Mod terkejut ketika beberapa guru dari sekolah Ryn mengunjungi rumahnya. Rupanya Mod tidak tahu bahwa Ryn sudah kabur dari sekolah setelah melukai teman-temannya secara tidak langsung.
"Ryn anak yang baik, tidak mungkin dia melakukan itu" bantah Mod tegas.
"Tapi semua murid bilang bahwa Ryn pelakunya"
"Memangnya apa yang terjadi?"
"Seluruh murid mengalami mimisan parah, dan mereka bilang Ryn yang melakukannya"
"Hahaha, Ryn cuma anak kecil! Bagaimana caranya dia melakukannya??"
Pertanyaan yang dilontarkan Mod cukup sulit, membuat guru-guru itu tidak bisa membantah. Mereka tetap meminta untuk menemui Ryn.
Ryn menundukkan kepala saat melihat beberapa orang guru di ruang tamunya, gadis kecil itu berjalan mendekati Mod.
"Ada apa Ryn??"
Ryn terdiam, ia hanya mengulurkan kedua tangannya pada Mod. Gadis itu menyentuh kedua pipi Mod lembut lalu memejamkan kedua matanya.
Mod terkejut dengan aksi Ryn namun ia tak menolak putrinya melakukan itu, saat ini Mod tengah melihat ke dalam ingatan putrinya. Wajah Mod memerah menahan amarah, ia menatap setiap guru secara bergantian.
"Anda tetap tunggu disini! Saya akan menelpon suami saya, dan kalau bisa tolong anda panggil bapak petugas kebersihan di sekolah kemari" pinta Mod tegas.
Para guru menuruti kemauan nyonya Collin (Mod), bagaimanapun juga keluarga Collin sudah menyumbang banyak untuk pembangunan gedung sekolah dasar tersebut.
Selang beberapa jam mereka semua telah berkumpul, Nany menyiapkan banyak cemilan di atas meja untuk suguhan para tamu.
(Kalian masih ingat Nany kan?? Pembantu keluarga Moa yang telah mengabdi selama bertahun-tahun)
"Anak saya telah di bully!! Bagaimana cara kalian mengajar selama ini??" Mod menggebrak meja di depannya.
"Bagaimana anda bisa bicara begitu nyonya? Tidak ada hal semacam itu di sekolah kami"
Mod terdiam, ia tak mungkin mengatakan bahwa ia melihat ingatan Ryn. Hal itu dapat membahayakan Ryn suatu saat nanti jika mereka semua tahu bahwa Ryn sedikit berbeda.
"Katakan semuanya pada gurumu Ryn!!" Pinta Mod sambil menepuk bahu Ryn.
Ryn menceritakan semuanya secara rinci mulai dari saat dia pertama kali menyebutkan nama keluarganya hingga pertama kali teman-teman melakukan perundungan terhadapnya.
"Apa kau yakin tidak berbohong?" Tanya salah satu guru laki-laki dengan tatapan yang tajam.
Ryn meringkuk, ia menganggukkan kepala. Gadis itu hampir menangis walaupun hanya bercerita saja, karena dengan begitu ia jadi mengingat apa yang sudah teman-temannya perbuat.
"Aku tidak bohong" ujar Ryn lirih.
"Lihat??" Moa melotot menatap guru laki-laki itu. "Bagaimana anda bisa tidak tahu dengan kejadian ini?"
Tiga orang guru berdiskusi saling membicarakan masalah yang menimpa putri keluarga Collin, mereka bertanya pada bapak petugas kebersihan sebagai saksi.
"Itu semua benar" ucap bapak itu ragu.
"Lanjutkan!" Pinta Moa tegas.
"Siang itu saya menemukan nona Ryn di dalam kamar mandi, ia di kunci dari luar. Lalu beberapa hari kemudian saya melihat nona Ryn membersihkan kelas seorang diri"
Moa berdiri dari duduknya, ia berkacak pinggang menatap para pengajar di sekolah Ryn. Ia (Moa) marah-marah tak terima putrinya di perlakukan begitu buruk di sekolah yang sudah ia sumbang saat pembangunan gedungnya.
"Brengs*k! Kalian sebut diri kalian pengajar hah?!" Bentak Moa kesal.
Mod menutup kedua telinga Ryn, ia meminta Ryn untuk segera pergi ke kamarnya agar ia tidak mendengar pembicaraan orang dewasa.
"Maafkan kami tuan, kami sungguh tidak tahu" ucap salah seorang.
"Bagaimana bisa tidak tahu?! Sekolah itu cukup besar dan terkenal, kalian ini bodoh ya? "
"Sekali lagi kami minta maaf tuan"
"Siapa nama guru olahraga yang menghukum Ryn karena teman-temannya membuang sepatu olahraganya ke tempat sampah?!" Moa bertanya dengan serius.
Seorang guru wanita menjawab pertanyaan Moa dengan ragu. Ia menundukkan kepala tak berani menatap mata tajam milik Moa yang saat ini sedang berapi-api.
"Pecat dia! Jika tidak ingin sekolah itu ku ratakan dengan tanah!"
Semua orang terdiam, mereka terkejut dengan ancaman Moa. Yah... Keluarga Collin adalah satu-satunya orang terkaya dan yang memiliki kuasa di kota itu, sejak beberapa tahun yang lalu entah bagaimana caranya perusahaan milik keluarga Mikaelson jatuh ke keluarga Collin.
Isabella Mikaelson memberikan seluruh perusahaanya pada alih waris yakni keturunan Densha, namun karena Ryn masih terlalu muda dan tak mengerti apapun jadi untuk sementara waktu Moa lah yang memegang perusahaan itu. Rumor yang beredar di masyarakat adalah Moa sengaja membunuh sahabatnya sendiri untuk mengambil perusahaan Mikaelson namun itu tidak benar! Itu hanya cerita yang di besar-besarkan.
