Jantung Ting Er berdegup kencang. Ia tidak menyangka hari ini akan menjadi hari jadiannya dengan pria bermartabat di depannya ini.
"Keluarlah Si Mu," usir Chuan Yun tiba-tiba.
Si Mu yang belum selesai menikmati drama dan cengangan kagetnya itu harus terusir dari sana. Ia mengangguk-angguk cepat lalu berlari keluar. Sedang penjaga pintu segera menutupnya kembali.
Ke- kenapa dia mengusir Si Mu? Ting Er jadi panik sendiri.
Chuan Yun belum melepas pelukannya dari gadis kucingnya lalu mendorong Bao Bao agar ia merebahkan dirinya bersamanya.
Mereka pun saling bertatap-tatapan.
"Hari ini temani aku tidur. Jangan kabur lagi seperti biasanya," pinta Chuan Yun yang langsung menutup matanya.
Bao Bao menelan ludahnya dengan kasar. Tak disangka pemuda itu langsung tidur begitu saja sambil memeluknya bagai memeluk seorang anak perempuan.
Chuan Yun kembali membuka matanya untuk melihat reaksi Ting Er. Kemudian terkekeh gemas sendiri melihat wajah manis gadis itu.
"Tolong jangan terlalu manis kalau jadi kucing. Aku bisa semakin tergila-gila sampai ingin memakanmu," Chuan Yun memeluk Ting Er sekali lagi kini sambil mengelus kepala belakangnya dan memejamkan matanya sekali lagi.
Dia masih memperlakukanku seperti kucing, batin Ting Er.
Tapi tidak masalah. Aku sangat menyukai caranya memperlakukanku. Dia sangat menghargai dan menyayangiku, Ting Er ikutan tersenyum dan memejamkan matanya untuk tidur.
**_**
"Apa kau sudah yakin gadis itu tidur dengannya lagi malam ini?" tanya Fu Jia memastikan.
"Aku yakin seratus persen. Mata-mataku tidak pernah salah," Wu Yin meyakinkan dengan kedua alis naik turun dan suara berbisik.
"Lalu bagaimana sekarang?"
"Masuk saja dan sekalian bawa ayah dan ibu sebagai saksi," saran Wu Yin.
"Shan Shan, cepat panggil ayah dan ibuku. Bawa tokenku. Katakan padanya bahwa aku ingin menunjukkan sesuatu yang hebat dan penting hari ini juga. Pastikan mereka mau ikut!"
"Baik Tuan!" Pelayan Pangeran Fu Jia segera berlari melaksanakan perintahnya.
Tak berapa lama setelahnya kaisar dan permaisuri telah sampai di sana dengan wajah kesal. Mereka cukup tidak percaya pada Fu Jia setelah apa yang Fu Jia lakukan selama ini. Ia terlalu mudah emosi dan sering mempernalukan diri sendiri di pertemuan-pertemuan.
Kemenangan Fu Jia di lomba kampanye dan wawancara calon penguasa sempat dianggap kebetulan oleh kedua orangtuanya.
"Ada apa memanggil kami? Kami sangat sibuk!" Permaisuri menggeleng-geleng merasa direpotkan.
"Aku punya kabar mencengangkan mengenai putra ketigamu yang sangat kau sayangi itu," Fu Jia tersenyum pada ibunya.
"Apa maksudmu?! Kamu berbuat apa pada Chuan Yun?!" Kaisar malah menghawatirkan dan mencurigai Fu Jia berbuat sesuatu pada anak ketiganya.
"Ayah Ibu jangan marah dulu. Cepat ikut saja dan lihat sendiri."
"Ayo semuanya!" Fu Jia mengibaskan tangannya memberi aba-aba.
Permaisuri dan Kaisar mau tidak mau mengikuti anak pertama mereka ini demi memastikan keadaan Chuan Yun.
"Ada apa ini Yang Mulia Kaisar? Ada apa ini Yang Mulia Permaisuri?" tanya Si Mu yang panik mendengar laporan penjaga gerbang kediaman.
"Kamu diam saja penjaga bodoh. Cepat! Gledah!" perintah Fu Jia dengan rombongan pengawalnya.
Pengawal-pengawal itu langsung masuk menyerbu kediaman Chuan Yun.
"Kalian tidak bisa seenaknya masuk dan membuat keributan. Tuanku sedang tidak enak badan!" marah Si Mu.
"Tidak enak badan atau menyembunyikan seorang perempuan di kamarnya?" Fu Jia tersenyum lebar-lebar mengejek Si Mu.
