"Eih, dimana dia?"
Walau sudah sampai di ujung gang pun, dua gadis itu tak kelihatan batang hidungnya.
"Nah kan. Mereka menghilang," cemas Si Mu.
"Tck," Chuan Yun terlihat sangat kesal.
Chuan Yun belum putus asa, ia bertanya kepada penjual jepit yang sempat Ting Er tunjuk sebelumnya, "Permisi Pak, apa Anda melihat dua orang wanita berpakaian pelayan istana melewati toko ini?"
"Ah dua gadis yang membeli jepit di sini tadi? Mereka berbelok ke kanan. Sepertinya tadi tertarik dengan manisan buah kering di sebelah sana," jelas penjual laki-laki berusia paruh baya itu.
"Baik, terimakasih banyak, Pak," Chuan Yun bergegas ke arah penjual manisan. Begitu juga Si Mu yang langsung menyusul dengan sigap.
"Maaf Bu, apakah Anda melihat dua gadis berpakaian pelayan lewat sini tadi?" tanya Chuan Yun.
"Iya, mereka baru saja membeli manisan disini. Kalau tidak salah tadi yang satu bilang, ingin membeli gelang di toko berwarna biru itu," jawab penjual tokonya sambil menunjuk ke arah barat.
"Baik, terimakasih, Bu," Chuan Yun kembali berlari ke toko yang ke tiga dan hendak bertanya lagi.
"Maaf, apa Anda melihat dua gadis berpakaian pelayan lewat di sekitar sini?" tanya Chuan Yun.
"Benar, mereka baru saja membeli gelang manik-manik dan mutiara di sini. Tapi pergi ke mana lagi, saya tidak tahu," terang penjualnya.
Chuan Yun mengacak rambutnya sendiri frustasi, "Mereka ini benar-benar ..."
"Tuanku sabar Tuanku ... katanya mereka baru saja kemari. Pasti belum jauh dari sini kan?" Si Mu menenangkan majikannya.
"Tuanku duduk saja disini, biar hamba yang mencarinya, ya?" tawar Si Mu.
"Tidak. Kalau sampai kucing itu hilang, aku bahkan tidak bisa belajar atau makan nanti," Suara Chuan Yun malah bergetar serasa ingin menangis layaknya para pecinta kucing di bumi.
"Tuan bicara apa ..." Si Mu benar-benar khawatir.
Mereka terus berkeliling mencari Ting Er dan Zhi Yu hingga hari semakin petang. Di sini Chuan Yun yang dingin dan sarkas itu sudah putus asa hingga matanya berkaca-kaca.
"Tuan Muda! Jangan menangis. Hamba ... hamba akan melanjutkan pencarian ini. Tapi, sebaiknya kita pulang dulu. Tuan Muda sudah pucat karena belum makan sejak siang!" kata Si Mu.
"Tidak ... Bao Bao ..."
"Andai saja tadi aku tidak menyuruhnya pergi sendiri. Dasar kucing bodoh, huuhu ..." Chuan Yun menangis di tengah jalan hingga orang-orang yang lewat di pasar itu melihat dan membicarakan dirinya.
"Laki-laki tegap itu pasti bangsawan ya? Kenapa dia menangis?"
"Entahlah. Padahal dia terlihat sangat tegar dan jantan sekali," bisik yang satu lagi.
"Heh, diam kalian!" marah Si Mu.
Ibu-ibu yang menggosip itu langsung berlari menjauh karena takut dengan Si Mu.
"Uh? Apa ini?" Si Mu menunduk sambil menggoyang-goyangkan alas kakinya.
"Manik-manik?"
"Mutiara?" lirihnya lagi.
"Tuanku! Tuanku! Disini ada mutiara dan manik-manik! Sepertinya gelang mereka putus!" Si Mu memanggil dengan lantang.
Chuan Yun segera berlari mendekat. Ia ikut mengambil manik manik itu dan merasa semakin panik.
"Jangan-jangan terjadi sesuatu!" kat Chuan Yun.
"Bagaimana ini!" panik Chuan Yun.
"Kita ikuti saja jejak mutiara ini Tuan! Mereka tidak bodoh. Lihat! Banyak mutiara juga di sana, seperti sebuah jalur petunjuk," kata Si Mu memberi tahu.
Chuan Yun mengangguk mengerti dengan raut serius.
Ia berlari mengikuti manik-manik yang tertabur itu sekian jauhnya, sampai mereka berdua sadar, bahwa itu adalah jalan kembali ke istana.
