Are You A Mermaid? (Season 2)
Di malam yang sunyi...
Seorang gadis tengah berlari dengan cepat, wajahnya dipenuhi air mata yang mengalir di pipinya. Sesekali ia menyeka air mata yang menetes agar tak mengenai makhluk mungil di pelukannya.
Sampailah ia di suatu tebing, satu-satunya tempat yang terpikirkan olehnya. Ia menoleh ke arah belakang, seseorang tengah berjalan mendekatinya. Langkah orang itu terdengar dengan sangat jelas.
"Tidak! Jangan sakiti bayi ini"
Suara langkah kaki orang itu terhenti, kini ia berdiri tepat di depan seorang perempuan dengan bayi mungil di pelukannya.
"Serahkan dia padaku Mod!!" Pinta Katrina tegas.
Katrina mendorong Mod dengan sihirnya. Tubuh Mod terpelanting jauh, dengan sekuat tenaga Mod melindungi bayi di pelukannya. Ia menangis, bibirnya tak berhenti untuk menciumi wajah bayi perempuan nan malang itu.
"Ku mohon Katrina! Jangan sakiti anak ini, dia tidak bersalah" pinta Mod memelas.
"Kelahirannya saja sudah salah Mod!" Katrina menatap tajam Mod. "Berikan padaku! Dan semua akan baik-baik saja"
Mod menggelengkan kepala kuat, ia tetap kukuh untuk mempertahankan bayi perempuan yang tak berdosa itu.
"Kau memilih jalan sulit ya??"
Wajah Katrina semakin marah, ia tersenyum sinis menatap wajah gadis malang di depannya. Gadis yang hanya bisa menangis dan tak cukup kuat itu selalu berusaha menganggu setiap rencananya.
"Kau hanya bisa menangis tanpa berbuat apapun!" Ledek Katrina. "Memangnya apa yang bisa kau lakukan sekarang tanpa Fuu dan Densha?"
Mata Mod nanar menatap wajah bengis Katrina, ia sesenggukan sambil terus menciumi bayi perempuan di pelukannya.
WHUSS!!!
Tubuh Mod seolah mati rasa begitu melihat bayi di pelukannya melambung ke atas. Katrina menggunakan sihirnya untuk mengambil bayi itu secara paksa, benar saja! Kini bayi itu sudah berada di pelukan Katrina.
Tangisan bayi tersebut pecah dan semakin mengeras saat Katrina menggendongnya. Mata Mod terbelalak kaget, ia memaksakan kedua kakinya yang sakit untuk bangkit. Gadis itu ingin merebut bayi itu kembali dari tangan Katrina.
"Jangan! Ku mohon jangan! Jangan sakiti dia... Hiks... Hiks..."
"Menjauh dariku gadis brengs*k!!"
Katrina menendang perut Mod cukup kuat, membuat Mod jatuh tersungkur ke tanah. Kedua ujung bibir Mod berlumuran darah, bahkan ada darah segar yang mengalir melalui lubang hidung gadis itu.
"Hiks... Hiks... Ku mohon..." Mod tak kuasa menahan rasa sakit di dadanya melihat bibir Katrina yang semakin mendekati kulit sang bayi.
"Jangan! Katrina... Jangan!!"
Katrina mengangkat bayi tersebut dan mencium keningnya, ia tersenyum sumringah menatap Mod yang sudah babak belur.
Mod menutup matanya rapat-rapat ketika Katrina mematahkan tulang muda kecil itu, suara tangisan bayi tersebut terdengar jelas di kedua telinga Mod. Gadis itu hanya bisa menangis histeris mendengar jeritan si bayi yang samar-samar suaranya menghilang entah kemana.
Dengan mata yang masih tertutup, Mod dapat mendengar suara Katrina yang sedang mengunyah daging muda nan lembut itu. Sesekali Mod juga merasa bahwa Katrina sedang meminum suatu cairan kental berwarna merah yang tak ingin dibayangkan oleh Mod.
"Hiks... Hiks... Kenapa kau jahat sekali?!" Mod masih menutup kedua matanya tak ingin melihat apa yang terjadi.
SLURP!!!
"Wah, ini enak!!" Katrina menghapus sisa darah segar disekitar mulutnya.
Katrina membuang sisa-sisa tengkorak kecil itu dengan melemparkannya ke bawah tebing. Ia tertawa terbahak-bahak, merasa dirinya menang.
Mod memberanikan diri membuka matanya, ia tersenyum memandang Katrina. Dengan wajah yang sudah lebam di sana-sini, gadis itu tertawa.
"....." Mod menyeringai.
"Apa?! Kenapa kau tertawa?!" Katrina menatap tajam pada Mod.
Mod berdiri sambil menyentuh tangan kanannya yang terasa sakit, ia memandang lurus ke arah Katrina.
"Apa kau tidak merasakan sesuatu?" Tanya Mod pelan.
"Merasakan apa??"
Deg!
Tiba-tiba jantung Katrina terasa sakit bukan main, gadis bermata hitam legam itu merasakan nyeri yang tak tertahankan di sekujur tubuhnya. Kepulan asap hitam mengitari tubuh ramping Katrina, semakin lama asap itu semakin tebal.
