Sementara penjaga pribadi pangeran ke tiga bernama Si Mu itu hanya dapat menggaruk belakang telinganya frustrasi.
"Si Mu, cepat panggilkan tabib! Aku akan membawanya ke kamarku terlebih dahulu!" perintah Chuan Yun.
"Baik Tuan!" Ia menjawab dengan tegas siap sedia, kemudian berlari masuk ke istana.
"Meskipun tampaknya jenius dan pandai, Pangeran Chuan Yun benar-benar mudah dibodohi mitos .... Tapi sebenarnya gadis itu tadi dari mana?" gerutunya.
Lama-lama ia menjadi takut sendiri. Sepertinya perkiraan Tuannya itu tidak salah. Gadis itu memang terjatuh dari langit tepat pada saat bulan purnama.
Sementara Chuan Yun masih menepuk-nepuk pipi Ting Er berusaha membangunkannya. Karena putus asa, ia pun langsung menggendongnya ala gendongan pengantin dan berjalan tergesa-gesa menuju kediamannya.
"Tuan ... ada apa ini?" beberapa pelayan wanita berlari dan berkumpul mendekati Chuan Yun karena penasaran dengan gadis yang ada dalam gendongannya.
"Tuan? Anda basah kuyup ..." sedang yang lainnya lebih mengkhawatirkan Chuan Yun sendiri.
Setelah meletakkan tubuh Tian Er di atas kasurnya, ia langsung menoleh ke arah salah satu pembantu wanitanya, "Kau! Cepat ganti pakaiannya agar ia tidak masuk angin!"
"Ah, baik!" jawabnya dengan refleks karena kaget.
Namun setelah kebingungan membuka lemari pakaian dan mencari pakaian perempuan, ia langsung teringat kalau di kediaman ini tentu saja tidak ada pakaian perempuan.
"Tuan ... maaf. Tapi disini tidak ada pakaian perempuan,"
"Tidak masalah, pakaikan pakaianku untuknya. Saat ini yang terpenting adalah kesehatannnya!"
"Ah ba- baik Tuan," pelayan wanita kembali tergagap. Ia dengan siap sedia melaksanakan perintah Tuannya.
"Tunggu apa lagi?!" marah Chuan Yun.
"Ep. Eh, tapi Tuan. Saya tidak bisa mengganti pakaian Nona ini jika Tuan masih ada di dalam ruangan ..." pelayan itu memperingatkan dengan nada tanpa dosa.
Chuan Yun sampai tersentak sendiri karena baru menyadari kebodohannya. Ia masih mengira gadis yang terbaring itu adalah hewan peliharaannya sendiri, Bao Bao.
Pria malang itu buru-buru keluar dari kamar dengan wajah memerah, tiba-tiba tubuhnya jadi hangat sendiri tanpa alasan.
"Ah, Tuan. Tuan. Ini adalah tabib Leng. Hamba sudah membawanya," tiba-tiba Si Mu datang membawa tabib paruh baya bernama Fang Leng bersamanya.
"Iya tunggu sebentar. Xia Xu sedang mengganti pakaian Bao Bao yang basah," jawab Chuan Yun dengan suara yang hampir tak terdengar karena kepalanya menunduk. Sepertinya ia masih malu hanya karena kejadian canggung barusan.
Tak lama setelahnya, pintu kamar pun terbuka.
Chuan Yun langsung cepat-cepat menggiring tabib laki-laki itu untuk masuk bersamanya.
"Cepat, periksa dia! Tadi dia tenggelam dan tidak sadar!" perintah Chuan Yun.
Tabib Fang Leng langsung menyentuh pergelangan tangan Ting Er dan merasa-rasakan nadinya. Kemudian mengecek suhu tubuhnya dengan menempelkan punggung tangannya pada dahi dan leher Ting Er.
"Tidak apa-apa Yang Mulia. Gadis ini hanya terkejut dan terkena demam karena suhu danau yang sangat dingin di malam hari. Apa lagi saat ini sedang musim dingin. Pernafasannya juga baik-baik saja, saat tenggelam gadis ini tidak sampai menghirup air ke paru-parunya," terang tabib Fang Leng dengan nada menenangkan.
"Nanti dia akan siuman sendiri. Sebaiknya sekarang diselimuti dengan selimut tebal. Setelah ia bangun nanti, beri makan bubur hangat dan susu hangat,"
"Hamba akan membuatkan dan mengirimkan jamu obat untuk demamnya. Hamba permisi dulu," Fang Leng berpamitan hingga menundukkan tubuhnya dengan rasa hormat.
