Di umurnya yang sudah memasuki sekolah menengah pertama, Ryn memiliki cukup banyak teman karena sifatnya yang baik. Gadis itu belajar dengan cepat di sekolah, Ryn sering di ikut sertakan ke dalam olimpiade antar pelajar atau hanya sekedar kuis cerdas cermat.
Hari ini, kelas Ryn sedang mengadakan penelitian terhadap sistem pencernaan hewan. Dan secara kebetulan yang di teliti saat ini adalah ikan, semua murid berkumpul di depan kelas untuk melihat guru mereka menerangkan sambil melakukan praktikum.
"Nah, sekarang kita akan belah perut ikannya" Mrs. Zoe mengambil sebuah silet dan mengarahkannya pada perut si ikan.
Semua murid menatap ngeri, sebagian dari mereka menutup kedua matanya tak ingin melihat penyiksaan yang dilakukan oleh guru mereka. Berbeda dengan Ryn yang malah sangat antusias melihat pisau itu membelah perut si ikan.
Jantung Ryn berdegup dengan kencang, gadis itu menelan ludahnya sendiri menatap daging ikan yang begitu segar. Sadar bahwa Ryn terlihat antusias di kelasnya, Mrs. Zoe mempersilahkan Ryn untuk menggantikannya.
"Mikaelson?" Panggilnya pada Ryn. "Kau mau melanjutkannya?"
"A... Apa?? Aku??" Ryn menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, sepertinya kau sangat tertarik saat aku menyentuh ikan ini"
Semua murid memandang Ryn dengan bingung, di saat semuanya merasa jijik dan ngeri malah Ryn satu-satunya gadis yang tak merasakan rasa geli ataupun jijik.
"Bagaimana? Apa kau mau?" Tawar Mrs. Zoe sekali lagi.
"Uhm..." Ryn terlihat ragu. "Okay, baik!"
Pelan-pelan Ryn menyentuh ikan yang sudah mati itu dengan kedua tangannya. Ia merasakan sesuatu di dalam dirinya, seperti aura memburu yang kuat.
Jantung Ryn berdetak cepat, matanya fokus menatap darah segar dari ikan yang mengalir kemana-mana. Tangan kanannya sedikit bergetar ingin segera memasukkan ikan itu ke dalam mulutnya.
Mrs. Zoe memperhatikan Ryn yang hanya diam saja memandangi bahan prakteknya, ia tersenyum dan menyentuh bahu Ryn lembut.
"Kenapa? Apa kau tidak berani?"
"Eh!" Ryn terkejut, lamunannya telah hilang seketika. "Maaf, aku hanya bingung"
"Nah! Sekarang tunjukan pada temanmu mana yang namanya insang dan mana yang namanya empedu"
Teman-teman Ryn fokus menatap ikan yang sudah terbelah. Tanpa suara, Ryn menunjuk bagian-bagian dari ikan yang di sebutkan oleh Mrs. Zoe.
"Ini..." Ujar Ryn pelan.
"Bagus! Deryne memang pintar ya?" Puji Mrs. Zoe lalu tersenyum lebar.
Triririring!
Semua murid tersenyum mendengar lonceng berbunyi yang mana menandakan kelas telah usai. Mrs. Zoe meminta agar murid-muridnya tetap tenang, namun bagaimanapun juga mereka hanya murid SMP yang ingin segera pulang ke rumah.
"Mikaelson??"
Ryn menatap Mrs. Zoe dengan serius saat suara indahnya memanggil dirinya, Ryn mendekati meja Mrs. Zoe.
"Apa kau bisa membantuku untuk membereskan alat praktikum kita hari ini?"
Bukan Ryn namanya kalau tidak menganggukkan kepala menuruti perintah sang guru. Gadis itu kembali meletakkan tas sekolahnya dan membantu membereskan meja praktik hari ini.
"Lizzie! Tolong bantu Ryn ya?" Pinta Mrs. Zoe lembut sebelum meninggalkan kelas.
Lizzie adalah teman sekelas Ryn. Sebenarnya dia anak yang manis, namun berkat gaya rambutnya yang selalu di kepang dan kaca mata bulatnya yang tebal! Sebagian murid tidak ingin berteman dengan si kutu buku itu.
"Biar aku yang membawa alat-alatnya ke laboratorium" pinta Lizzie ragu.
"Wah, kau baik sekali. Terima kasih"
Lizzie tertegun, ini pertama kalinya ia berbicara dengan Ryn. Selama ini ia hanya memperhatikan Ryn dari jauh, gadis itu takut untuk mendekati Ryn di karenakan teman-teman sekitar Ryn yang selalu terlihat keren dan lagi wajah Ryn yang cantik semakin membuat Lizzie minder.
"B... Ba... Baik!!"
Ryn memandang Lizzie yang gelagapan berbicara dengannya, gadis bermata biru itu tertawa senang sambil menepuk bahu Lizzie.
"Hahaha, lihat cara bicaramu itu! Kenapa kau seperti orang ketakutan begitu?"
"Ma... Maaf... A... Aku... Aku..." Lizzie melirik kesana-kemari.
"Lizzie, itu nama'mu kan?" Ryn tersenyum. "Kita ini teman jadi bersikaplah biasa saja denganku"
"Eh??" Air muka Lizzie berubah tegang, wajahnya bersemu merah mendengar kalimat Ryn.
"Mau aku bantu bawa itu ke laboratorium?"
Lizzie terus menatap Ryn, ia sama sekali tak bergerak dari tempatnya. Wajah gadis itu semakin memerah ketika Ryn mendekatkan wajah cantiknya di depan wajah Lizzie.
"Halo? Ada orang disana??" Goda Ryn.
"A... A... A..." Lizzie terbata-bata.
"........" Ryn menyentuh kening Lizzie untuk mengecek suhu badannya.
"Ka... Kau orang yang baik! Maukah kau berteman denganku?"
Lizzie berbicara dengan cepat, ia membungkukkan badan untuk memohon pada Ryn agar mau menjadi temannya.
"Lho? Bukannya kita memang sudah menjadi teman? Kita kan sekelas"
Gadis berambut kepang itu tersenyum senang, ia menganggukkan kepala lalu meminta izin untuk memindahkan alat-alat praktiknya ke laboratorium.
Jarak kelas Ryn ke laboratorium cukup jauh, sekarang giliran Ryn yang harus mengurus sisanya di dalam kelas. Mata Ryn kembali fokus menatap ikan yang sudah mati itu, ia menggelengkan kepala kuat untuk menolak aura memburu di dalam dirinya.
Sial! Apa yang terjadi dengan tubuhku?! - Ryn.
Dengan menghela nafas yang berat Ryn akhirnya mengangkat piring kotak tempat ikan itu dengan kedua tangannya. Gadis itu mencoba mengalihkan pandangannya agar tak fokus menatap si ikan, namun secara tiba-tiba indera penciumannya menjadi sensitif.
Hidung Ryn berkedut menciumi aroma darah segar dari sang ikan, ia kembali fokus menatap ikan tersebut. Mata Ryn berubah warna menjadi biru terang seolah mengeluarkan cahaya dari dalam bola matanya.
"Hentikan Ryn!!" Ryn memaki dirinya sendiri.
Persetan!! - Ryn.
Gadis bermata biru itu sudah tak kuasa menahan gejolak di dalam tubuhnya, ia mendekatkan bibirnya ke tubuh si ikan yang telah mati. Perlahan tapi pasti, Ryn memakan ikan itu, gadis itu sungguh menikmati acara makannya yang tanpa sadar ia lakukan di kelasnya.
Ryn tersenyum, taring tajam tumbuh secara ajaib di dalam mulutnya membuat ia semakin mudah ******* daging mentah tersebut.
"Oh my...." Lizzie menutup mulutnya dengan tangan kanannya saat melihat gadis tercantik di kelasnya melakukan hal yang sangat aneh.
Ryn terkejut, matanya dengan cepat menangkap sosok Lizzie yang sudah berdiri di depan pintu kelas memandangnya dengan takut. Lizzie melihat mulut Ryn yang masih berlumuran darah segar dari si ikan.
Depolrus~
BRAKK!!!
Pintu ruang kelas tertutup dengan rapat berkat mantra sihir yang di ucapkan Ryn, mengunci Lizzie dan Ryn di dalamnya. Mata Lizzie bergetar melihat teman perempuannya yang bersikap tak wajar, gadis itu hampir menangis saat Ryn semakin mendekatinya.
"Kau akan melupakan ini!"
Hmm~ Hmm~ Hmm~
Ryn mengikuti kata hatinya, ia membacakan sebuah mantra dari dalam pikirannya. Gadis itu menatap mata Lizzie dengan lekat, mencoba menghapus sebagian ingatan Lizzie yang melihatnya memakan bahan praktikum.
Kepala Ryn terasa berdenyut, pandangannya berkunang-kunang. Lizzie juga merasakan hal yang sama, dengan hitungan detik kedua gadis itu jatuh pingsan.
_____________________________________________
"Ryn??"
"Halo?? Ryn??"
Mata Ryn terasa berat, ia mencoba membuka matanya namun pandangannya terasa buram. Samar-samar bayangan wajah Lizzie terlihat di depan wajahnya.
"Ryn?? Kau sudah sadar??"
"Lizzie??" Ryn menyentuh kepalanya.
"Apa kau baik-baik saja??" Tanya Lizzie yang terlihat begitu khawatir.
"Memangnya apa yang terjadi?"
Ya Tuhan! Semoga mantra yang kuberikan berhasil - Ryn.
Lizzie nampak bingung, gadis itu menyentuh dagunya dan mencoba untuk berpikir. Merasa buntu, ia menggelengkan kepala pelan.
"Aku tidak ingat! Saat aku bangun, aku melihatmu tertidur di depanku" Lizzie tersenyum. "Aku khawatir, jadi aku membawamu kemari"
"Ini... Ruang kesehatan?" Ryn mengangkat sebelah alisnya.
"Benar!" Lizzie mengangguk. "Apa kau baik-baik saja sekarang?"
"Iya, ini semua berkat Lizzie" puji Ryn senang.
Gadis bermata biru itu melirik ke arah Lizzie dengan ragu, lalu dengan berani ia menggenggam jemari Lizzie yang membuat gadis culun itu tersipu malu.
"Lizzie, maukah kau menjadi temanku?" Pinta Ryn lembut.
Mata Lizzie terbelalak kaget, ia diam mematung untuk sementara waktu. Lalu dengan senyum lebarnya gadis itu menganggukkan kepala pelan.
"Iya, aku senang sekali"
Ryn memeluk Lizzie dan tertawa bersama dengannya, kedua gadis itu banyak menceritakan mengenai diri masing-masing. Mungkin untuk Lizzie keseluruhan ceritanya hampir benar, namun untuk Ryn ia tidak bisa menceritakan kehidupannya dengan jujur.
"Kau gadis yang baik, Lizzie"
Bersambung!!
Halo, jangan lupa untuk terus dukung saya! Tinggalkan Like dan komentar 😉🙏 Jangan lupa Follow, Favorit, Vote dan Rating. Terima kasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ
josssssss
2022-01-27
0
Saniia Azahra Luvitsky
semoga Lizzie baik sama Ryn
2021-03-25
1
Just Rara
semoga aja Lizzie benar2 anak yg baik ya
2021-03-14
2