Permaisuri semakin penasaran dibuatnya. Ia terus memandangi wajah manis Bao Bao hingga kakinya yang jenjang dan perut langsingnya.
"Pantas saja kamu sangat menyukainya," celetuknya tiba-tiba.
"Eh?" Ting Er menoleh.
"Selain itu dia sangat pandai matematika dan pandai menulis kaligrafi han zi," kata Permaisuri yang sedang memberitahu putranya itu.
"Benarkah itu Bao Bao?" Chuan Yun menatap Ting Er yang masih ada dalam pelukannya.
Ting Er mengangguk sambil tersenyum.
Aku ini jurusan sastra mandarin. Tentu saja tulisan kaligrafiku sangat bagus! batin gadis itu dengan bangga.
"Ahahaha rupanya begitu. Dia sangat rajin belajar meskipun terkadang agak ceroboh saat berada di perpustakaan,"
Ting Er menatap manja pada majikannya itu dengan pipi menggembung seakan kesal.
"Beberapa cover bukunya rusak karena dia terlalu semangat," imbuh Chuan Yun.
"Nah ini sudah malam. Dia harus tidur awal. Selamat malam ibu," pamit Chuan Yun.
Baru saja ia hendak berbalik, permaisuri langsung menahan pundak putranya yang jangkung itu.
"Tapi soal penggeledahan kemarin ..."
Chuan Yun segera menyanggah, "Tidak. Mereka menuduhku tanpa alasan. Aku benar-benar tidur seorang diri dan ibu tahu itu. Gadis ini tidur bersama pelayan lainnya, ibu bisa bertanya pada Zhi Yu. Status kami saat ini memang kekasih namun sebatas pelayan yang paling aku perhatikan saja."
"Ah haha. Iya ibu mengerti. Kakakmu itu memang selalu berusaha mencari masalah denganmu bahkan sejak kecil," Permaisuri kembali berpihak pada Chuan Yun dan mengangguk-angguk.
"Kami permisi Bu," Chuan Yun pergi begitu saja sambil menggiring Ting Er dengan lengan kekarnya.
Sementara Si Mu dan Zhi Yu dengan cengengesan berpamitan singkat da menunduk beberapa kali sebelum berlari mengikuti tuan mereka.
Permaisuri tersenyum dengan lega sambil memandangi kepergian putranya itu.
"Kau lihat ekspresi bersalahnya tadi saat Jiao Bao menegurnya?" tanya permaisuri pada Su Su, pelayan pribadinya.
Su Su mengangguk-angguk cepat membenarkan sampai keheranan.
"Itu kejadian yang sangat langka Yang Mulia," komentar Su Su.
"Gadis itu memang berbeda. Patut sekali Chuan Yun si manusia batu itu bisa terpikat."
"Su Su, kamu juga dengar kan tadi? Dia bisa menjawab pertanyaan matematika yang aku tanyakan kepadanya," Permaisuri menceritakan dengan sangat antusias bagai menceritakan tentang putrinya sendiri.
"Su Su kurang mendengarkan pertanyaan Permaisuri tadi," Su Su menggaruk telinganya yang tak gatal.
"Liang Hua membeli 4 tusuk konde dan 3 pena dengan harga 125 koin emas. Sementara Suang Suang membeli 2 tusuk konde dan satu pena dengan harga 55 koin emas pada penjual yang sama. Jadi berapa koin emas yang harus dibayar Yan Mei kalau dia ingin membeli 6 tusuk konde dan 2 pena?"
"Ah saya langsung menyerah saat mendengarnya Permaisuri," Su Su menyentuh kepalanya dengan kedua tangannya hingga permaisuri tertawa.
"Sedangkan dia langsung membuat jawaban di kertas dengan cara tertentu. Dia bilang ... jadi, harga satu tusuk konde 20 koin. Lalu harga satu pena 15 koin," cerita Permaisuri sambil memperagakan cara bicara dan ekspresi Ting Er.
"Maka yang harus dibayar Yan Mei adalah 150 koin," lanjut Permaisuri.
Su Su terkejut seheboh-hebohnya. "Bagaimana dia sepandai itu? Apa dia sama jeniusnya dengan Pangeran Ketiga?" tebaknya dengan berbisik kepada permaisuri.
"Aku juga mengira begitu. Lalu aku bertanya pada pelayan itu, apakah dia pernah diam-diam mempelajari buku sekolah bangsawan? Lalu dia bilang dia hanya lulusan SMA," Permasuri menjawab dengan tak kalah heboh.
Lalu Su Su tertawa sekeras-kerasnya saat mendengar kata 'SMA', "Apakah itu sekolah yang ada di buku novel fantasi? Sekolah Mangkunegara Atas?"
"Benar," Permaisuri juga mati-matian menahan tawanya.
"Entah dia bercanda atau apa. Tapi ternyata temannya bilang dia sempat terbentur. Sayang sekali anak jenius itu jadi lupa beberapa hal ckckckc," Permaisuri mendecakkan lidahnya beberapa kali, lalu buru-buru masuk kembali ke kediamannya.
**_**
Chuan Yun sendiri masih shock dengan keberaniannya sendiri saat mengakui Ting Er di depan ibunya. Dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Ia tak bisa berhenti berfikir di tengah perjalanan sampai-sampai terganggu juga dengan ocehan Ting Er.
"Kita hampir saja mati ketahuan. Tapi bagaimana bisa ibumu sangat percaya dan menyetujui apapun keinginanmu?"
"Sayang, kamu terlalu percaya diri memelukku di depannya. Aku hampir mati kepanasan," Gadis itu belum selesai mengomel juga.
Di tengah perjalanan, Chuan Yun melepaskan pelukannya dan berjalan mendahului karena lelah mendengarkan ocehan Ting Er yang berisik dan yang terus memanggil dirinya dengan sebutan 'Sayang'.
"Apa aku harus mengganti panggilannya? Oh ya apa kamu sudah memikirkan panggilan yang cocok?" Ting Er berlari menyusul Chuan Yun dan mengajaknya bicara lagi.
Tapi Chuan Yun belum menjawabnya juga, bahkan tidak mengurangi sedikitpun kecepatan langkahnya untuk menyembunyikan wajahnya yang sedang kepanasan akibat tersipu malu.
"Chuan Yun! Chuan Yun! Jawab aku!"
"Hui Chuan Yuuun!"
Si Mu dan Zhi Yu sampai salah tingkah sendiri di belakang sana. Mereka nyaris menangis melihat itu. Kalau bisa mereka sudah memukul wajah mereka sendiri dengan tangan sendiri di belakang sana.
"Chuan Yun!"
"Baiklah. Sayang! Sayang! Sayang dengarkan aku!"
Chuan Yun semakin tak tahan mendengar kucing jingga yang tak bisa berhenti mengeong itu. Ia masih sama dengan Bao Bao yang hobi mengeong dan mengajaknya bicara.
"Diam Bao Bao!! Aku sendiri sedang menyesali yang tadi dan aku sangat malu!" bentak Chuan Yun.
Ia langsung meraih tubuh mungil gadis itu dan menciumnya dengan ganas karena tak ingin bentakannya barusan membuat kucing itu menangis.
"Mmm!!!" teriak Ting Er dengan suara tak jelas.
Zhi Yu dan Si Mu tertekan sendiri melihatnya.
Setelah Ting Er terdiam tak bergerak untuk melawan, Chuan Yun pun melepaskannya, lalu menggendongnya seperti putri dan melanjutkan langkahnya.
Akhirnya gadis itu diam tak bergeming. Tak mengucap satu patah kata pun selain menatap wajah pacarnya dengan mata lebar tanpa berkedip sampai Chuan Yun mengantarnya ke kamar.
"Bao Bao. Lain kali jangan pulang terlalu malam, aku benar-benar takut Fu Jia, He Xian, atau Wu Yin mencelakaimu," marah Chuan Yun lagi sebelum ia pergi.
"Kamu mau kemanaa?" cegah Ting Er.
"Aku akan tidur di kamar Si Mu. Kamu tidur saja di kamarku hari ini," jawab Chuan Yun singkat.
"Tapi ... dimana usapan kepala dan ucapan selamat malamnya?"
Chuan Yun tak menghiraukannya sama sekali dan pergi menghilang dari balik pintu.
"Aku tidak tahu kalau dia sangat mudah marah," Bao Bao cemberut seperti ingin menangis karena kaget.
Zhi Yu segera masuk menghampirinya untuk menenangkannya. "Tidak apa-apa Bao Bao. Tuan Muda memang terkadang tidak bisa ditebak. Dia hanya terlalu pemalu sampai tertekan sendiri dengan pengakuannya barusan. Selain itu tadi Tuan Muda pasti sangat khawatir nona tidak segera pulang," hibur Zhi Yu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments