Chuan Yun memikirkan setiap usulan dan kesaksian Si Mu.
"Aku tahu. Aku juga sudah mencurigainya sejak awal. Kita harus lapor kepada ayah agar ia dihukum!" Tiba-tiba Chuan Yun berdiri karena emosi.
"Tidak Tuan. Tidak ada hukum untuk seekor kucing di kerajaan ini. Lagi pula kita tidak punya bukti,"
"Lalu jika kaisar tahu Yang Mulia menyembunyikan seorang gadis, menjelaskannya mengenai mitos itu sebagai alasan pun tidak ada gunanya. Semua akan menganggap tuan tidak waras."
"Yang Tuan bisa lakukan hanyalah berjaga-jaga agar Nona Lin tidak melakukan itu lagi."
"Kau benar, tapi ..."
"Dia, dia memberi makan Bao Bao lagi tadi kan?!" panik Chuan Yun.
"Dia tidak mungkin bodoh Tuan. Dia tidak akan meracuninya hari ini. Mana mungkin memberikan makanan beracun pada Bao Bao ketika Anda berada di kamar yang sama? Sebaliknya dia akan bersikap baik," terang Si Mu.
"Tapi aku harus melihatnya!" Chuan Yun tetap bersikeras melihat keadaan Ting Er dan berlari kencang menuju ke kamarnya sendiri.
"Ei Tuan!"
"Hah ... Tuan Chuan Yun benar-benar mencintai kucingnya," omelnya pada diri sendiri sambil melangkah perlahan mengikuti Tuannya ke dalam.
Tetapi setelah berlari dan tergesa-gesa masuk ke kamar, hanya ada dengkuran kecil Ting Er di sana.
Chuan Yun tak sanggup menahan senyumnya saat mendengar dengkuran lembut gadis kucingnya.
"Dia sudah tertidur pulas. Cara tidurnya sangat tidak elegan. Dia bukan manusia bangsawan. Dia memang seekor kucing," Chuan Yun terkekeh sendiri.
Pasalnya selama ini Shanette yang malas dan manja itu memang suka seenaknya saat tidur. Ia bisa tidur terlentang dengan mulut terbuka, atau miring ke kanan dan ke kiri dengan tubuh yang direnggangkan sehingga terlihat memanjang seperti kucing.
**_**
"Kata Si Mu, Tuan tidak cukup tidur semalam. Apa Tuan yakin Tuan baik-baik saja?" tanya Nenek Hwa sambil menyiapkan sarapan untuk Chuan Yun.
"Aku baik-baik saja. Aku ingin berangkat pagi-pagi agar bisa cepat kembali dan bermain dengan Bao Bao," ucap Chuan Yun spontan seperti kebiasaannya setiap pagi.
Nenek Hwa tersenyum. "Bao Bao yang sekarang bukanlah Bao Bao yang lama. Apa dia masih bisa diajak bermain?"
"Tentu saja bisa. Aku akan membawakan bola kesukaannya ke kamarnya nanti siang. Saat ini dia masih tertidur,"
"Apa saya perlu membangunkannya dan menyekolahkannya?"
"Dia akan tetap menjadi hewan peliharaanku," kukuh Chuan Yun.
"Ah saya mengerti," Nenek Hwa terkekeh pelan seraya menyajikan sarapan untuk Chuan Yun di hadapannya.
"Buatkan Bao Bao makanan kesukaannya seperti biasa. Lalu jangan biarkan gadis gila itu masuk atau menyentuh Bao Baoku," pesan Chuan Yun.
"Gadis ...?"
"Zi Lin," jawab Chuan Yun cepat sembari mengambil sumpitnya, bersiap untuk makan.
"Ah saya mengerti ..."
"Aku dan Si Mu yakin. Dialah yang meracuni Bao Bao kemarin," kata Chuan Yun dengan suara kurang jelas karena mulutnya penuh dengan makanan.
"Sangat jelas bahwa Nona Bangsawan Zi Lin sangat menyukai Tuan. Dia mengucapkannya berkali-kali pada Tuan. Apa karena itu dia meracuni Bao Bao?"
"Sudah pasti. Dia adalah gadis yang konyol. Bagaimana bisa dia cemburu dengan seekor hewan tak berdosa? Dia bahkan membunuhnya. Dia bukan gadis yang baik," tanggap Chuan Yun.
"Saya juga berfikir begitu. Karena sikapnya juga kurang sopan kepada pelayan selama ia mampir kemari," Nenek Hwa sekalian mengadukan gadis yang kurang ajar padanya itu.
"Begitu kah?"
"Iya Yang Mulia," yakin Nenek Hwa.
