"Uhuk uhuk!"
"Bao Bao!" cemas Chuan Yun begitu mendengar gadis kucingnya itu terbatuk-batuk.
Bersamaan dengan itu juga, perlahan kelopak mata tanpa lipatan khas asia Ting Er pun terbuka.
Orang pertama yang ia lihat adalah pemuda yang menyelamatkannya tadi. Selain itu, ada seorang wanita cantik lainnya yang berdiri di belakang pemuda yang menolongnya.
Senyuman tak mengenakkan dari wanita itu mengusik hati Ting Er. Namun pertama-tama yang harus ia ketahui adalah ...
"Aku dimana?!" teriaknya panik bersamaan dengan gerak cepatnya untuk duduk.
"Bao Bao tenanglah! Ini dirumahku,"
"Bao Bao, aku tidak menyangka kamu masih hidup!" Chuan Yun menangis dengan sungguh-sungguh sambil mendekap erat tubuh Ting Er.
Ting Er melebarkan matanya. "Bao Bao?" lirihnya pelan.
Apakah aku berpindah ke tubuh seorang gadis bernama Bao Bao? pikir Ting Er yang salah paham.
Apakah ini perjalanan waktu atau dimensi? Wah ...! Mata gadis itu tiba-tiba membulat berseri.
"Horeeeei ...! Aku nggak perlu ngerjain tugas kuliah lagi!" teriak Ting Er yang polos itu dengan bahagia.
"Kuliah?" celetuk puluhan pelayan wanita yang mendengarnya.
"Ah tidak tidak," Ting Er yang takut salah bicara itu menutup mulutnya sendiri.
"Hah apakah itu mungkin?! Bao Bao meninggal dan hidup lagi menjadi manusia? Kamu bohong ya?!" teriak seorang wanita lain dari luar istana. Dari suaranya sudah bisa ditebak kalau ia adalah seorang wanita tua.
Suara sepatu wanita tua yang khas tengah berlarian menuju kamar itu, "Bao Bao!!" teriaknya.
"Nenek Hwa?" Chuan Yun menoleh pada wanita tua itu dan ikut memeluknya. Nenek ini adalah pelayan yang telah mengabdi puluhan tahun sejak Chuan Yun dilahirkan oleh permaisuri. Nenek Hwa dan Si Mu adalah pelayan dan penjaga utama Chuan Yun sejak ia kecil.
"Bao Bao!! Kucingku sayang huuhuu ..." tangisnya.
"Kucing?" lirih Ting Er.
Ia nyaris berteriak panik dan melompat lincah dari kasur itu sambil menepis tangan-tangan yang merengkuhnya barusan. Gadis itu menatap ke cermin dengan mata membulat, lalu meneliti setiap inci tubuhnya dari atas ke bawah untuk memastikan tidak ada satu helai bulu kucing pun yang tumbuh di kulitnya.
"Oh mengagetkanku saja," desis Ting Er tak habis pikir.
"Ternyata aku manusia," gadis itu menghela nafas lega sekali lagi.
Melihat reaksi Ting Er saat ia bercermin dan menyebut dirinya manusia, Chuan Yun dan Nenek Hwa semakin yakin bahwa Ting Er adalah Bao Bao. Mereka berdua saling menatap dan mengangguk satu sama lain. Sementara pelayan-pelayan wanita yang tadinya kurang percaya itu ikut-ikutan mengangguk ketakutan.
"Bao Bao ... aku sudah membawakanmu makanan," Zi Lin tersenyum tak menyenangkan lalu menyentuh dagu Ting Er sambil menyodorkan sepiring olahan ikan.
Bao Bao menatap makanan berbau amis itu dengan heran, "Kenapa aku harus makan ini?"
"Itu makanan kesukaanmu sejak dulu Bao Bao. Apa itu kurang? Biasanya kamu minta terus sampai persediaan di dapur habis dalam seminggu. Hahaha," Nenek Hwa tertawa memecahkan suasana.
"Ini pegang sendoknya. Kamu bisa makan sendiri kan?" tanya Zi Lin dengan suara lembut.
Mungkin saja gadis bernama Bao Bao itu suka makan daging ikan yang amis. Seleranya aneh sekali.
Baiklah. Setidaknya supaya mereka tidak curiga aku bukanlah Bao Bao, aku harus memakannya dengan lahap.
Tapi ... siapa Bao Bao ini? Apakah aku seorang istri bangsawan laki-laki ini?
Ting Er jadi banyak berfikir hingga ia menyentuh kepalanya sendiri dengan wajah kecut.
"Bao Bao, apa kepalamu sakit? Jangan khawatir, menjadi manusia itu tidak sulit. Nenek akan mengajarimu bagaimana caranya menggunakan sendok," Nenek Hwa tertawa sekali lagi.
Disusul pula dengan tawa renyah Chuan Yun dan Si Mu. Mereka mengira Ting Er kebingungan cara menggunakan sendok.
"Ah i-ini. Aku tidak bingung haha. Aku bisa makan sendiri," Ting Er segera menyahut piring itu dari Zi Lin.
Ia melahapnya perlahan.
Rasanya sangat gurih. Tapi amis seperti dicampur telur mentah! teriaknya dari dalam hati.
Tapi aku tidak bisa ketahuan! tegasnya pada diri sendiri, lalu melahap habis makanan itu sambil berdeham nikmat.
"Lihat, kamu makan dengan lahap lagi seperti biasanya. Apa masih ingin tambah?" tanya Nenek Hwa.
"Hehehe ti tidak. Aku masih sedikit kurang enak badan," Ting Er beralasan.
Ketika melihat Chuan Yun yang terdiam membeku sedari tadi tanpa mengucap sepatah katapun, Nenek Hwa jadi kebingungan.
"Yang Mulia Pangeran, Anda baik-baik saja?" tanyanya.
"Eh. Em ya ... aku hanya masih sedikit tak terbiasa melihat Bao Bao sebagai gadis seperti ini."
"Bao Bao. Apa kamu ingat. Siapa yang terakhir kali memberimu makan sampai kamu keracunan dan mati?" tanya Chuan Yun tiba-tiba.
Zi Lin yang ikut shock dan meyakini bahwa gadis di depannya adalah benar-benar Bao Bao pun ketakutan sendiri.
Jangan-jangan dia akan mengadu. batin Zi Lin.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Ting Er mulai putus asa menerka-nerka siapakah Bao Bao itu dan apa yang terjadi sebenarnya.
"Aku mati?" tanya Ting Er yang terlihat semakin bingung.
Kali ini ia tidak peduli siapa yang menjadi musuh Bao Bao di istana ini sebelumnya dan bagaimana bertahan hidup. Ia hanya ingin tahu, siapakah Bao Bao itu sampai-sampai disebut sebagai kucing dan dikatakan tak biasa dilihat dengan wujud manusia, kemudian juga baru saja mati.
"Kamu lupa ingatan?" Chuan Yun menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Aku ini siapa? Adikmu? Istrimu?" tanya Ting Er frustasi.
"Baiklah. Aku butuh waktu untuk membuatmu ingat," Chuan Yun menghela nafas pasrah.
"Zi Lin! Kembali ke kediamanmu!"
"Nenek Hwa dan penjaga atau pelayan lainnya juga segera tinggalkan kamar ini," perintah Chuan Yun.
Ting Er melotot.
Kita akan berduaan saja disini? Di- dia ini mau apa! teriak Ting Er dari dalam hati.
"Chuan Yun, apa kau yakin? Ini tidak dilegalkan dalam hukum. Kalian bukanlah suami istri yang bisa satu atap," Zi Lin berusaha protes karena merasa iri. Semua ini sangat tidak adil baginya.
"Dia peliharaanku. Jadi aku adalah majikannya. Dan dia adalah milikku," Chuan Yun dengan cepat memotong protesan Zi Lin dengan jawaban lugas.
"Peliharaan?" Ting Er ketakutan.
"Apakah aku ada di dunia siluman atau semacamnya? Se- sepertinya ada yang salah dengan dimensi lain ini. Istana ini juga tidak terlihat terlalu kuno," Ting Er meracau sendiri seraya mengedarkan pandangnya ke setiap sudut ruangan itu.
"Aa!" teriak Ting Er begitu Chuan Yun melayangkan tangannya kepadanya.
Ia kira ia akan dipukul. Tapi ternyata, tangan Chuan Yun mendarat tepat di atas puncak kepalanya dan mengusap-usap rambutnya dengan tatapan sayang.
"Bao Bao. Ingatkah kamu dengan elusan ini? Setiap aku lelah bekerja dengan urusan politik. Setiap kakakku memfitnah dan aku terkena masalah. Kamu selalu mengeong dan menghiburku," kata Chuan Yun. Si pangeran maniak kucing itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
jomblo lewat~ ♡
kayaknya ada aroma - aroma jalang deh!
2023-01-09
1
pengelana komik
jiahh
2022-01-23
1