***Rumah Sakit Golden Healthy***
Hari hari yang di lalui oleh Nitami atau sering di panggil dengan sebutan dokter Nita, akan sangat berat untuk dia jalani sekarang hingga ke depannya, dalam waktu yang tidak dapat di tentukan. Sampai kapan? Nita pun tidak tahu sampai kapan? pasalnya dia harus menjadi dokter pribadi dari tuan muda Davin, suaminya sendiri.
Direktur dan kepala dokter memberikan perintah itu juga padanya, tidak ada alasan Nitami untuk menolaknya. Dengan terpaksa dia mengikuti apa yang di perintahkan oleh direktur dan kepala dokter karena mereka adalah atasan Nita di rumah sakit. Tidak ada alasan untuk Nita menolak keinginan yang di ajukan oleh pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.
Sungguh Davin memanfaatkan semua kekuasaan yang ia miliki selama dua hari ini, bahkan jika Nita mengabaikan panggilan telepon dari asisten Max, dia langsung datang mencari Nita di manapun Nita berada, akan tetap bisa di temukan oleh asisten Max. Seperti sekarang ini, asisten Max memaksa dirinya untuk ikut dengannya ke ruang perawatan Davin, dengan langkah gontai tidak ikhlas Nita melangkah hingga memasuki ruangan tersebut.
Di dalam kamar terlihat Davin sedang duduk bersandar di atas ranjangnya. Davin segera melihat ke arah Nita yang baru saja masuk ke dalam. Tatapan matanya tajam dan dingin, tidak pernah sekalipun Davin bersikap ramah padanya. Itulah Davin si manusia es.
"kau sengaja membuat aku menunggu lama." bentaknya seketika melihat Nita.
Nita yang sudah terbiasa akan bentakkan Davin hanya diam. Dia melangkah mendekati Davin.
"apa kau sudah berubah menjadi bisu? tidak bisa menjawab?" ucapnya masih ketus dengan tatapan masih tajam dan dingin.
Nita menghela nafasnya berat.
"ada apa?" tanya Nita pada akhirnya mengalah, bagi Nita yang waras yang mengalah.
"ada apa katamu?" ucapnya dengan memicingkan matanya melihat lekat Nita yang kini sudah ada di hadapannya.
"kau tahu ini jam makan siangku, kau sengaja membuat aku menunggu agar aku mati kelaparan, iya kan…?!"
Nita lagi-lagi menghela nafasnya. "anda tidak akan mati kelaparan hanya tidak makan siang satu kali tuan." jawab Nita dengan santai, dirinya sudah malas berdebat keras dengan tuan yang selalu tidak bisa mengalah.
Sudah dua hari ini, hidup Nita terasa berat dan keras akan bentakkan Davin setiap detik, Nita sampai heran sendiri melihat Davin tidak ada lelahnya marah marah dan kesal padanya. Jika memang Davin tidak suka melihatnya? kenapa harus mencarinya terus dan meminta Nita untuk datang ke kamarnya? Sungguh tuan muda yang aneh, mau seenaknya sendiri.
"kau selalu saja menjawab."
"tuan…saya menjawab salah, saya diam saja juga salah. Mau tuan apa?"
"aku mau kau mengikuti semua perintah ku, jangan membantah. Jadilah istri yang baik buat suami yang sedang sakit." ucapnya dengan senyum tipis melihat ke arah Nita.
Davin selalu saja mengabaikan semua peringatan yang Nita katakan dua hari yang lalu, saat perdebatan mereka. Nita meminta Davin untuk tidak menyebut Nita sebagai istrinya, karena Nita muak mendengarkannya. Sedangkan Davin sangat senang mengucapkan kata-kata 'istriku dan suamimu', Davin sangat suka melihat Nita kesal dan marah.
"kenapa harus saya tuan? kemana perginya istri manja anda itu?" tanya Nita sudah malas berdebat, dia terlalu lelah hari ini untuk berdebat. Banyak pasien dan pekerjaan yang harus Nita selesaikan karena terbengkalai akibat ulah Davin padanya.
Bukannya menjawab, Davin malah memanggil asisten Max yang berdiri di belakang Nita.
"Max…berikan apa yang tadi kau beli kepada nyonya mu ini." perintahnya pada asisten Max, dengan menekan kata nyonya pada ucapannya.
Itulah Davin selalu membuat panggilan yang tidak di sukai oleh Nita, apa yang Nita tidak sukai? akan selalu dia sebutkan berkali-kali hingga pada akhirnya Nita mengalah, untuk tidak mempermasalahkan panggilan apapun untuknya dari Davin?
"baik tuan, ini nyonya." balas asisten Max sembari menyerahkan sebuah peparbag pada Nita, itu adalah makanan siang yang di inginkan oleh Davin.
Nita menerima paperbag tersebut, lalu meletakkannya di atas nakas di samping ranjang. Nita melangkah mendekati sebuah lemari kecil tempat peralatan makan untuk di pakai Davin. Asisten Max telah membantu membawakan meja lipat dan satu kursi untuk Nita, selama Davin makan dan sarapan Nita yang harus melayani dan menemaninya.
Nita memindahkan semua makanan yang ada di dalam box makanan ke atas piring yang ia bawa, lalu meletakkan semua makanan itu ke atas meja lipat yang ada di hadapan Davin. Semua aktivitas yang di lakukan oleh Nita tidak luput dari perhatian Davin. Davin melihat semua pergerakan Nita, dengan sesekali melihat ke arah wajah Nita yang terlihat cantik dan ayu walaupun dengan makeup yang sederhana.
Davin baru kali ini melihat wajah Nita dari jarak yang dekat, lama dan intens. Davin baru menyadari wajah Nita lebih cantik kalau di bandingkan dengan wajah Fransisca yang jika memakai riasan seperti Nita. Fransisca yang memang seorang artis dan model kelas atas, selalu di tuntut untuk menggunakan riasan yang sedikit tebal dan lengkap untuk menunjang penampilannya.
Tidak dengan Nita yang selalu tampil hanya menggunakan pelembab wajah, sedikit bedak, alis mata dan lipstik yang terkesan sangat sederhana. Nita sudah sangat cantik di tambah saat Nita menggunakan jubah putih dokternya, sungguh pemandangan indah bagi mata Davin yang selama dua hari ini tidak keluar dari dalam kamar perawatannya.
"Fransisca masih ada pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan. Kenapa kau bertanya tentangnya." jawab dan tanya balik Davin melihat intens wajah Nita yang kini sudah duduk di hadapannya.
"bukannya dia yang seharusnya melayani anda yang sedang sakit. Kenapa malah dia lebih sibuk bekerja daripada harus menjaga dan menemani anda yang masih sakit." jawab Nita melihat sekilas wajah Davin sembari meletakkan makanan di atas piring Davin.
Selama dua hari ini, Nita benar benar menjadi seorang istri bagi Davin yang sesungguhnya. Melayani dan menemaninya makan. Menemaninya di saat Davin belum tertidur, walaupun obrolan mereka akan saling bertentangan dan sedikit keributan pasti terjadi, yang lebih membuat Nita malu lagi adalah membantu Davin untuk membersihkan tubuh dan mengganti pakaiannya. Davin belum di perbolehkan mandi karena luka operasi yang masih basah.
Semua itu Nita lakukan dengan terpaksa, walaupun di dalam hatinya merasa kesal setengah mati.
"pekerjaannya sangat penting, tidak bisa di tinggal begitu saja karena ada kontrak kerja yang tidak bisa dia langgar." jawab Davin sembari menerima sendok yang di berikan oleh Nita. Kedua tangan mereka tidak sengaja saling menyentuh, namun mereka hanya bersikap biasa saja.
"terikat kontrak memang sangat menyusahkan." jawab Nita menekan setiap kata-katanya, sembari menuangkan air putih ke dalam gelas Davin.
Perkataan Nita talak mengingatkan Davin pada kontrak pernikahan yang telah mereka tanda tangani berdua.
"setidaknya dia bisa meminta izin sampai tuan sembuh, kenapa tidak memakai kekuasaan anda untuk membantu istri anda mendapatkan izin? agar bisa menemani anda di sini." ucap Nita kembali.
Davin memandang lekat wajah Nita. "kenapa kau sangat peduli pada Fransisca yang harus menemani ku di sini?" tanya Davin yang membuat Nita melihat pada Davin. Tatapan mata mereka bertemu dan saling menatap datar.
"karena nyonya Fransisca adalah istri tuan. Istri yang seharusnya melayani semua kebutuhan anda tuan." jawab Nita tanpa melepaskan tatapan matanya pada Davin.
"kau juga istri ku. Kau juga harus melayaniku. Apa itu juga menjadi masalah bagimu?" tanya balik Davin dengan masih menatap mata Nita.
"saya juga punya pekerjaan dan tanggung jawab yang tidak bisa di tinggalkan begitu saja." jawab sengit Nita, mereka masih saling menatap.