"Aku akan bilang pada ibuku untuk menjodohkanku dengan gadis yang baik saja. Kalau bisa seorang putri kerajaan yang berpendidikan, cantik, dan juga mandiri,"
"Setahuku, tiga pangeran utama bisa menikahi putri kerajaan jika mereka mau," imbuh Chuan Yun sambil melahap udang gorengnya.
"Itu benar Yang Mulia. Hamba sudah hampir hafal tata kelola kerajaan karena mengabdi berpuluh tahun kepada permaisuri sebagai pengasuh Tuan sejak kecil," Nenek Hwa tersenyum.
"Rupanya Tuan sudah dewasa dan mulai memikirkan calon istri ya," Ia masih tersenyum dengan pancaran mata sayang. Ia sudah menganggap Chuan Yun sebagai putranya sendiri karena ialah yang membesarkan Chuan Yun sejak Chuan Yun lahir.
"Itu harus," Chuan Yun tersenyum sendiri.
"Terimakasih makanannya. Aku pergi," pamitnya.
Nenek Hwa hanya tersenyum mengangguk sambil menatap kepergian Chuan Yun.
"Eh Tuan! Tunggu saya!" Si Mu yang belum selesai makan di pojokan itu harus meninggalkan makanannya dan berlari terbirit-birit untuk mengawal Tuannya.
"Sekarang ... membuat makanan kesukaan Bao Bao," kata Nenek Hwa pada dirinya sendiri.
**_**
Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Tapi gadis malas itu belum bangun juga.
Sebenarnya ia sudah sadar. Hanya saja ia terus membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur sambil menikmati hawa sejuk musim dingin di galaksi asing ini.
"Huwwaaa ... kenapa empuk sekali. Huwaaa beli dimana guling dan kasur ini? Huuwaa tidak mau pulang," ucap Ting Er manja sambil berguling ke kanan dan ke kiri dengan kedua tangan yang memeluk erat guling besar milik Chuan Yun.
Ting Er juga menghirup udara dan aroma kasur itu sebanyak-banyaknya dan melepasnya kembali dengan senyuman lebar.
"Aaa ... jadi kucing itu menyenangkan," katanya lagi.
"Kruuyuuuk ..."
"Ups," decit Ting Er begitu suara keroncongan dari perutnya kedengaran agak keras.
Ting Er langsung bangun dari tempat tidurnya dan tertawa nakal seakan ia punya ide.
"Pelayaan ..." panggilnya dengan malas namun lantang.
"Pelayaan ... aku lapar!" ucapnya lagi dengan wajah cemberut manja.
"Ah iya Bao Bao," Seorang pelayan wanita membuka pintu kamarnya.
Melihat kelakuan Ting Er yang masih tengkurap di kasur dengan wajah kesal meminta makan, pelayan itu menggeleng tak habis pikir.
"Aku ingin makan ikan bakar. Disini ada ikan gurami tidak?" tanyanya lagi.
"Bao Bao ... Nenek Hwa sudah membuatkan makanan kesukaanmu. Yang namanya Ikan Gurami tidak pernah ada di dunia ini. Apa Bao Bao masih bermimpi?" kekeh pelayan wanita lainnya.
"Hngh?" Ting Er melotot.
"Tidak ada?" Ia mulai cemberut.
"Disini benar-benar tidak ada yang sama dengan di bumi," bisiknya pada diri sendiri dengan bola mata membulat panik.
"Bao Bao ... kau sudah bangun sayang?" Nenek Hwa memasuki kamar itu dengan dua piring masakan ikan-ikanan di tangannya.
Ting Er mengendus bau sedap itu dan mengikuti arah piringnya dengan tatapan rakus.
"Oh astaga, ini kan masakan restauran. Kalau tidak salah namanya ... namanya .." Ting Er berusaha mengingat-ingat.
"Sashimi?"
"Nenek, apa itu sashimi?!" tanya gadis itu dengan semangat.
"Kamu bicara apa. Ini namanya Sheng Yu Pian," jelas Nenek Hwa.
"Ah iya itu adalah bahasa mandarinnya. Ah astaga keren. Disini aku bisa makan makanan ini setiap hari. Nenek, apakah aku tidak akan sakit perut memakan ini? Aku ini kan sudah jadi manusia yang lemah. Saat aku jadi kucing, makan ayam mentah pun aku akan tetap hidup!" ucap Ting Er dengan berapi-api karena sangat tertarik.
"Tidak. Nenek sudah mencucinya dengan air cuka dan memastikan kehigenisannya. Bao Bao akan baik-baik saja ..." Nenek Hwa menjelaskan dengan sabar, lalu mengelus rambut panjang Ting Er dengan gemas.
"Bao Bao sekarang menjadi sangat cantik ya. Kalau saja Bao Bao bisa menjadi istri Tuan Muda ..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
jomblo lewat~ ♡
gemes banget bao-bao
2023-01-09
1