Mereka terus bermain sampai sore hingga tiba waktunya Chuan Yun untuk pulang. Ia menengok ke pintu luar dan menyadari hari sudah semakin gelap.
"Aku harus pergi. Kucingku menungguku di rumah," Chuan Yun langsung berhenti di tengah permainan karena tak bisa berhenti memikirkan Bao Bao.
"Dia pasti merindukanku," Chuan Yun tersenyum untuk berpamitan.
Semua orang disana langsung mengeluh kecewa, "Yaaah ..."
"Seberapa istimewa kucing itu sampai sampai Kakak Ketiga terus memikirkannya selama bermain dengan kami?" keluh Pangeran ke Enam.
Ci Sen tertawa sambil menggeleng di tempatnya, "Kak Chuan Yun belum berubah."
Tapi tiba-tiba ia sadar akan sesuatu, "Eh tapi kata Kakak, Bao Bao sudah tiada. Lalu kucing mana lagi yang Kakak sayang ini?"
Chuan Yun menghentikan langkahnya. Ia kebingungan mencari jawaban. "Ah itu, dia adalah ... Zou Zou," Chuan Yun beralasan lalu segera berjalan cepat setengah berlari untuk pergi dari sana.
"Ayo Si Mu!" ajaknya pada penjaganya yang menunggunya di luar sejak pagi.
"Ei Kak Ci Sen. Bagaimana kamu mengubahnya menjadi seorang maniak kucing begitu?" Adik-adiknya langsung menyenggol pundaknya secara bersamaan dengan nada protes.
"Ak aduh!"
"Itu bukan salahku. Seharusnya kalian berterimakasih. Setidaknya dia jadi bisa tersenyum sekarang. Walau untuk memikirkan kucing itu," Ci Sen beralasan agar ia tak dirudung lagi sambil memanyunkan bibirnya kesal.
**_**
Chuan Yun tersenyum malu seperti orang jatuh cinta. Pengakuan cinta berbelit dari gadi kucingnya kemarin masih terngiang dalam bayang pikirannya. Dan ia tak bisa menahan tawanya hingga penjaga gerbang kediamannya melongo keheranan.
"Yang Mulia baik-baik saja kan?" bisik yang satu.
"Dia tertawa sendiri barusan. Dan itu menyeramkan," jawab temannya.
"Bao Bao ...!" panggil Chuan Yun.
"Bao Bao ...!" panggilnya lagi.
"Kemana mereka?" tanya Chuan Yun pada pelayan wanita di sekitarnya.
"Nona Bao pergi sejak pagi tadi dengan Pelayan Zhi Yu dan belum kembali," cemas pelayan wanita itu.
"Apa? Tapi ini sudah sore. Apa mereka baik-baik saja?" cemas Chuan Yun.
"Si Mu! Ayo cari mereka!" panik Chuan Yun tanpa berfikir lagi. Ia berlari dengan paniknya untuk keluar lagi dari kediamannya.
"Tuan tunggu saya!" Si Mu berlari.
Pelayan-pelayan wanita itu menutup mulutnya karena ikut cemas. "Bagaimana jika terjadi sesuatu?" kata salah satu diantara mereka.
"Tapi Tuan, kita akan mencarinya kemana?" Si Mu berkata masih dengan langkah super cepatnya.
"Pertama-tama aku harus melihat apa yang Wu Yin dan Fu Jia itu rencanakan. Jangan-jangan mereka sudah tahu mengenai Bao Bao dan ..." Chuan Yun tidak melanjutkan ucapannya.
Langkah cepatnya dengan segera terhenti hingga Si Mu yang ada di belakangnya nyaris menabrak tuannya sendiri.
"Aduh," Si Mu dengan cepat mengerem laju kakinya.
"Ada apa Tuan?" Si Mu ikut melihat apa yang tuannya tatap dengan seksama sedari tadi itu.
Si Mu jadi tercengang sendiri antara takut dan bingung melihat Permaisuri keluar dari kediamannya sambil memegang kedua pundak Ting Er dan menggiringnya keluar.
"Kamu sangat pandai memijat ya. Seperti sudah ahli dan tahu arah aliran darah. Tubuhku rasanya jadi enteng sekarang. Ah untung tadi kamu lewat," Permaisuri terus tersenyum.
"Ini tip untukmu. Kamu pelayan dari kediaman siapa? Kalau bisa aku ingin mengambilmu dari sana," Wanita yang agak tua itu memberikan sekantong koin emas kepada Ting Er.
Mata Ting Er langsung berbinar melihat uang di tangannya. "Waah gila. Yang Mulia Permaisuri, apa uang koin di kerajaan ini terbuat dari emas asli?"
"Tentu saja ini emas asli," kekehnya dengan sedikit heran.
"Ah maaf Yang Mulia Permaisuri. Teman saya ini terkadang masih terlihat kurang normal karena sempat terjatuh dan terbentur. Mungkin ingatannya terbatas, hahaha," kata Zhi Yu dengan tawa kakunya yang canggung sambil membuat alasan untuk melindungi Ting Er.
"Memijat?" Sementara kedua orang di seberang yang sedang memantau mereka dengan cemas itu dibuat dua kali lebih bingung.
"Ah begitu ... yaampun malang sekali. Bagaimana kalau aku panggilkan tabib sebentar saja? Biasanya pelayan tidak terlalu diperhatikan kesehatannya,"
"Ah tidak usah tidak perlu Yang Mulia Permaisuri. Teman saya ini sangat kuat. Lagi pula kejadiannya sudah dua bulan yang lalu," karang Zhi Yu.
Sementara Ting Er hanya terkekeh sambil menunduk malu karena keceplosan bertanya mengenai koin emas dan membuat permaisuri curiga.
"Begitu ya ... baiklah. Kalau begitu, aku bertanya denganmu saja. Mungkin dia sedikit tidak ingat. Kalian pelayan dari kediaman siapa?"
"Kami dari kediaman Pangeran Chuan Yun!" sela Ting Er dengan cepat.
"Aah ... ternyata anak kesayanganku sendiri. Hahaha,"
"Baiklah, kapan-kapan aku akan kesana dan menanyakan kalian apakah boleh dibawa. Aku benar-benar kesepian setelah anak-anak itu tumbuh dewasa. Satu-satunya pelayan yang sangat murni ketika ditanya dan berbakat hanya kamu,"
"Ah masa. Padahal saya hanya menjawab pertanyaan matematika anak kelas SMP," Ting Er mengentengkan.
"Itu sulit. Oh ya, siapa namamu?"
"Saya ..." Ting Er kesusahan menjawab.
"Hui Jiao Bao! Kemana saja kamu!" Tiba-tiba suara Chuan Yun memecah kemesraan mereka.
"Ah Chuan Yun kamu disini Nak? Apa kamu mencari pelayanmu ini?" Permaisuri langsung menyambut Chuan Yun dengan baik.
"Hui? Apa kebetulan nama keluarganya berbunyi sama?" lirih permaisuri
"Ibu. Maaf aku tidak bisa memberikannya kepada ibu," kata Chuan Yun dengan ekspresi datar dan nada dingin seperti biasanya.
Melihat karakter Chuan Yun yang berubah ketika berada di luar kediaman, sempat membuat Ting Er kaget.
"Eih bersikaplah lebih baik kepada ibumu Tuan Muda. Dia akan takut," sahut Ting Er spontan.
Semua orang mendelik ke arah Ting Er secara serempak ketika ia berani menasihati Chuan Yun.
Tetapi melihat Chuan Yun yang langsung merasa bersalah dengan mata mengerjap-ngerjap sambil menunduk canggung, permaisuri jadi semakin penasaran dengan Ting Er.
Sebelum ibunya itu salah paham dengan sikap Ting Er yang berani kepadanya, Chuan Yun langsung menarik lengan Ting Er dengan agak kasar dan memeluknya di depan ibunya.
"Aku takut kamu kena apa-apa. Kamu pergi dan belum pulang juga sampai malam," aku Chuan Yun.
"Tuan Muda ..." Si Mu dan Zhi Yu saling bertatapan sama-sama kaget.
"Ibu. Seperti yang kamu lihat. Dia adalah kekasihku sekaligus pelayanku. Jika aku sudah diberi kekuasaan sendiri suatu saat, aku akan membawanya dan menikah dengannya. Karena itu, aku tidak bisa membiarkan ibu mengambilnya. Kecuali meminjamnya sesekali untuk memijat ibu," kata Chuan Yun akhirnya.
"Tetapi Nona Bangsawan Zi Lin ..."
Chuan Yun segera memotong ucapan ibunya, "Aku tidak lagi menyukainya. Dia bukan gadis yang berhati baik. Dia meracuni kucingku Bao Bao."
"Apa?" Permaisuri menggeleng tak tega. "Bagaimana bisa dia berbuat sekejam itu pada seekor kucing?"
"Dia tidak suka melihatku bermain dengan kucing saat dia mengajakku bicara. Tetapi ... bukannya itu tindakan kejam?" Chuan Yun memasang raut marah saat mengatakannya.
"Ibu mengerti. Pilihan ada di tanganmu Chuan Yun," Permaisuri mengangguk-angguk mengiyakan saja. Ia sangat menyayangi, memanjakan, dan menghormati Chuan Yun sejak anak itu masih kecil akibat kejeniusan dan potensi hebatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments