***Rumah Sakit Golden Healthy***
Semua orang terkejut tidak percaya akan keinginan yang di lontarkan oleh Davin. Terlebih lagi Fransisca dan juga Nitami. Davin menginginkan Nitami menjadi dokter pribadinya sampai dirinya sembuh. Sungguh di luar perkiraan mereka.
"Biarkan dokter itu menangani aku sampai sembuh. Dia dokter yang sudah berjuang untuk menyelamatkan nyawaku, sekaligus mengoperasi diriku. Jadi biarkan dia yang menjadi dokterku, karena dia yang lebih tahu kondisi ku saat ini." Ungkap keinginan Davin.
Sungguh benar benar di luar dugaan mereka. Terlebih lagi Nitami, apa ini jebakkan lagi untuknya? Apa Davin merencanakan sesuatu untuk menyusahkan dirinya? Nitami hanya bisa memandang datar wajah pucat Davin yang juga melihat ke arahnya.
'Apa yang ingin dia lakukan? Tidak ada bosannya dia membuatku selalu menderita. Apa yang ingin dia rencana kali ini?' Gumam Nitami di dalam hatinya.
'Apa yang Davin pikirkan? Apa dia sudah gila? Mengapa Davin mengizinkan wanita sialan ini menjadi dokternya? Bukankah itu artinya wanita ini akan selalu berada di dekat Davin, ini tidak bisa di biarkan.' Gumam Fransisca di dalam hatinya melihat remeh dan tidak suka ke arah Nitami. Kemudian beralih melihat ke arah suaminya yang tentu saja masih memandang ke arah dokter cantik itu. Kedua tangan Fransisca mengepal kuat, menahan amarahnya karena cemburu.
'Dia dokter di sini, aku tidak pernah tahu jika dia adalah seorang dokter. Wanita ini lumayan juga, dia yang mengoperasi aku. Setidaknya dia tidak berusaha untuk membunuhku saat aku sekarat. Jika dia mau, dia mampu dan memiliki kesempatan untuk itu.' Gumam Davin di dalam hatinya sembari masih menatap datar Nitami yang ada tidak jauh di hadapannya.
"Apa kau tidak salah Davin, di sini sudah ada dokter Aldi yang akan lebih baik dalam menangani mu." Balas Markus mencoba untuk membujuk putranya.
"Tidak Pa…biarkan dokter ini yang menjadi dokter pribadi ku sampai aku sembuh. Aku ingin lihat sampai dimana kemampuannya dalam bidang kedokteran." Balas Davin dengan tatapan datarnya melihat ke arah Markus dan kembali lagi melihat ke arah Nitami.
"Tapi sayang…Bukannya kamu lebih nyaman jika di tangani oleh dokter Aldi? Dia hanyalah dokter biasa, tidak bisa dengan sembarangan untuk menangani kesehatan mu." Ucap Fransisca dengan tatapan yang teduh ke arah Davin, tetapi menatap remeh ke arah Nitami.
"Cukup, di sini aku yang sakit. Aku yang berhak memilih dokter siapa yang aku inginkan?" Tegas Davin tanpa melihat ke arah Fransisca. Davin masih setia melihat ke arah Nitami yang juga menatapnya dengan dingin.
"Terserah kamu saja, jika terjadi sesuatu kepadamu. Papa pastikan dokter ini yang pertama kalinya papa akan cari." Tunjuk Markus geram ke arah Nitami. Membuat semua orang yang tidak mengerti masalah mereka, akan heran dengan situasi saat ini.
Markus sangat malas untuk berdebat lebih lama lagi. Begitu selesai mengucapkan kalimat ancaman yang baru saja dia katakan, dia berlalu pergi. Tatapan mata Markus tajam dan dingin dengan rahang yang mengeras, karena menahan rasa kesalnya saat ini terhadap Nitami. Dia pergi meninggalkan ruangan tersebut dengan di ikuti oleh sang istri sembari memanggil namanya.
Kepala dokter, direktur rumah sakit, dan juga Maria ikut keluar dari ruangan tersebut. Kini tinggallah Davin, Nitami, Fransisca, Diana, Aldi dan asisten Max. Mereka semua memandang ke arah Nitami dengan berbagai pandangan.
Entah apa salah Nitami dahulu? Sehingga satu keluarga Fardhan membencinya. Pernikahan yang di jalani oleh Nitami dan Davin, bukan atas kemauannya sendiri. Apa mereka buta, tidak bisa melihat jika Nitami tidak pernah merugikan mereka satu keluarga.
Nitami yang di rugikan di sini, dirinya terikat pernikahan yang bagaikan neraka. Dia di ikat oleh kontrak yang tidak bisa lepas begitu saja, dia wanita yang di jadikan tumbal untuk keluarga mereka, dan dirinya lah yang selalu menerima penghinaan dan kebencian dari satu keluarga tersebut. Jadi di sini letak kesalahan Nitami di mana? Sehingga keluarga Fardhan sangat membencinya, dan menganggap dia hanya seperti hama pengganggu.
"Dokter Aldi, apa benar dia adalah dokter bedah umum terbaik di rumah sakit ini, bahkan di kota ini?" Tanya Davin ingin kejelasan tentang apa yang di ucapkan oleh direktur rumah sakit tentang Nitami.
"Iya...Dokter Nitami adalah dokter bedah umum terbaik di rumah sakit ini, di seluruh kota belum ada yang bisa bersaing dengannya." Balas dokter Aldi membenarkan apa yang ingin di ketahui jelas oleh Davin.
Nampak senyum tipis pada bibir Davin, dapat terlihat jelas oleh semua orang yang ada di sana. Sedangkan Nitami hanya akan mengikuti permainan yang akan mereka rencanakan.
"Tidak aku sangka, kau adalah seorang dokter. Aku pikir kau hanyalah wanita yang tidak bisa apapun?" Kata Davin menatap remeh ke arah Nitami. Sukses membuat Fransisca dan Diana senang, terlihat jelas Davin tetap tidak suka dan benci kepada Nitami.
Nitami masih diam saja, tidak ada yang harus dia jawab. Semua perkataannya akan menjadi sia-sia jika di gunakan untuk melawan Davin.
"Max, apa kau juga tidak tahu kalau nyonya mu ini adalah seorang dokter?" Tanya Davin melihat ke arah asisten Max yang ada di sampingnya.
"Maaf tuan, saya tahu." Jawab singkat asisten Max dengan menundukkan kepalanya.
"Kenapa kau tidak pernah memberitahukannya kepadaku?" Katanya ketus, ada rasa kesal pada nada bicara Davin.
"Maaf tuan, anda tidak pernah bertanya."
"Dasar bodoh…Lain kali jika ada hal yang menarik tentangnya, beritahukan kepadaku." Perintahnya mutlak.
"Siap tuan." Jawab asisten Max lagi lagi menundukkan kepalanya.
"Sayang…Apa maksudmu, kenapa kau harus tahu tentang dia?" Tanya Fransisca merajuk dengan nada sedikit manja kepada Davin.
"Jangan bilang, karena dia yang sudah berhasil menyembuhkan mu. Kau jadi tertarik kepadanya." Ucap Fransisca melihat curiga ke arah Davin.
"Tentu saja tidak." Balas Davin melihat sekilas ke arah Fransisca.
"Mana mungkin aku tertarik kepadanya. Hanya karena dia seorang dokter yang sudah menyembuhkan aku. Aku hanya ingin tahu sampai dimana kemampuannya dalam bidang kedokteran? Jangan sampai rumah sakitku ini rugi dan sia-sia telah memberikan gaji besar kepadanya." Ungkap Davin masih memandang remeh Nitami yang hanya diam berdiri di tempatnya semula.
"Sayang…Jangan pernah berpaling dariku karena wanita seperti dia." Tunjuk Fransisca.
Fransisca kini duduk di samping Davin dan menggenggam mesra tangan Davin. Fransisca meletakkan kepalanya pada bahu kanan Davin. Sebuah pemandangan mesra yang akan mulai mereka perlihatkan kepada Nitami.
Nitami cukup terkesan karena Davin ternyata lebih kuat dari perkiraannya. Dia yang seharusnya belum boleh duduk terlalu lama, masih bisa bertahan dengan posisi duduknya saat ini dan bisa menunjukkan kemesraannya kepada Nitami.
"Sungguh menjijikkan orang kaya seperti kalian." Ungkap Nitami menekan setiap kata-katanya dengan tatapan yang begitu dingin.
Perkataan lancang Nitami membuat Fransisca dan Diana sontak terkejut akan keberanian wanita itu kali ini. Sedangkan asisten Max dan Aldi, hanya diam tanpa bersuara. Davin mengembangkan senyum pada bibirnya.
"Ternyata mulutmu sudah mulai tajam." Balas Davin dengan senyum masih mengembang pada bibirnya.
"Apa kau marah melihat kami seperti ini? Apa kau cemburu akan kemesraan kami?" Tanya Davin ingin tahu apa yang sedang di pikirkan oleh Nitami saat melihat adegan mesranya.
"Tidak ada gunanya aku cemburu ataupun marah. Hanya menghabiskan waktu dan tenagaku saja. Waktuku terlalu berharga hanya untuk melakukan hal itu." Balas ketus Nitami dengan dinginnya.
Terdengar sebuah dering ponsel yang ada di saku jubah putih yang di kenakan oleh Nitami. Dokter cantik itu segera melihat dan menerima panggilan pada ponselnya.
"Hallo…!" Sapa Nitami tanpa mempedulikan mereka yang melihatnya.
"Kau sungguh tidak sopan, menerima panggilan tanpa minta ijin terlebih dahulu kepada kami." Ketus Fransisca melihat tidak suka ke arah Nitami yang bertindak tidak sopan kepadanya dan Davin.
Tidak meminta ijin saat akan menerima panggilan dari ponselnya. Nitami tidak peduli dia sopan ataupun tidak, karena panggilan yang dia terima lebih penting dari pada permintaan ijin kepada mereka.
"Ada Apa?" Tanya Nitami pada orang yang menghubunginya.
Matanya yang tadi menatap ke arah Davin. Sekarang pandangan mata Nitami beralih melihat ke arah asisten Max, pria yang berdiri tepat di samping Davin. Pandangan mata Nitami ke arah asisten Max seakan ingin mengatakan sesuatu, namun Nitami hanya diam mendengarkan ucapan dari orang yang menghubunginya.
"Aku mengerti." Balasnya lalu menutup sambungan teleponnya.
"Dokter Aldi…Katakan kepada pasien kita yang terhormat ini. Tidak baik untuknya terus duduk. Jangan sampai luka operasinya terbuka dan mengalami pendarahan lagi. Dengan senang hati aku akan membedah perutnya kembali, jika perlu aku buat perutnya tidak akan tertutup lagi untuk selamanya." Ucap tegas Nitami menatap tajam dan dingin ke arah Davin yang masih tersenyum.
Perkataan Nitami cukup berani kepada Davin. Membuat semuanya sontak terkejut, yang ada di hadapan mereka saat ini seperti bukanlah Nitami yang seperti biasanya. Mereka hanya bisa diam saja.
"Asisten Max, ingat perkataan ku semalam. Jika kau gagal, aku sendiri yang akan bertindak." Katanya melihat ke arah asisten Max yang hanya diam melihatnya.
Begitu selesai berbicara. Tanpa mengucapkan kata pamit Nitami segera membalik tubuhnya, dan keluar berlalu dari ruangan itu. Masih ada yang lebih penting saat ini untuk Nitami lakukan.
"Dasar wanita kurang ajar." Celetuk ketus Fransisca, dia marah akan tindakan tidak sopan Nitami kepada mereka. Wanita yang Fransisca benci itu, pergi begitu saja tanpa berpamitan sama sekali kepada mereka.
"Sayang…Kenapa tidak kau pecat saja dia. Aku muak melihatnya." Kata Fransisca merajuk kepada Davin.
"Tidak semudah itu untuk memecat dokter Nitami, karena kontraknya yang belum selesai. Lagi pula, dokter Nitami cukup populer di rumah sakit ini. Banyak pasien VVIP yang akan selalu mencarinya. Mereka hanya ingin di tangani oleh dokter Nitami. Kau dan rumah sakitmu ini akan sangat rugi, jika kehilangan dokter terbaik dan terkenal seperti dokter Nitami." Ungkap Aldi akan kebenaran yang ada.
"Mengapa kau malah membelanya kak Aldi?" Tanya Diana tidak suka mendengar Aldi membela Nitami.
"Aku tidak membelanya, itulah kenyataannya. Aku malah menyelamatkan aset kalian. Dokter Nitami benar-benar aset terbaik kalian untuk kemajuan rumah sakit ini." Balasnya.
"Asal kalian tahu saja. Sudah banyak rumah sakit besar yang meliriknya dan menunggunya keluar dari rumah sakit ini. Bahkan salah satu rumah sakit besar di New York, menginginkannya juga." Ungkap Aldi akan kebenaran yang memang terjadi.
Selama Nitami mendapatkan predikat dokter bedah umum terbaik, banyak pihak rumah sakit besar yang menginginkannya. Hanya saja Nitami masih terikat kontrak yang tidak bisa dia langgar, karena Nitami bukan tipe orang yang akan lepas dari tanggung jawab dan kewajibannya.
Fransisca dan Diana semakin tidak suka dan membenci sosok Nitami yang di bangga banggakan oleh Aldi. Dokter Aldi berani berbicara santai kepada Davin, karena mereka adalah teman dekat. Teman dekat sejak mereka duduk di bangku SMA sampai saat ini.
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung ke episode selanjutnya…
...Sekian dan terima kasih 🙏🙏🙏 mohon saran dan komennya ya....
Jangan lupa vote dan like nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
Nita hebat 😍
2022-04-19
1
Tri Widayanti
Lanjut trs.
Keluarga Sableng ternyat
2022-03-15
1
Wani Ikhwani
keluarga yg aneh, seharusnya kan berterimakasih karena Nita mau dijadikan tumbal 😡😡😡
2022-01-15
1