***Mansion Keluarga Fardhan***
Davin menikmati makan siangnya, masakan Nitami yang baru pertama kalinya dia makan sangat terasa enak di lidahnya. Masakan Nitami tidak kalah dari seorang koki profesional yang ada di mansionnya. Semua habis tanpa tersisa, Davin benar-benar menyukai masakan tersebut. Nitami heran melihatnya.
'ini orang doyan apa lapar? atau masakan ku memang enak. Dasar tuan muda arogan.' gumam Nitami di dalam hatinya melihat semua makanan di atas meja kaca habis tidak tersisa.
Nitami diam dengan pandangan terus melihat Davin memakan suapan terakhirnya.
"selanjutnya kau yang harus tetap memasak untuk ku mulai sekarang." perintah Davin setelah selesai dia meminum obat yang Nitami berikan.
Nitami mengerutkan alisnya melihat ke arah Davin, dia merasa Davin benar-benar ada yang salah hari ini.
"apa kau dengar yang ku katakan?" tanya Davin melihat heran mimik wajah Nitami yang mengerutkan alisnya melihat ke arahnya.
"iya tuan…tapi…!"
"tidak ada tapi…tapi…" potong Davin.
"apa kau keberatan memasak untukku?" tanya Davin dengan tatapan intens melihat Nitami.
'sialan…ini orang menyuruhku cuti bekerja hanya untuk menjadi pelayannya saja. Aku bukan di jadikan dokter pribadinya tetapi pelayan pribadinya.' gumam Nitami di dalam hatinya.
"kenapa malah diam, kau keberatan?" tanya ulang Davin karena Nitami hanya diam sembari membereskan piring yang ada di atas meja.
"tidak tuan. Apa saya punya pilihan untuk menolaknya?" tanya Nitami dengan melihat sekilas ke arah Davin. "tidakkan…jadi menjawab atau tidak, saya tetap akan melakukannya." ucap Nitami kembali dengan aktivitasnya.
"letakkan itu di sini, ikut pergi ke dalam kamar bantu aku membersihkan diri. Tubuhku terasa lengket dan aku ingin istirahat." ucapnya mencegah Nitami yang ingin mengangkat piring kotor sisa makanan Davin.
Nitami melihat ke arah Davin, dia merasa tidak nyaman dengan perintah Davin kali ini.
"ada apa kau melihat ku seperti itu?" tanya Davin heran melihat tatapan aneh Nitami.
"tuan kan bisa membersihkan diri sendiri. Mengapa saya yang juga harus melakukannya?" protes Nitami merasa tidak nyaman jika harus masuk ke dalam kamar pribadi Davin dan Fransisca.
"apa kau keberatan?"
"iya tuan. Saya tidak nyaman seperti ini." ucap Nita terus terang.
"bagian mananya kau tidak nyaman?" tanya Davin dengan memicingkan matanya.
"saya tidak nyaman masuk ke dalam kamar pribadi anda tuan."
"mengapa?"
"karena itu adalah tempat privasi anda dan nyonya Fransisca. Saya tidak bisa masuk ke sana, sedangkan nyonya Fransisca tidak ada di sini." ucap alasan Nitami.
"kau juga istriku, mengapa kau tidak bisa masuk ke dalam kamarku? apa kau hanya mencari alasan agar tidak melakukan perintah dariku?" tanya curiga Davin melihat Nitami.
"tuan. Ini tidak benar, saya tidak mau di anggap melewati batas. Apa nanti kata penghuni di sini jika melihat saya tiba tiba keluar masuk kamar pribadi anda. Saya tidak ingin ada omongan yang hanya menimbulkan fitnah." ucap Nitami masih terus berusaha.
"untuk apa kau pikirkan omongan orang, kau istriku dan aku suamimu. Apa ada yang salah seorang istri masuk ke dalam kamar suaminya? Apa ada yang salah kalau seorang istri melayani suaminya." jawab Davin dengan gampangnya.
Nitami melihat heran Davin dengan apa yang dia dengar. Nitami lalu berdiri dan mendekati Davin. Nitami dengan cepat menempelkan punggung tangannya pada kening Davin. Dia ingin memastikan apakah ada yang salah dengan Davin. Davin terkejut akan apa yang Nitami lakukan padanya?
Wajah Nitami berada tepat di depan wajahnya, sedangkan punggung tangan Nitami masih memastikan suhu tubuh Davin. Tubuh Davin seketika menjadi kaku dengan pandangan melihat ke arah wajah Nitami yang ada sangat dekat di depan wajahnya. Nitami nampak berpikir, lalu menyentuh denyut nadi Davin sembari melihat ke arah jam tangannya. Nitami memastikan kondisi Davin normal semua.
"suhu tubuh baik, denyut nadi juga normal. Apa yang salah dengan anda tuan?" tanya Nitami dengan melihat intens wajah Davin yang ada dekat tepat di depannya.
Davin yang masih terkejut akan gerakan tidak terduga dari Nitami masih kaku dengan tatapan terkejut melihat ke arah Nitami yang melihatnya dari jarak dekat. Denyut jantung Davin melaju cepat, wajahnya terasa memanas, Davin merasa malu akan kedekatan dan kontak kulit antara mereka berdua.
Nitami tidak tahu apa yang saat ini Davin rasakan, dia masih melihat heran ke arah Davin dengan alisnya yang merenggut.
"tuan…apa kepala anda tidak sakit…!!" ucap Nitami memanggil Davin, namun yang di panggil tidak merespon.
"tuan…tuan…!!" ucap Nita semakin heran dengan diamnya Davin, dia pun melambaikan tangan di depan wajah Davin untuk menyadarkannya.
Davin tidak merespon sama sekali, Nitami menjadi tambah tidak mengerti ada apa dengan Davin hari ini? Nitami pun ingin menegakkan tubuhnya yang sedikit membungkuk di hadapan Davin untuk pergi saja dari sana. Tetapi belum sempurna tubuh Nitami tegak, tangannya di tarik cepat oleh Davin.
Nitami sungguh terkejut akan tindakan Davin padanya. Tubuhnya membungkuk kembali dengan tangan kanannya yang di cekal kuat oleh Davin, tengkuk lehernya di cekal kuat oleh Davin, dan yang lebih parahnya lagi bibir Nitami dan bibir Davin kini saling menempel.
Pagutan yang di lakukan oleh Davin pada bibirnya membuat Nitami sangat terkejut hingga matanya membulat sempurna. Gerakkan yang tidak dapat di hindari oleh Nitami, tangan kirinya yang bebas berusaha untuk mendorong tubuh kekar Davin, tetapi itu hanyalah sia-sia.
Dorongan tangan kiri Nitami tidak berguna sama sekali. Dia pun berusaha melepaskan bibirnya yang di cium dengan rakusnya oleh Davin. Namun tekanan kuat pada tengkuk dan pegangan kuat pada tangan kanannya, menjadikan tubuh Nitami menjadi tidak bisa bergerak sedikitpun.
Perlawanan Nitami pun runtuh, dia tidak bisa lepas dari cengkeraman Davin. Ciuman pertamanya yang selama ini dia jaga di renggut begitu saja oleh Davin. Nitami merasa di paksa dan hatinya begitu sakit akan perlakukan Davin padanya. Air matanya pun luluh jatuh ke atas pipinya. Davin dapat merasakan air mata jatuh membasahi bibir mereka. Davin melihat Nitami menangis.
Davin melepaskan pagutannya, lalu melihat ke arah Nitami yang menahan tangisannya dengan menundukkan kepalanya. Nitami merasa sakit karena paksaan yang di lakukan oleh Davin padanya. Itu ciuman pertama Nitami sekaligus ciuman pertama mereka setelah 4 tahun lebih pernikahan mereka berdua.
Davin tahu tindakan yang ia lakukan secara tiba-tiba pada Nitami adalah alasan Nitami menangis. Davin lalu melepaskan cekalan kedua tangannya, dengan cepat Nitami tegak dan berbalik badan membelakangi Davin.
"maaf." ucap Davin pelan dengan terus melihat ke arah punggung Nitami yang bergetar.
Tanpa berkata apapun? Nitami berlari dan keluar dari ruangan itu. Dadanya sesak akan rasa marah dan sakit atas perbuatan Davin padanya. Davin tidak mencegah, dia hanya melihat Nitami pergi hingga menghilang dari ruangan tersebut.
