Moa mondar-mandir di depan ranjang Ryn, sesekali ia memperhatikan wajah cantik putrinya yang saat ini tengah pingsan.
"Pa... Lihat tangan kakak!!" Seru Moegi yang sedari tadi memperhatikan pergelangan tangan Ryn.
"Ya Tuhan!! Dia benar-benar mirip dengan ibunya"
Yahh... Luka di pergelangan tangan Ryn menutup dengan sendirinya dan memudar. Hybrid memang tak mampu melakukan itu, namun Ryn bukanlah Hybrid (pernah di jelaskan di season 1)
Ryn membuka kedua matanya perlahan, samar-samar secercah cahaya masuk namun ia masih belum bisa melihat apapun. Gadis itu mengedipkan matanya berulang kali agar pandangannya terlihat jelas.
"Papa??" Panggil Ryn yang langsung duduk di ranjangnya.
"Sayang? Kau baik-baik saja?!"
Moa yang sangat khawatir langsung memeluk Ryn, ia mengusap kepala Ryn berulang kali.
"A... Aku..." Ucap Ryn terbata-bata. "Aku masih hidup??"
"Tentu saja!" Moa mencium kening Ryn.
"Bagaimana bisa?? Aku hampir membuat tanganku terpotong! Harusnya aku sudah mati kan??"
"Kau ini bicara apa?! Aku tidak akan membiarkanmu mati!"
"Tapi..." Ryn nampak murung.
Jadi begitu ya? Katrina tidak membiarkan aku mati dengan mudah - Ryn.
"Tenanglah Ryn... Papa Mohon, jangan lakukan itu lagi"
"Kenapa? Toh tahun depan aku juga akan mati"
Moa memejamkan kedua matanya, terlihat jelas urat di pelipis mata pria itu yang menandakan bahwa ia sedang menahan sebuah emosi yang tak mampu ia katakan.
Mod memasuki kamar Ryn sambil membawakan minuman untuknya, wanita dewasa itu kini duduk di samping putrinya.
"Ryn..." Mod mengusap pipi Ryn lembut. "Kau sudah kami anggap seperti putri kami sendiri"
"Apa??" Ryn mendelik. "Jadi... Aku betulan bukan putri kandung kalian??"
Moa dan Mod mengangguk secara bersamaan. Moegi menatap tajam kedua orangtuanya, anak laki-laki itu menggelengkan kepala tak ingin mempercayai ucapan kedua orang tua itu.
"Malam itu..." Mod menerawang jauh ke belakang, ia menghela nafas berat sebelum menceritakan suatu hal yang harusnya ia kubur dalam-dalam di hatinya.
~
👉 FLASHBACK ON 👈
Jeritan bayi terdengar dari rumah besar keluarga Collin, seorang dokter dibantu para asisten sedang membersihkan tubuh seorang wanita yang baru saja melahirkan.
Wanita itu menangis penuh kebahagian ketika malaikat mungil yang selama ini ia nantikan akhirnya terlahir ke dunia.
Diluar kamar, seorang pria berambut pirang terlihat begitu cemas menantikan sang buah hati lahir ke dunia. Wajahnya di penuhi peluh yang tak bisa ia tahan, kecemasannya memudar ketika ia mendengar tangisan bayi di dalam rumahnya.
KLAP!
(Pintu terbuka)
Dokter yang menangani kelahiran Nyonya Collin keluar, ia tersenyum bahagia memandang wajah pucat milik Moa.
"Selamat ya tuan? Anak anda perempuan" ucap dokter itu ramah.
"A... Apa??" Moa begitu gugup. "Apa istriku baik-baik saja??"
"Iya, anda bisa masuk sekarang"
Dengan terburu-buru Moa melangkah masuk, matanya menyapu seluruh ruangan dan berhenti pada ranjang besar di dalam kamarnya. Ia tersenyum ketika melihat Mod tengah memeluk malaikat mungilnya.
"A... Aku... Aku sudah jadi seorang ayah" Moa tertawa kegirangan.
Mod mengarahkan tangan kanannya agar Moa mendekat, ia menunjuk ke arah bayi perempuan yang sekarang sedang tertidur.
"Lihat dia! Cantik sekali, mirip denganmu" puji Mod.
"Hehe... Iya dong!" Moa mencium kening Mod lembut.
Lengkap sudah kebahagiaan Moa saat ini, baru beberapa jam yang lalu ia mendapat kabar bahwa putri sahabatnya juga lahir ke dunia. Namun, karena Mod juga akan melahirkan di hari yang sama ia jadi tidak bisa melihat langsung bagaimana wajah bayi perempuan Densha dan Fuu.
Moa hanya mampu mengucapkan selamat melalui ponselnya. Ia berencana akan membelikan hadiah yang sangat istimewa untuk putri Densha.
Malam ini, tuan Collin juga hanya bisa mendengar kabar kelahiran cucunya melalui ponsel dikarenakan dia saat ini sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negri, Moa berbohong pada ayahnya bahwa dirinya melahirkan di rumah sakit elite padahal karena air ketuban Mod yang pecah terlebih dahulu, ia jadi harus memanggil dokter dan melakukan persalinan di dalam rumah.
Dokter yang menangani Mod pamit untuk segera kembali ke tempatnya berikut para suster yang ikut hadir di rumah Moa.
"Terima kasih..." Moa menjabat tangan dokter itu dengan hangat.
"Sama-sama tuan!"
Moa memandang Mod untuk meminta ijin mengantar dokter dan perawat sampai ke depan pintu. Wanita itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepala pelan memandang suaminya.
"Bayi mungil mama begitu menggemaskan!" Puji Mod senang.
Tak henti-hentinya Mod mencium pipi bulat bayinya. Sesekali wanita itu mencubit ujung hidung bayinya karena gemas dengan makhluk mini tersebut.
"Nah... Lebih baik kuberi nama siapa ya??" Mod menatap langit-langit kamarnya.
"Ehm..." Ia beralih memandang wajah lucu putrinya yang sedang tertidur.
"Momo Collin??"
Benar! Mod teringat saat Fuu memanggilnya Momo karena kedekatannya dengan Moa beberapa tahun silam, jika di pikir-pikir nama itu juga bagus untuk bayi perempuan.
Apa lagi arti namanya yang menghubungkan nama Moa dan Mod, jadi Mod pikir nama itu sangat cocok untuk hasil cintanya dengan Moa.
"Bagaimana??" Mod menatap bayinya. "Apa kau setuju? Momo Collin??"
Mod tertawa terbahak-bahak menyadari dirinya sedang berbicara pada bayi yang bahkan tak memandang dirinya saat berbicara.
"Kau sedang apa??"
Mod terkejut saat Moa tiba-tiba sudah berada di dalam kamar, pria itu membawakan banyak makanan dan minuman untuk istri tercintanya.
"Astaga! Bikin kaget!" Mod mengusap dadanya sendiri. "Kenapa membawa makanan sebanyak itu?"
"Kau kan baru saja melahirkan, pasti sakit ya??" Wajah Moa memerah, ia bahkan tak berani memandang istrinya.
"Lalu??"
"J... Jadi..." Moa menatap ke atas. "Biarkan aku merawatmu sampai rasa sakit itu hilang, kau tak perlu repot-repot mengambil makanan dari dapur! Aku yang akan melakukan semuanya"
"Hahaha, Moa... Kau ini baik sekali"
"Tolong, untuk sementara jadikan aku pelayanmu" gumam Moa lirih.
"Apa?!" Mod terkejut bukan main mendengar suaminya berkata seperti itu.
Wanita muda itu tersenyum lebar hingga hampir menangis, tak pernah ia merasa sebahagia ini. Ia tidak habis pikir bahwa menikah dengan Moa adalah suatu anugerah terbesar di dalam hidupnya.
"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya Mod lembut.
"Densha pasti mengerti!" Moa menggaruk belakang lehernya. "Fuu juga baru saja melahirkan hari ini, jadi Densha pasti akan mengambil cuti juga"
"Moa... Moa..." Mod menggelengkan kepala. "Kedudukan mu di perusahaan itu masih di bawah Densha, memangnya dia akan memberimu ijin untuk cuti??"
"Hei, dia kan sahabatku" gerutu Moa kesal.
"Kalau bukan karena keluarganya juga keluargamu tidak akan sekaya ini" sindir Mod ketus. "Lagipula kalian berteman juga karena hubungan kedua orang tua kalian di masa lalu kan?"
"Aku tulus berteman dengannya..." Moa mulai cemberut.
"Hahaha, iya-iya! Baiklah... Aku yakin Densha akan mengijinkan mu libur"
Mod tersenyum manis, ia mengusap pipi suaminya pelan. Melihat istrinya memperlakukan dirinya dengan baik, Moa malah memeluk Mod secara tiba-tiba.
"Eh? Apa sih??"
"Aku sangat menyayangimu" bisik Moa di telinga Mod.
"Aku tahu" sahut Mod cepat.
"Cih! Kenapa cuma begitu jawabnya"
"Lalu kau mau aku jawab seperti apa?"
"Huh!" Moa melepas pelukannya, pria berambut pirang itu mengambil beberapa buah dan mengupasnya.
"Apel itu untukku??"
"Tentu saja! Kau harus menjaga stamina mu, aku tahu kau juga ingin tetap langsing sehabis melahirkan jadi aku bawakan buah"
"Wah" Mod tertawa tanpa suara, wanita itu benar-benar beruntung mendapatkan suami seperti Moa.
"Hei Moa..." Panggil Mod pelan.
"Apa??" Moa tetap fokus mengupas apel nya.
"Aku sangat menyayangimu"
"Aku tahu!"
"Dih! Apa sih?! Balas dendam ya??" Mod tertawa.
"Hehe, aku lebih menyayangimu dari apapun Mod" jawab Moa dengan wajah yang memerah.
Manis sekali... - Mod.
Tingtong!
Tingtong!
Tingtong!
Moa dan Mod saling pandang, mereka terkejut mendengar bunyi bel rumah yang di tekan berulang kali.
Pria berambut pirang itu menyerahkan apel yang sudah ia kupas pada Mod, ia meminta istrinya agar tetap di dalam kamar bersama bayinya.
"Biar aku saja!" Ucap Moa.
"Berani?? Ini sudah malam loh, bukankah kau takut hantu?" Goda Mod.
"Hus! Jangan bicara seperti itu, aku kan jadi merinding"
"Hahaha, mau aku temani"
"Tidak, badanmu pasti masih sakit-sakit"
Moa menelan ludah sebelum akhirnya memberanikan diri menuju pintu utama keluarga Collin, pria berambut pirang itu membawa alat pemukul di tangan kirinya jika itu memang orang jahat yang sedang berusaha masuk ke dalam rumahnya.
Tapi... Masa ada sih penjahat yang menekan bel pintu?? - Moa.
Deg!
Deg!
Deg!
Tangan kanan Moa meraih gagang pintu, pria itu bersiap membukakan pintu bagi siapa saja yang saat ini sedang diluar rumahnya.
CEKLEK!!
(Pintu terbuka)
Mata Moa melotot menatap seseorang yang saat ini sedang berdiri di depan rumahnya, bahkan alat pemukul yang ia genggam dengan erat jatuh seketika saking terkejutnya ia dengan tamu itu.
"Fuu??" Ujar Moa lirih.
BERSAMBUNG!!!
Halo, Jangan lupa LIKE!! Komentar, Vote, Follow, Favorit dan Rating ya? 😉😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Saniia Azahra Luvitsky
knpa nih fuu
2021-04-01
1
Just Rara
loh knp fuu krmh Moa,bukanya dia baru hbs melahirkan juga🤔🤔
2021-03-14
2
Wati Simangunsong
knl dgn fuu
2020-09-07
1