"Terimakasih Tabib Leng. Syukurlah dia baik-baik saja," Chuan Yun tersenyum lega.
"Tuan. Tuan yakin gadis ini adalah kucing jingga yang nakal itu?" Si Mu masih tidak percaya. Ia menyenggol pundak tuannya beberapa kali untuk bertanya.
"Tck. Berhenti menyenggolku."
"Aku tidak ragu. Dia pasti Bao Bao. Tunggu saja sampai dia siuman, dia pasti mengingatku."
"Jika kau masih tidak percaya, coba bawakan makanan kesukaannya kemari. Aku yakin dia akan cepat bangun setelah mengendus aromanya,"
Si Mu terkekeh melihat keseriusan Tuannya saat berbicara, "Baiklah Tuan, tolong jangan marah begitu. Hamba akan menyiapkannya ..."
Disaat penjaganya itu pergi, Chuan Yun tampak sibuk menatap wajah Ting Er dan menyentuh pipinya. Ia mengagumi bulu mata lentik dan ujung mata panjang ala korea milik Ting Er. Juga bentuk tubuhnya yang begitu ramping, kaki mungil, kuku merah muda, jari yang lentik, dan kulit kuning gandum yang mulus.
"Dia benar-benar Bao Bao," lirih Chuan Yun saat membayangkan kembali tubuh sempurna dan bulu jingga bersih kucingnya.
"Aku tahu Bao Bao. Kau tidak akan tega meninggalkanku sendirian," Chuan Yun malah terisak sambil terus mengajak Ting Er bicara.
"Hanya kau temanku satu-satunya. Selama ini hanya Bao Bao seorang yang memahami aku," tangis Chuan Yun lagi.
Pelayan-pelayan wanita yang mengintip dari luar itu langsung bergosip dengan tanggapnya. Tentu saja mengenai rumor tekanan yang dialami seorang pangeran tampan mereka yang jenius tetapi sulit bergaul itu.
"Siapa sangka kucingnya benar-benar bisa menjadi seorang gadis?" bisik yang satu.
"Aku tahu itu hanya mitos yang dibuat-buat oleh seseorang," jawab temannya.
"Tapi mitos itu sudah dipercaya turun-temurun. Meski banyak yang menyangkalinya. Siapa tahu ada wanita yang tergila-gila dengan pangeran Chuan Yun dan memanjat ke pohon celudak lalu terjun ke danau?" tebak yang satu lagi.
"Itu mungkin saja. Tapi bagaimana bisa gadis itu tahu kapan kucing Tuan Muda akan meninggal?"
"Mungkin dialah yang meracuninya," jawab enteng seorang wanita berpakaian apik. Ia lewat dengan memegang semangkuk olahan pakan kucing kesukaan Bao Bao.
"Biar aku yang membawa makanan ini untuk kucing jadi-jadian itu," katanya sambil tersenyum meremehkan.
"Putri Lin?" Puluhan pelayan wanita yang bergerombol dan bergosip barusan itu langsung terdiam dan menundukkan kepalanya karena takut.
Zi Lin adalah saudara sepupu Chuan Yun dari garis keturunan ibu. Itu artinya mereka tidak satu marga. Dan kenyataan bahwa ia adalah keponakan permaisuri, tak ada satu orang pun yang berani berbuat masalah dengannya.
Sebenarnya orangtua Zi Lin berniat menjodohkan gadis itu dengan Chuan Yun. Alasan paling logisnya adalah karena pangeran Chuan Yun adalah pangeran terpandai dan terhandal dalam strategi perang maupun urusan administrasi kerajaan. Meskipun ia adalah putra ketiga dari permaisuri, ia sangat berpotensi menaiki tahta karena kehebatannya itu. Oleh karena itu mereka berusaha keras memasukkan Zi Lin ke sekolah istana untuk mendekatkan Chuan Yun dengan Zi Lin.
Dengan begitu Zi Lin diberi kediaman khusus di sekitar istana selama ia menjalankan pendidikannya di istana. Dengan alasan persaudaraan, ia sering mampir ke kediaman Chuan Yun dan berusaha menarik hatinya selama empat hari terakhir ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Kirin
awal yang menarik Thor
2022-01-29
1