dirinya takut pada Densha, bagaimana dia tidak takut pada pria itu? Densha bahkan sudah mengatakan dengan tegas bahwa ia membenci Ryn.
"Hahahaha"
Lambat-laun suara wanita itu menghilang, menyisakan Ryn yang jatuh dan terpuruk meratapi nasibnya yang tak diterima dengan baik oleh papa kandungnya.
Tolong aku...
Mata Ryn terbuka lebar ketika mendengar suara lembut seorang gadis, suara itu nampak samar-samar namun Ryn mendengarnya dengan jelas bahwa si pemilik suara sedang meminta pertolongan.
"Halo?? Apa ada orang?? Suara siapa itu??"
Gadis bermata biru itu melangkahkan kakinya mengikuti sumber suara yang samar-samar memanggil dirinya.
Ryn menemukan sebuah pintu berwarna merah, warna merah itu terlihat seperti darah yang sengaja dipoles kan untuk mewarnai daun pintunya.
Pintu apa ini?? - Ryn.
Sebelum membuka pintu itu, Ryn menelan ludahnya dengan cukup susah saking takutnya ia menghadapi apa yang akan muncul dibalik pintu tersebut.
"Semuanya akan baik-baik saja..." Gumam Ryn pelan.
Ryn menutup kedua matanya dan sedikit mengintip ketika tangan kanannya memegang gagang pintu dan mendorongnya ke arah dalam.
"Apa ini??"
Pintu itu menuju ke sebuah tangga menurun tak berujung, semuanya gelap hanya tangga itu yang sedikit mengeluarkan cahaya.
Ryn menatap ke atas, gadis itu memutar kedua bola matanya dengan sebal kemudian menghela nafas besar.
"Hah..." Ryn nampak kesal, "Serius deh! Apa aku harus menuruni tangga ini??"
Gadis cantik itu menunjuk ke arah anak tangga menurun di depannya, entahlah dia sedang bicara pada siapa? Gadis itu hanya berkeluh kesah pada dirinya sendiri.
"Oke-oke aku akan turun ke bawah!" Ryn menggelengkan kepala, "Aku benar-benar sudah gila! Bicara pada diri sendiri huh?!"
Tap!
Tap!
Tap!
Tap!
Tap!
Tap!
Bunyi langkah kaki Ryn yang terus menuruni anak tangga tak berujung itu terdengar semakin berat, sesekali Ryn berhenti untuk menarik nafas lalu melanjutkannya lagi. Walaupun gadis itu berlari menuruni anak tangga tersebut, ia tetap tidak bisa melihat bagian dasar dari ribuan anak tangga ini.
"Cih! Sialan, sebenarnya ada apa di bawah sana?" Celetuk Ryn.
Karena tak kunjung menemukan dasar dari tangga itu. Ryn memandang ke atas dengan terus melangkah turun, tidak ada apapun! Hanya ruang kosong yang gelap dengan anak tangga menuju ke bawah.
Sebenarnya siapa yang membangun tangga bodoh in.... - Ryn.
"AAAKKKHHH!!!"
Belum selesai Ryn menggerutu di dalam hatinya, tanpa sadar kedua kakinya sudah tak menemukan anak tangga lagi.
Gadis itu terjatuh dari tempat yang tinggi. Ryn berteriak histeris, kedua tangannya mengepak-ngepak meraih sesuatu yang bisa di raih, namun hanya ada udara yang tak bisa di sentuh dalam ruangan itu.
BRUAKKK!!!
Tubuh Ryn menghantam dasar ruangan itu dengan keras, nafas gadis itu melemah. Jari-jemarinya berkedut, matanya nampak nanar memandang kegelapan yang hakiki di sekitarnya.
"Pa... pa..."
Kedua mata indah Ryn terpejam, tubuhnya tak lagi terlihat ada pergerakan. Dari bagian kepalanya mengalir darah segar yang cukup deras, Ryn benar-benar tak sadarkan diri.
______________________________________________
Whoosss!!
Moa terperanjak kaget dari posisinya duduk ketika angin kencang entah darimana menyapu ruang bawah tanah keluarga Mikaelson.
"Densha??" Moa memanggil Densha dengan khawatir.
Ptas!
Beberapa api lilin padam terkena hembusan angin itu, Mod menyentuh tangan kanan Fuu dengan erat. Gadis manis itu benar-benar tak ingin melepaskan Fuu apapun yang terjadi.
Jantung Densha berdegup dengan kencang saat tiba-tiba ia merasakan tubuh Ryn yang juga menjadi dingin sama seperti tubuh Fuu.
"Apa yang terjadi dengan gadis ini??"
Tanpa sadar kedua tangan Densha mempererat pelukannya pada tubuh Ryn, pria itu mengusap-usap punggung putrinya dengan lembut.
"Moa apa aku bisa pinjam jaket milikmu?"
"Eh?? Kenapa??"
"Entahlah, perasaanku memburuk" Densha nampak muram, "Tubuh gadis ini sama dinginnya dengan Fuu"
"Apa??"
Moa buru-buru melepas jaketnya. Namun saat dirinya ingin melompati lingkaran lilin itu untuk memberikan jaketnya pada Densha, tubuh pria berambut pirang itu terpental secara ajaib.
"Aku tidak bisa melewati lingkaran ini" ucap Moa panik.
Densha memandang Moa dengan bingung, pria tampan itu terpaksa melepas jaketnya sendiri dan memakaikannya pada Ryn.
Hanya keluarga yang bisa menyelamatkannya... (Kalimat Ryn)
Aku tidak bisa melakukannya sendiri, aku memerlukan bantuan mu... (Kalimat Ryn)
Kilas balik suara Ryn terngiang-ngiang di kepala Densha, pria itu mencengkram kedua tangannya sendiri dengan gemas. Dengan sekejap, jaketnya sudah berpindah di tubuh mungil Ryn.
Ketika Densha menatap wajah gadis di pelukannya, wajah Ryn nampak sedih dan ketakutan. Mata Densha terbelalak kaget saat darah segar mengalir dari dua lubang hidung Ryn.
Crrr!
(Suara darah yang mengalir cukup deras)
"Eh??"
BERSAMBUNG!!!
Wah, jumlah Like kok semakin turun??
Berikan cinta kalian dengan cara Like, Follow, Favorit, Komentar, Vote dan Rating 😘 Terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
armanto Manto
.
2022-05-29
0
Saniia Azahra Luvitsky
bikin tegang bgt thorrrr
2021-04-01
2
Just Rara
wauu....keren banget imajinasi mu Thor👍👍👍
2021-03-15
2