"Apa mereka membodohi kita? Mereka pulang meninggalkan kita??" tebak Si Ku.
"Kalau memang iya, aku tidak akan memaafkannya," tangis Chuan Yun Lagi.
Mereka berdua berlari masuk kembali ke istana dengan begitu cepat. Bahkan laju lari Chuan Yun menjadi lebih kencang dua kali lipat menuju kediamannya sendiri.
"Bao Bao! Zhi Yu! Kalian jangan bercanda! Ayo cepat keluar!"
"Bao Bao! Zhi Yu!!" teriak Chuan Yun dengan lantang.
"Ada apa ini Tuan? Bao Bao dan Pelayan Zhi Yu belum pulang. Bukannya tadi keluar bersama Tuan Muda?" Nenek Hwa berjalan perlahan-lahan dengan kaki tuanya itu mendekati Chuan Yun.
"Apa?! Lalu ... apa yang tadi itu berarti ... mereka diculik oleh orang istana?" tanyanya pada Si Mu yang ada di belakangnya.
Si Mu membelalakkan matanya. "Sudah pasti diantara Fu Jia, He Xian, dan Wu Yin!" cetus Si Mu.
"Tapi mengapa mereka melakukan itu?"
"Mereka pasti balas dendam karena tidak berhasil memergokiku dengan Bao Bao di kamar ini kemarin. Mereka sangat malu kepada kaisar dan permaisuri," kata Chuan Yun dengan keras karena panik.
"Lalu bagaimana sekarang Tuan Muda??" Si Mu ketakutan sendiri.
"Begini saja," Chuan Yun dengan taktik catur dan skill strategi yang tinggi itu akhirnya bisa bernafas dengan tenang untuk berfikir.
"Kita lapor ibuku. Permaisuri tidak akan tinggal diam karena dia sangat menyayangi Bao Bao. Dia bisa mengatakan bahwa mereka menculik orang ibuku," kata Chuan Yun dengan tegas.
"Ah Tuan sangat pandai! Dengan begitu mereka pasti akan mempermalukan diri mereka sendiri dua kali, iya kan!" Si Mu menanggapi dengan cepat.
Keduanya pun saling berpandangan dan mengangguk menyepakati rencana mereka.
Sementara Nenek Hwa dan pelayan-pelayan wanita di sana ikut cemas mendengarkan percakapan keduanya.
**_**
"Apa?!"
"Berani sekali dia menyekap Jiao Baoku?" Permaisuri marah.
"Tapi mengapa sebegitu bencinya mereka padamu Chuan Yun?"
"Aku juga tidak mengerti Bu. Selain mereka selalu kena malu setelah menantangku di kelas catur dan kemarin mempermalukan diri sendiri, apa lagi?" Chuan Yun mengadu.
"Tolong Bu ..." pinta Chuan Yun sekali lagi.
"Gadis itu benar-benar berharga untukku ..."
Melihat mata anaknya yang berkaca-kaca itu permaisuri sampai heran. Entah sespesial apa pelayan bernama Jiao Bao itu bagi Chuan Yun.
"Ibu mengerti. Ibu akan mengadakan pengeledahan dengan bantuan ayahmu. Tenanglah Chuan Yun ..." Permaisuri mulai beranjak dari kediamannya menuju aula pengadilan.
"Su Su, panggil Kaisar ke aula pengadilan. Katakan bahwa ini sangat penting, dan aku yang meminta keadilan,"
"Baik Yang Mulia," Su Su segera berlari mendahului mereka semua menuju kediaman kaisar.
**_**
"Ada apa ini ibu? Kenapa malam-malam begini diadakan pengadilan?" Beberapa pangeran bertanya pada Permaisuri.
"Suamiku, apa mereka semua sudah berkumpul tanpa terkecuali?" tanya Permaisuri.
"Sudah Permaisuri," jawabnya.
"Kedua pelayan kesayanganku sedang diculik oleh seseorang di istana ini. Aku ingin tahu dimana mereka dan siapa yang menculik dan menahannya sekarang,"
Fu Jia mendelik mendengar pernyataan ibunya. Apa maksudnya ini? Jelas-jelas gadis itu adalah gadis yang dicium oleh Chuan Yun kemarin malam di depan gerbang kediaman ibu. Jadi bukannya itu adalah pelayan Chuan Yun si jal*ng itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments