My Possessive Cat Girl
Seorang gadis bermuka kusut tengah menyangga dagunya dengan telapak tangannya. Poni sepanjang alisnya sedikit memperbaiki wajah kusutnya, setidaknya ia masih terlihat manis.
"Oke ... jadi sekarang bagaimana, Ting Er."
"Tamat ya riwayatmu?" tanyanya pada dirinya sendiri. Matanya sama sekali tak menyiratkan cahaya, ia hanya terus menatap pada laptopnya.
"Aku tidak tahu kenapa harus ada tes bahasa Inggris di prodi bahasa Mandarin. Argh ...!" teriaknya kesal sambil menggebrak mejanya. Mungkin setiap pengunjung kafe terkejut dan menatapnya tak suka padanya sekarang.
Tampaknya nilai test bahasa Inggris sebagai syarat kelulusan yang terpampang di layar laptop gadis itu kurang, bahkan sangat kurang untuk memenuhi standar kelulusan.
Ting Er belum pernah setertekan ini sebelumnya. Padahal ia sangat mahir berbahasa Mandarin dan berhasil mendapatkan banyak perhatian dosen-dosennya selama satu semester awal ini.
Selain kegagalan nilai tes bahasa Inggrisnya, ia juga baru saja kalah dari seorang teman perempuan bernama Margaretha dalam sebuah lomba kecil-kecilan milik universitas.
Ting Er cukup perfeksionis selama ini. Ia selalu bermimpi menjadi orang yang sempurna, memiliki nilai bagus, tubuh yang bagus, kulit yang bagus, dan masih banyak lagi. Memang kenyataannya ia selalu menonjol dan terkemuka selama ia masih duduk di SD, SMP, dan SMA. Sayangnya ia lupa, bahwa selalu ada langit di atas langit.
"Padahal nilai bahasa Inggrismu selalu 100 waktu SMA kan Net?"
Suara itu memecah kegelapan di atmosfer kepala Ting Er. Dan ya, nama Indonesia gadis ini adalah Shanette. Ting Er adalah nama mandarin buatannya sendiri semenjak ia masuk program studi bahasa Mandarin.
"Ruben?" Ting Er menoleh.
"Nggak usah khawatir. Tahun depan kalau dicoba lagi pasti bisa," Teman laki-laki itu tiba-tiba muncul di kafe dan menyemangati Ting Er.
Ting Er tersenyum kecut. Lagi pula semangat itu tidak ada gunanya. Ruben yang sombong itu pasti sudah lulus test bahasa Inggris dengan nilai terbaik.
"Aku pergi," Ruben melambaikan tangannya.
"Hati-hati," Ting Er berbasa-basi. Namun setelah laki-laki itu berbalik, senyum Ting Er menghilang.
Jika dapat didiagnosa, mungkin saat ini Ting Er sedang mengalami ketidakstabilan mental. Setelah kembali pulang dan mencoba belajar bahasa Inggris pun, sampai mendengarkan penutur bahasa Inggris di youtube saja sudah membuatnya muak, menyerah.
Belum lagi saat teringat akan kejadian memalukan disaat lomba. Ia terlalu gugup hingga melupakan semua susunan kata-katanya pada waktu wawancara hari itu. Banyak kekacauan dan ocehan ngawur yang membuatnya tak bisa lupa hingga menangis saat ini.
"Kedepannya ... kalau aku terus seperti ini. Bagaimana bisa lulus dengan baik?" tangisnya.
Orangtuanya sudah begitu berharap padanya. Tekanan tugas akhir semester, ingatan akan lomba memalukan, dan nilai tes bahasa Inggris membuatnya berfikir yang tidak-tidak.
"Kalau saja aku punya uang, aku bisa keluar dari semua ini. Lalu makan, tidur, liburan, iya kan Tuhan?"
"Aku lelah ..." tangisnya lagi.
"Kalau aku belajar di liburan semester ini, harus belajar yang mana dulu? Bahasa Mandarin? Lalu bagaimana bahasa Inggrisku? Liburannya juga singkat. Tuhan, Engkau tahu juga kan kalau tempatku kuliah ini agak kejam? Liburnya hanya dua atau tiga minggu," omel Shanette alias Ting Er. Ia berbicara sambil menatap langit-langit kamarnya sendiri.
"Tolong lah ... beri aku dua puluh miliar saja! Aku pasti akan bahagia. Berhenti melakukan semua kebodohan ini, hidup, dan melayaniMu. Ya?" pinta gadis itu sungguh-sungguh.
"Aku hanya tidak ingin mengecewakan orangtuaku hiks ..." Ia berusaha menangis mencari belas kasihan, mana tahu Tuhannya mau memberinya dua puluh miliar.
Setelah berlama-lama menangis, Ting Er membuka ponselnya untuk menonton drama di youtube. Namun di beranda malah muncul updatean video terbaru pendeta favoritnya.
Tanpa sengaja video itu terputar. Sayangnya Tuhan benar-benar menjawabnya dengan ucapan seorang hambaNya lewat video itu.
"Kebanyakan orang ingin sukses, namun tidak mau membayar harganya,"
Jleb.
Singgungan itu benar-benar tepat sasaran, "Aku tahu. Tapi aku sudah berusaha. Dan aku ini mudah insecure..." elak Ting Er.
"Terserah saja. Huuuhu ..." Ia menutup ponselnya, dan menangis lagi.
"Tidak ada yang memahamiku, tidak ada ..." imbuhnya sambil menangis lebih kencang lagi.
"Yah, seorang gadis memang seperti itu ya," Mungkin malaikat penjaga gadis itu sedang mengomel demikian.
"Kalau-kalau waktu bisa berhenti. Atau, pokoknya bawa aku pergi dari sini!" teriak Ting Er sambil merengek. Anak tunggal perempuan yang sangat dimanja, rewel, bossy, dan perfeksionis ini seketika kehilangan jati dirinya.
"Aku lelah di bumi ini ..." lirihnya sambil meredam suaranya dengan bantal, atau orangtuanya akan terbangun mendengar tangisnya.
Tiba-tiba seperti ada seseorang yang mendorong tubuhnya, jika diperkirakan ia akan jatuh dari kasur ke lantai jika tidak berhasil menahan.
"Aaaa!!!" teriaknya spontan.
"Jebyur!!"
"Aaaa ...!" teriaknya sekali lagi karena kaget dengan suhu dingin air yang ia masuki.
"Tolong! Gulp!" teriaknya lagi. Ia terus berusaha berenang meski nyaris sia-sia.
"Siapa disana!" bentak seorang laki-laki dengan pakaian penjaga.
"Seorang gadis?" lirih seorang pemuda tegap yang berdiri di sebelah penjaga tadi.
Pemuda itu langsung mengusap-usap air matanya dan tersenyum senang entah mengapa. Ia berlarian ke arah danau, lalu menolong Ting Er dengan memegang tangannya.
"Bao Bao! Bertahan!" serunya.
"Pangeran, Anda sedang apa disana?! Mungkin saja dia adalah penyusup! Dia jatuh dari atas pohon Celudak di atas sana!" kata penjaga itu setengah berteriak sambil menunjuk ke arah pohon besar di tepi danau.
Ting Er dapat merasakan dengan jelas genggaman tangan pemuda yang dipanggil sebagai pangeran itu. Pegangannya sangat erat, telapak tangannya yang besar dan otot yang sedikit kuat itu mampu menarik tubuhnya keluar dari danau itu.
"Hahh ..." Ting Er megap-megap sibuk mengambil udara sebanyak yang ia bisa.
"Bao Bao, kau baik-baik saja?"
Pria yang menolongnya barusan menatapnya dengan wajah cemas, "Kamu pasti kedinginan."
Ting Er tidak merespon, ia hanya menatap mata jernih dan rahang indah pemuda itu, hingga tiba-tiba pandangannya mengabur.
"Bao Bao!"
"Siapa dia? Apa Tuanku Pangeran mengenalnya?" Penjaga pribadi pangeran itu ketakutan dan bertanya dengan sangat serius.
"Tidak. Tapi dia itu pasti Bao Bao,"
"Bao Bao? Pangeran, itu pasti hanya dongeng. Kucing Tuan sudah tiada, dan dia tidak akan kembali dalam wujud manusia,"
"Tidak. Aku mempercayai dongeng itu. Kucing perempuan yang tiada disaat bulan purnama sempurna akan kembali kepada pemiliknya dalam wujud bidadari yang turun dari langit. Tidak kah kamu lihat sendiri tadi dia terjatuh dari langit?"
"Pohon celudaknya ada di sana, padahal dia terjatuh disini. Itu sangat jauh! Dan dia tercebur ke danau, tepat pada saat aku menutup kuburan Bao Bao dengan tanah. Bukannya begitu?" imbuh pangeran bernama asli Chuan Yun itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
jomblo lewat~ ♡
baru datang aja udah nyebur
2023-01-09
1