"Baik tuan!" Jawab guru laki-laki dan menundukkan kepalanya.
Mod mengusap-usap bahu Moa agar pria itu merasa sedikit lebih tenang. Ia tahu Moa pasti sangat marah dan merasa sakit hati melihat putrinya di perlakukan dengan buruk.
"Pindahkan Ryn ke sekolah lain" Moa menatap Mod lembut.
"Apa??"
"Urus surat pindah Ryn ke sekolah lain dengan cepat" pinta Moa tegas.
"Kami mohon tuan jangan seperti itu, kami janji kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi"
Moa memandang guru itu dengan tatapan meledek, lalu pria berambut pirang itu menyeringai.
"Bukankah sudah terlambat untuk mengatakan itu??"
Cih! Aku tidak mau putriku datang ke neraka itu lagi - Moa.
_____________________________________________
Pukul 7 malam, Nany memanggil setiap penghuni rumah untuk berkumpul. Sebentar lagi saatnya makan malam, wanita tua itu menaiki anak tangga hendak memanggil nona kecilnya.
"Nona Ryn??"
KRIET!!
(Nany membuka pintu)
"Kenapa gelap sekali?" Nany menyalakan lampu, ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Ryn. "Nona??"
"DOR!!"
Ryn memeluk Nany dari belakang, membuat Nany terlonjak kaget. Ternyata sedari tadi Ryn bersembunyi di balik pintu kamarnya dan sengaja mematikan lampu untuk mengejutkan Nany.
"Duh! Anak ini" Nany mencubit pipi Ryn gemas. "Nany sudah tua, jangan sering-sering melakukan itu ya?"
"Hehe, oke baik!" Ryn memeluk Nany nya lagi sebelum melangkah keluar kamar.
Nany menggandeng tangan nona kecilnya untuk menuruni anak tangga, ia tersenyum memandangi wajah Ryn yang dianugerahi kecantikan alami sejak usia dini.
"Nany masak apa??"
"Nyonya sih menyuruh Nany membuat sup"
"Kok sup sih?!" Ryn cemberut. "Aku kan suka ikan"
"Sudah empat hari berturut-turut Nany masak ikan loh, apa nona tidak bosan?"
Ryn menggelengkan kepala pelan. "Tidak, aku tidak pernah bosan makan ikan"
"Baiklah, besok Nany akan masakan ikan lagi untuk nona"
"Eh?" Ryn menoleh ke arah Nany. "Beneran??"
"Iya, tapi hari ini makan sup dulu ya?" Senyuman hangat terpancar dari wajah Nany yang di sambut oleh senyuman Ryn juga.
"Oke, baik!"
Putri tuan muda benar-benar menggemaskan!! - Nanny.
Saat berjalan melewati depan ruang kerja Moa, mata Ryn fokus memandang aquarium di sebelah pintu ruang kerja ayahnya. Banyak ikan-ikan kecil berenang di dalam sana, tanpa sadar Ryn menelan ludahnya sendiri menatap ikan-ikan itu.
"Ada apa nona??"
"Eh?" Ryn terkejut. "Tidak, tidak ada apa-apa"
"Ayo, nyonya dan tuan pasti sudah menunggu"
"Iya"
Ryn melepas pegangan tangannya pada Nany, gadis kecil itu berlari saat ia melihat Moa sudah duduk di kursinya.
"Papa!" Teriak Ryn senang.
"Jangan lari-lari!" Pinta Moa panik.
Moa memeluk putrinya, ia memangku Ryn di pangkuannya dan mencium kening Ryn.
"Hentikan papa! Aku sudah besar" ucap Ryn polos.
"Besar darimana??" Moa terkejut. "Tinggi mu saja tidak melebihi kursi ini"
Ryn cemberut, ia tak menjawab lelucon dari ayahnya. Hal itu semakin membuat Moa gemas dan ingin menjahili putrinya.
"Apa Moegi sudah tidur?"
"Iya, dia perlu banyak tidur untuk tumbuh dewasa" jawab Mod lembut.
Mod menyiapkan mangkok sup di atas meja, ia menatanya dengan sangat rapi selagi Nany mengambil panci sup dari dapur.
"Nany ikut makan disini saja" ajak Mod senang.
"Tapi nyonya..." Nany menundukkan kepala malu.
"Turuti dia Nany, sekarang rumah ini milikku. Apa yang Nany takutkan?" Moa menyahuti.
"Baik tuan" Nany tersenyum, ia menganggukkan kepala dan ikut duduk di samping Mod.
Sebelumnya tuan Collin (ayah Moa) memang memperlakukan Nany dengan baik, namun untuk makan bersama ia masih melakukan perbedaan terhadap orang yang sudah mengabdi padanya selama puluhan tahun itu.
"Ayo, buka mulutmu!" Moa menyuapi Ryn yang duduk di pangkuannya.
"Aaa..."
"Hap! Gadis pintar"
Apa dia memiliki kemampuan yang sama seperti Fuu? Mengingat dia juga bisa menunjukkan ingatannya pada orang lain - Moa.
Bersambung!!
Please guys! Jangan lupa LIKE!! Follow, Favorit, komentar, Vote dan Rating.
Dukungan kalian itu berarti banget bagi saya 😘🙏 Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
salsabila cacha
udh bca sampai sni tpi masih kpikiran klnjutan kjafian densa sama fuu thor,
2022-04-15
1
𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ
makin seru dan q syukaaaa makasih Thor👍👍👍😍😁
2022-01-27
0
Saniia Azahra Luvitsky
lah masa si densha meninggal, sih blom paham juga gmna ceritanya
2021-03-25
1