"tapi kau bekerja padaku, rumah sakit tempat mu bekerja ini adalah milikku. Jadi aku bebas mengaturmu kapanpun aku mau." jawab Davin menekan setiap kata-katanya dengan tatapan yang sedikit tajam.
"anda egois tuan, anda memang tidak pernah adil kepada saya. Selalu sesuka hati anda, suami yang selalu berat sebelah." ucap Nita ketus lalu beralih pada makanan yang ada di hadapannya.
Davin tersenyum. "jadi kau mengakui juga, kalau aku suamimu?" ungkapnya dengan senyum yang aneh.
"apa tuan pikir saya sebodoh itu. Anda memang suami saya tapi hanya di atas kertas."
"hahahaha…kau sungguh lucu, ingat satu hal…aku suami di atas kertas yang sah agama dan negara, ingat itu…!!" tunjuknya dengan senyum kemenangan.
Nita hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak akan ada habisnya dan tidak ada kata menang jika sudah berdebat kata dengan tuan muda Davin. Lebih baik diam dan patuh, Nita sangat lelah. Dengan segera Nita memakan makanan yang ada di hadapannya, dan tidak ingin mempedulikan Davin lagi.
"makan yang banyak, supaya lebih banyak tenaga untuk kuat melawan ku." ucapnya sembari meletakkan satu sendok besar daging lada hitam makanan kesukaan Nita ke atas piringnya.
Nita melihat daging lada hitam yang ada di dalam piringnya lalu beralih melihat ke wajah Davin yang tersenyum senang melihat ke arahnya. Nita memakan apa yang sudah ada di piringnya agar acara makan yang menyiksa dirinya cepat berakhir. Tanpa perdebatan lagi.
Asisten Max yang ada di sana hanya bisa diam dan geleng-geleng kepala, melihat tingkah dua orang suami istri yang terus berseteru. Asisten Max hanya menjadi obat nyamuk saja bagi dua insan yang tidak pernah akur tetapi saling mencari dan membutuhkan. Apalagi tuan mudanya yang terlihat sudah mulai terbuka dan tergantung dengan istri pertamanya tersebut.
Beberapa saat kemudian terdengar ketukan pada pintu kamar, ketiga orang itu melihat ke arah pintu yang di ketuk dari luar. Asisten Max segera bangkit dan membuka pintu tersebut. Asisten Max terdiam saat melihat siapa yang datang dan segera melihat ke arah Nita.
Nita melepaskan sendok yang ada di tangannya dan segera berdiri melihat siapa yang ada di ambang pintu. Nita segera melangkah cepat ke arah pintu yang membuat Davin heran melihat tingkah laku Nita. Davin pun menajamkan pandangan matanya ke arah pintu kamar yang terbuka.
Di sana berdiri seorang perawat yang sedang mendorong sebuah kursi roda, di mana duduk seorang anak kecil yang cantik dengan selang infus masih terpasang di tangannya. Anak itu adalah Angel, salah satu korban kecelakaan bersama Davin.
Ada pembicaraan kecil di sana yang samar Davin dengar, Nita lalu menggendong Angel dan membawanya masuk. Asisten Max mendorong masuk kursi rodanya atas permintaan dari Nita. Davin melihat intens Nita yang sedang melangkah mendekat sembari menggendong Angel dalam gendongan koalanya.
"siapa anak ini?" tanya Davin mengerutkan alisnya melihat intens Nita.
Nita tidak ingin menyembunyikan siapa Angel dari Davin. Davin harus tahu siapa Angel?
"ini Angel, anak dari salah satu korban yang kecelakaan bersamaan dengan tuan. Kedua orang tuanya meninggal dunia di tempat kejadian." ucap Nita jujur yang membuat Davin diam terpaku.
Lalu beralih melihat ke arah asisten Max, seakan meminta penjelasan karena dia tidak tahu apapun tentang ini semua? jika ada korban lain pada saat kecelakaan itu terjadi. Ada korban lain, dan bukan dirinya dan Max saja yang menjadi korban, bahkan ada dua orang korban meninggal dunia, dan satu anak selamat saat ini.
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung ke episode selanjutnya…
...Sekian dan terima kasih 🙏🙏🙏 mohon saran dan komennya ya....
Jangan lupa vote dan like nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
😍😍😍😍😍
2022-04-19
1
Tri Widayanti
Laki laki bermulut pedas.
kira kira dia nanti akan mendptkan karma tdk ya
2022-03-15
1
Ati Wanti
next Thor 😘
2021-12-17
2