Dengan matanya yang mengerikan Katrina menatap Mod yang saat ini sedang tersenyum sinis memandang ke arahnya.
"APA YANG TELAH KAU LAKUKAN PADAKU MOD??" Bentak Katrina.
"Darah murni tak berdosa..." Gumam Mod lirih. "Itu kelemahan mu kan?"
Mata Katrina membulat, ia berteriak-teriak merasakan rasa sakit yang luar biasa di tubuhnya. Gadis itu meronta-ronta namun tak ada siapapun yang menolongnya.
"Aaakkkkhhh... Sialan! Apa yang kau berikan padaku?!" Katrina menyentuh kepalanya sendiri, ia menjambak rambut panjangnya dengan kasar.
Kepulan asap hitam semakin membumbung tinggi, menyelimuti seluruh tubuh Katrina. Perlahan tubuhnya berubah menjadi sesosok makhluk yang mengerikan.
Kilauan cahaya putih terlihat di tengah-tengah perubahan Katrina. Yang awalnya kecil, cahaya itu semakin besar dan menerangi kegelapan yang timbul dari diri Katrina.
Mata siapapun akan sakit melihat pancaran sinar itu, Mod menutup kedua matanya. Ia menunduk sambil melindungi kepalanya sendiri karena ia yakin sebentar lagi akan terjadi sebuah ledakan.
KRATAK!!
CRANG!!!
Tubuh Katrina menjadi butiran abu yang lembut bertebaran dimana-mana. Kaki Mod terasa lemas, ia tak kuasa lagi untuk menopang tubuhnya, gadis itu tersenyum dalam tangisnya.
"Kematian harus di balas dengan kematian..." gumam Mod lirih.
Sesaat sebelum tubuh Mod benar-benar terjatuh, Moa berhasil menangkap gadis itu. Pria berambut pirang itu terlihat bercucuran air mata namun ia tetap tersenyum menatap istrinya.
"Kau pemberani Mod" puji Moa lalu mencium kening Mod.
"Dimana dia??"
Moa menyandarkan tubuh Mod pada sebuah batu besar di dekatnya. Ia berjalan menjauhi Mod untuk mengambil sesuatu dari balik pohon, Moa tersenyum melihat sosok bayi mungil yang diam tanpa suara.
"Kau pintar sekali" Moa mengusap kening si bayi.
Mod yang sudah kelelahan hanya bisa duduk sambil melihat Moa yang berjalan mendekatinya sambil menggendong bayi kecil nan cantik.
"Ini" Moa menyerahkan bayi itu pada Mod.
"Anakku... Hiks... Hiks..." Mod menangis menciumi pipi si bayi.
"Kau sudah melakukan yang terbaik sayang" Moa menangis menatap tubuh istrinya yang penuh luka.
Pria itu memeluk keluarga kecilnya dengan penuh cinta dan kehangatan, ia tak berhenti menangis merasakan rasa sakit di hatinya.
"Kau ingin memberi nama apa untuknya?" Tanya Mod lembut.
Mata Moa menerawang jauh, mengingat-ingat masa lalu. Masa-masa saat dirinya dan Densha masih bersekolah.
"Deryne" ucap Moa lirih.
"Deryne? Kenapa?"
"Fuu pernah bilang, jika dia punya anak dia akan memberikan nama itu padanya"
Mod tersenyum tulus, ia kembali memeluk bayi perempuan itu dengan gemas.
"Baiklah... Mulai hari ini namamu Deryne Mikaelson ya??" Mod mencubit hidung mancung nan mungil itu.
Moa ikut tersenyum saat melihat istrinya terlihat senang, walaupun seumur hidupnya ia tak akan pernah melupakan kenangan ini. Namun ia sudah berjanji pada Mod akan merawat putri sahabatnya itu dengan sungguh-sungguh.
Bagaimana ia tidak sangat sakit hati? Bayi perempuan yang diserahkan Mod ke Katrina itu adalah putri kandungnya dan Mod. Awalnya ia sudah menentang Mod untuk melakukannya, namun jika Katrina berhasil memiliki bayi Fuu maka semuanya akan berakhir.
Jika kalian lupa! Kraken pernah bilang bahwa kelemahan dirinya adalah darah tak berdosa. Dan bayi merupakan jawaban yang tepat, bayi murni dari keturunan manusia dengan manusia yang baru lahir tentu tak memiliki sebuah dosa.
"Kenapa tidak kau beri nama belakang keluargamu??" Tanya Mod polos.
"Aku bisa memberimu banyak anak jika kau mau dan kau bisa memberi nama keluargaku pada mereka nanti" ucap Moa lembut.
"........."
"Untuk yang ini" Moa memandang bayi di pelukan Mod dengan hangat. "Biarlah dia memiliki nama asli keluarganya"
BERSAMBUNG!!!
Halo, jangan lupa LIKE dan komentar!!
Jika berkenan silahkan Follow, Favorit, Vote dan Rating! 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Elli Sahrida
dah lama nyari baru ini nemu part ini
2022-11-19
0
pathir
setuju awal cerita yg bagus walau ada air yg jatuh dari mta
2022-06-01
0
Reisa Adi Widya
season 1 abis langsung meluncurkan gas pooll ke season 2
2022-03-18
1