Beberapa saat kemudian suara ketukan dan asisten Max dari arah pintu ruang kerjanya. Davin mengizinkan asisten Max masuk dengan masih duduk santai pada sofa. Tetapi pikirannya masih kepada Nitami yang pergi dengan menangis, entah mengapa Davin merasa bersalah dan ada rasa sakit saat melihat air mata Nitami?
"tuan…saya membawa laporan dari salah satu anak buah kita, dia memiliki seorang teman dan menjadi mata-mata masuk ke dalam markas anggota mafia yang kita curigai." ungkap asisten Max memberikan laporan yang di minta oleh Davin.
Tuannya mendengarkan apa yang Max katakan, tetapi Davin masih diam dengan tatapan matanya jauh kepada piring yang ada di atas meja, pikiran Davin masih tertuju kepada Nitami yang pergi dengan menangis.
"tuan…tuan…" panggil asisten Max sedikit keras untuk menyadarkan tuannya.
"lanjutkan laporanmu…!" ucap Davin.
"peluru yang menyerang kita, memang benar peluru milik mereka. Dan ada satu lagi, mereka memang memiliki nama tuan di dalam daftar korban tujuan mereka. Dan yang membayar mereka…!" ungkap asisten Max dengan tatapan matanya melihat ke arah tuannya. Lalu menyerahkan ponsel miliknya.
Davin tahu maksud dari asisten pribadinya tersebut. Davin segera melihat apa yang di maksudkan oleh asisten Max? melihat nama siapa yang membayar jasa anggota mafia untuk membunuhnya? Terlihat kepalan kuat tangan kirinya yang berada di atas sandaran samping sofa. Tatapan matanya tajam penuh akan amarah melihat ke arah ponsel yang di berikan oleh asisten Max.
"jadi apa yang kita lihat langsung, kiriman photo dan kiriman video itu benar." ungkap Davin melihat ke arah Max yang masih berdiri tegap di hadapannya.
"iya tuan…semua itu terhubung tuan."
"sial…mereka benar-benar mengkhianatiku. Aku tidak pernah menduga mereka berani berbuat seperti itu padaku. Apakah yang aku lakukan selama ini kurang untuk mereka?" ucap Davin menahan amarahnya. Asisten Max hanya diam.
"di mana Fransisca sekarang?"
"nyonya sedang berada di Paris tuan."
"apa agendanya?"
"nyonya menjalani pemotretan dan beberapa jamuan di atas kapal pesiar menuju ke Jerman untuk dua minggu ke depan."
"kapan jadwal kepulangannya?"
"satu bulan lagi tuan, karena nyonya akan ke Italia setelah dari Jerman. Ada jadwal pemotretan dan syuting sebuah iklan yang kontraknya sudah di tanda tangani dua bulan yang lalu." ucap laporan asisten Max.
"sampai kapan dia akan terus berkeliling dunia seperti itu? Apa dia akan terus menguji kesabaranku." ungkap Davin dengan tatapan tajam melihat jauh ke arah jendela.
Davin bangkit dari duduknya, dia melangkah ke atas meja kerja untuk mengambil ponselnya.
"awasi terus Fransisca, ingat jangan sampai dia tahu. Pastikan semua kegiatan yang Fransisca lakukan laporankan padaku, apapun itu…!!" perintah Davin sembari mengambil jasnya yang ada di atas sofa dan melangkah untuk keluar dari ruang kerjanya.
"siap tuan." ucap asisten Max menerima perintah dengan menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Lalu mengikuti tuannya dari arah belakang.
"kau tahu harus berbuat apa untuk semua bukti itu. Pastikan mereka tidak tahu kalau kita mengawasi mereka." ucap Davin sebelum membuka pintu ruang kerjanya.
"saya mengerti tuan." balas asisten Max.
Mereka keluar dari dalam ruang kerja Davin. Asisten Max pergi setelah melihat tuannya berlalu menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat curiga kepada mereka berdua, seseorang yang selalu mengawasi semua yang terjadi di sekitar mansion keluarga Fardhan.
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung ke episode selanjutnya…
...Sekian dan terima kasih 🙏🙏🙏 mohon saran dan komennya ya....
Jangan lupa vote dan like nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
sukses 😍👍
2022-04-21
1
Tri Widayanti
sukurin istri tercintamu selingkuh
2022-03-16
1