Mendengar ucapan Fu Jia, Kaisar langsung ikut marah dan membentaknya, "Fu Jia! Hentikan kekonyolan ini!"
"Ayah ... Ayah sabar saja dan lihat sebentar lagi. Aku, pangeran mahkota, tidak akan berbohong," yakin Fu Jia.
"Brak!!" Pintu kamar Chuan Yun dibuka secara kasar dan penuh paksaan.
Chuan Yun yang masih tertidur pulas itu jadi terbangun dengan cekekal.
"Kalian siapa!"
"Beraninya membangunkanku saat tidur dan membuat gaduh!!" marah Chuan Yun.
Melihat Chuan Yun hanya seorang diri, kaisar dan permaisuri langsung menengok ke arah Fu Jia secara bersamaan dengan tatapan marah.
"Ahaha gadis itu tidak mungkin lari dari sini. Geledah lemarinya!" teriak Fu Jia.
"Baik!"
"Gadis?" lirih Chuan Yun.
Ia langsung teringat akan gadis kucing itu dan ikut kebingungan mencari ke mana-mana. Gadis itu memang tidak ada dalam pelukannya lagi saat ini.
Jangan-jangan Bao Bao masuk ke dalam lemari? cemas Chuan Yun.
Chuan Yun tidak dapat berbuat apa-apa ia hanya mampu melihat proses penggeledahan itu dengan gugup.
"Tidak ada apa-apa disini Tuan," pengawal-pengawal itu berkata kepada Fu Jia dengan takut.
"Sial! Gadis itu pasti sudah melarikan diri! Cepat carilah juga sampai ke seluruh kediaman Pangeran Ketiga!" Fu Jia tampak agak frustasi.
"Cukup!" kali ini kaisar benar-benar marah.
"Kalian hentikan! Ini semua sangat melukai martabatku dan membuatku kecewa!"
"Ayah ... tolong berikan satu kesempatan lagi. Gadis itu pasti ketemu. Aku tidak mungkin bermaksud mempermalukan diriku sendiri, gadis jal*ng itu memang masih ada disini!"
Chuan Yun melebarkan matanya tak terima mendengar saudaranya itu menyebut nama kekasihnya dengan sebutan jal*ng.
"Cukup Fu Jia! Kamu memang sudah banyak mempermalukan ayah dan dirimu sendiri. Semuanya kembali!" perintah Kaisar.
Dalam sekejap puluhan pengawal itu langsung membubarkan diri. Mereka lebih takut dan hormat kepada kaisar.
"Fu Jia, ayah harap kamu masih layak menduduki kursi tahta," Kasiar menunjuk putra pertamanya dengan jari telunjuk dan menatapnya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkannya bersama rombongan istrinya.
"Kau!"
"Bugh!"
Fu Jia memukul pipi Wu Yin di tempat.
"Kamu pasti sekongkolannya. Kamu berusaha menipuku dan mempermalukanku!"
"Lihat saja nanti Wu Yin!" Fu Jia memelototi pangeran ke delapan dan pergi meninggalkannya sendiri di sana.
"Ah," pekik Wu Yin sambil menyentuh pipinya yang sakit dengan perlahan.
"Oh rupanya kamu," kini Chuan Yun yang ada di belakangnya ikut mencibirnya.
"Aku kira kita ini saudara. Tapi ternyata manusia itu sama saja. Selalu mengecewakan," Chuan Yun terkekeh.
"Gadis itu memang ada di rumahmu. Cepat atau lambat, aku akan menemukannya dan membuktikannya pada ayah dan ibu!" ancam balik Wu Yin. Ia segera berusaha untuk berdiri meski kesakitan, lalu berlari terbirit-birit seperti pengecut.
"Dasar pengecut! Huuu ...! Dasar bodoh!" teriak Si Mu.
Chuan Yun tersenyum. Ia membalik tubuhnya untuk kembali ke kamarnya. Sementara Si Mu masih mengumpat orang-orang yang datang menyergap kediaman tuannya tadi seperti monyet kehilangan kacangnya.
"Sudah Si Mu. Kemana kucingku itu bersembunyi sekarang? Cepat temukan dia."
"Iya Tuan," Si Mu berhenti marah-marah. Ia langsung berlari masuk dan ikut mencari ke mana-mana.
"Dimana gadis itu sih? Hei Nona Kucing! Ayo kemari, Tuan sangat mencemaskanmu!" panggil Si Mu dengan lantang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments