"Alkisah... Hiduplah seorang putri yang amat cantik jelita, karena kutukan sang penyihir... Putri itu jadi tertidur dan tidak bisa dibangunkan oleh siapapun. Beberapa tahun kemudian, datanglah pangeran es yang hangat, ia ingin menyelamatkan sang putri dengan ciumannya..."
BUAK!!
Tinjuan maut mendarat tepat di ujung bibir Moa, membuat pria berambut pirang itu jatuh tersungkur ke lantai.
"Jangan berisik Moa!! Sudah gila ya membaca dongeng di situasi seperti ini?" Densha mengusap tangannya yang baru saja ia gunakan untuk menghajar Moa.
"Duh! Dasar, aku kan bosan hanya melihat Ryn menyanyikan lagu-lagu duyung itu?! Memangnya kau tahu, apa yang sedang gadis itu lakukan?"
"Aku tidak tahu, tapi yang aku tahu aku lebih baik mendengarnya bernyanyi daripada mendengar dongeng bodoh mu itu!!"
Densha melirik tajam pada sahabatnya sendiri, pria itu melipat kedua tangannya di depan dada sambil terus memperhatikan Ryn.
"Apa sih?" Moa bangkit berdiri. "Padahal sudah aku puji"
"Kapan kau memujiku??" Sahut Densha cepat.
"Aku kan tadi sudah bilang bahwa kau ini Es yang hangat, jarang-jarang loh ada yang berkata begitu padamu!"
Densha menoleh pada Moa, tatapannya benar-benar tidak menyenangkan. Moa sendiri sampai membuang muka agar tak kontak mata langsung dengan Densha.
"Sebenarnya kau ini saat di sekolah dasar lulus tidak sih?" Densha bertanya serius.
"Hei, aku kan satu sekolah denganmu! Tidak mungkin kau tidak tahu"
"Kita satu sekolah saat SMP dan SMA saja, kau tidak ingat aku harus Homeschooling semenjak kedua orangtuaku meninggal?"
"Oh iya benar!" Moa tersenyum lebar. "Tentu saja aku lulus"
"Lalu kenapa kau masih bodoh begitu??" Densha melotot. "Fuu bahkan akan berkata bahwa Es itu dingin, bukannya hangat"
Sebenarnya siapa yang bodoh?? - Moa.
"Kau benar-benar tidak tahu perumpamaan ya??" Moa menggelengkan kepala kuat.
"Jangan bicara padaku Moa! Aku takut tertular virus MOI"
"Virus apa??" Moa mengangkat sebelah alisnya bingung.
"Virus M O I" Eja Densha lalu terdiam sejenak, "Virus Moa Idiot"
"Kurang ajar! Kau memang menyebalkan!!" Moa mencekik leher Densha, tapi percayalah mereka hanya bercanda.
"Hahaha" Densha tertawa melihat sahabatnya naik pitam.
Ryn membuka kedua matanya, gadis itu kini memandang dua orang pria yang sedang saling mencekik satu sama lain.
Ya Tuhan! Saat masih muda mereka berdua konyol sekali - Ryn.
"Hei, kalian!" Ryn memasang wajah super datar memandang Densha, "Kau benar!"
"Benar soal apa??"
"Gadis ini sedang dalam pengaruh sihir"
(Jika kalian lupa!! Di episode 115 SEASON 1 berjudul Festival H-2 bag.5 ada adegan dimana Katrina menempelkan jari telunjuknya di dahi Fuu dan berkata "Meskipun Ryn kembali, dia akan tetap kesusahan menyelamatkanmu" Di saat itu Katrina memberikan sihir pada tubuh Fuu)
"APA??!" Tanpa sadar Moa berteriak.
"Apa Katrina pelakunya??"
Densha mulai serius, pria itu berjalan mendekati lemari pakaiannya dan mengambil jaket Hoodie miliknya. Dengan cepat, jaket itu sudah terpasang di tubuh pria itu.
"Memangnya kalau benar Katrina pelakunya kau mau apa??" Ryn beranjak dari duduknya.
Gadis bermata biru itu tergesa-gesa menghalangi jalan Densha dengan cara berdiri di depan pintu kamar sembari meregangkan kedua tangannya.
"Aku akan bicara padanya" Densha menatap mata Ryn.
"Oh iya? Kalau bukan aku yang menyelamatkanmu di festival waktu itu, kalian semua akan tiada" Ryn membalas tatapan mata Densha.
Sial! Warna matanya benar-benar mirip denganku - Densha.
"Lalu?" Densha melotot, "Apa sekarang kau bisa menyelamatkannya??"
"Aku tidak bisa" Sahut Ryn cepat.
Densha memandangi Ryn dengan kesal, pria tampan itu berbalik arah dan tak ingin menatap putrinya sendiri. Sejujurnya di hatinya yang paling dalam, ia masih tidak mempercayai ucapan Ryn yang mengatakan bahwa dia adalah putri kandung Densha.
"Tapi..." Ryn melanjutkan kalimatnya.
Densha menghentikan langkah kakinya untuk menjauhi Ryn, ia terdiam sejenak menunggu Ryn meneruskan kalimatnya.
"Ki... Ki... Kita..."
"Bicara yang benar!"
Mata Ryn membulat, jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Kenapa begitu susah dan begitu menegangkannya hanya untuk mengajak Densha bicara? Ryn mengepalkan kedua tangannya, gadis itu menghela nafas panjang.
"Kita bisa menyelamatkannya..."
"........."
Tanpa bicara, Densha menatap Ryn bingung seolah mengatakan 'Apa yang sedang kau bicarakan?'
"Katrina sengaja memberi kutukan pada tubuh Fuu, menurutku itu seperti mantra kejujuran. Hanya keluarga yang bisa menolongnya"
"Mantra kejujuran??" Densha semakin tak paham.
"Kau kan juga penyihir! Kenapa tidak kau bantu saja dengan mantra'mu" celetuk Moa asal.
"Aku bukan penyihir, ini cuma berkat yang kumiliki"
Densha melotot menatap Moa, ia mengacungkan jari telunjuknya pada pria berambut pirang itu agar diam.
"Tidak ada yang mengajakmu bicara Moa!" Tegas Densha.
"Dih! Kenapa kalian berdua jahat sekali, keberadaan ku tidak dianggap" Moa mengerutkan bibirnya dengan manja. "Dasar! Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya, kalian berdua sama-sama menyebalkan"
Kenapa aku juga dikatain menyebalkan?? - Ryn.
"Kau bilang hanya keluarga yang bisa menolongnya, begini ya? Aku tidak ada ikatan darah dengan Fuu" Densha menjelaskan dengan begitu detil.
"Hah..." Ryn melemaskan bahunya, "Katrina sengaja melakukan ini karena dia ingin aku jujur pada semua orang dan membuka identitas asliku"
"Seandainya Fuu tahu aku putrinya maka kutukan Katrina tidak akan bekerja, saat festival aku menghapus ingatan kalian semua dan itu membuat kutukan Katrina terjadi" timpal Ryn lagi.
"Baiklah, anggap saja aku mempercayaimu!" Densha mengalah, "Sekarang bagaimana ikatan keluarga ini bisa menolongnya?"
Ryn mendekati tubuh Fuu, ia menyentuh dahi Fuu yang dingin. Lalu dengan perlahan ia beralih memandang Densha.
"Aku akan menyelami pikirannya"
"Hah??" Densha melongo.
"Iya..." Ryn menganggukkan kepalanya. "Sedikit darahmu dan sedikit darahku diperlukan disini, aku akan melakukan sebuah ritual"
Moa mendelik mendengar ucapan Ryn, pria berambut pirang itu segera beranjak mendekati sahabatnya dan merangkul lengan Densha.
"Apa sih?! Lepaskan!"
"Gadis itu bilang akan melakukan sebuah ritual kan?? Apa dia akan memanggil arwah??"
Densha menggelengkan kepala pelan menatap Moa, sebenarnya kurang sabar apa pria itu menjadi temannya selama ini.
"Dia tidak melakukan ritual untuk memanggil hantu Moa, jadi diam dan tenang saja!"
"Oh, begitu. Hehe" Moa melepas tangannya dari lengan Densha.
"Idiot!" Sindir Densha sinis.
"Sudah lah, kalian berdua tidak bisa ya tidak ribut satu hari saja??" Ryn berkacak pinggang menatap kedua papanya.
"Aku perlu beberapa lilin dan kertas" pinta Ryn. "Lalu... Kita harus ke tempat yang sedikit luas untuk menyalakan lilin-lilin itu"
Densha terdiam sejenak, pria itu mengerutkan dahinya tengah berpikir. Moa menepuk bahu Densha lembut dan memandangnya lalu tersenyum.
"Kau kan punya basemen di bawah" usul Moa. "Ngomong-ngomong aku juga belum pernah pergi ke sana"
"Iya, kau benar!! Kita bersihkan dulu tempat itu" Densha menyetujui ucapan Moa.
Tok!
Tok!
Tok!
Tok!
"Eh? Ada tamu??" Densha dan Ryn terkejut, mereka berdua takut bahwa itu adalah Katrina.
"Tenang lah, jangan tegang!" Moa tersenyum, ia melangkah keluar kamar Densha.
"Hei, kau tahu siapa itu??"
Moa tersenyum lebar, matanya terlihat begitu bahagia memandang ayah dan anak yang seumuran di depannya.
"Itu Mod, aku memanggilnya kesini"
"Kau gila?! Ini sudah malam dan menyuruh seorang gadis kemari?" Densha memaki Moa kesal.
"Ini semua gara-gara kalian yang tidak menganggap keberadaan'ku tadi"
Tok!
Tok!
Tok!
"HOI, ADA ORANG TIDAK SIH?! MENYURUHKU KEMARI TAPI TIDAK SEGERA DI BUKAKAN PINTU!!"
Mod berteriak kencang dari luar rumah Densha, Moa yang mendengar itu segera bergegas berlari menuju pintu utama keluarga Mikaelson.
"Hah... Sebenarnya aku malas bersih-bersih ruang bawah itu" gumam Densha pelan.
"Aku bisa membantumu" ucap Ryn.
Ryn tersenyum sambil mengangkat tangan kirinya, sebenarnya ia bermaksud memberitahu Densha bahwa ia akan menggunakan sihirnya untuk berbenah namun Densha yang tidak mengerti hanya melengos tidak peduli.
BERSAMBUNG!!
Jangan lupa Like, Komentar, Follow, Favorit, Vote dan Rating ya?? 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Saniia Azahra Luvitsky
jutek ya
2021-04-01
1
Just Rara
semoga aja ritual yg dilakukan Ryn berhasil ya☺️
2021-03-15
3
yeyen ee
Keren bgt author nya
2021-03-10
1