***Rumah Sakit Golden Healthy***
Malam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Selama tiga jam Nitami dan rekan-rekannya berjuang, dalam tindakan operasi yang mereka lakukan kepada Davin. Dokter cantik itu berharap Davin dapat bertahan dengan sekantong darah darinya. Luka robekan yang cukup dalam dan lebar membuatnya kewalahan, untuk menghentikan pendarahan pada perut Davin.
Untungnya tidak ada luka serius pada organ vitalnya. Robekan itu cukup dalam sehingga mengakibatkan pendarahan hebat pada perut Davin. Kepalanya mengalami gegar otak ringan karena benturan, serta ada luka memar di beberapa bagian tubuhnya. Kondisinya benar benar jauh dari penampilan Davin biasanya.
"Terima kasih sudah bertahan tuan muda, semoga lekas sembuh." Ucap Nitami pelan sembari mengelus lembut lengan kanan Davin.
Itu adalah ritual rutin yang selalu di lakukan oleh Nitami setelah selesai melakukan operasi pada pasiennya. Dia akan selalu memberikan semangat dan rasa syukurnya kepada setiap pasiennya, karena operasi yang dia lakukan selalu berjalan lancar. Mereka yang mengenal dan sering bekerja bersama dokter cantik itu pasti akan tahu.
"Terima kasih untuk kalian semua yang telah berjuang bersama saya." Ucap Nitami melihat ke arah semua rekan yang ikut berjuang bersamanya malam itu.
"Dokter Nitami, dokter kepala dan direktur memanggil anda." Ucap Lia yang baru saja masuk ke dalam ruang operasi.
Nitami hanya melihat dan menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Itulah dokter Nitami yang selalu irit dalam berbicara. Dokter cantik itu membersihkan dirinya untuk segera menemui kepala dokter, direktur, dan juga seluruh keluarga Fardhan. Mereka semua menunggu di depan pintu ruang operasi.
Menanti laporan tentang kondisi Davin darinya. Nitami di temani oleh dokter Rio yang ikut bersamanya saat operasi tadi. Mereka melangkah mendekati sebuah pintu kaca, pintu yang dapat melihat semua yang ada di luar sana. Melihat wajah khawatir dari setiap anggota keluarga Fardhan.
Sudah sangat lama sekali, Nitami tidak melihat wajah wajah itu. Walaupun dia tinggal bersama mereka di dalam satu halaman, tetapi Nitami jarang untuk menampakkan kakinya ke dalam mansion yang seperti neraka baginya.
Gubuk sederhana tempatnya tinggal, berdampingan dengan rumah untuk para pembantu yang bekerja di mansion keluarga Fardhan. Sungguh miris hidupnya.
Rumah kecil itu ada jauh di belakang mansion. Bahkan untuk jalan keluar, Nitami hanya memakai pintu samping mansion tersebut. Pintu keluar masuk khusus para bawahan dari keluarga Fardhan. Jadi Nitami yang memang sibuk pada pekerjaannya, sangat jarang bertemu dengan anggota keluarga itu.
Bahkan di hari libur, Nitami sengaja menukar jadwal masuknya agar tidak berada di kawasan mansion keluarga Fardhan. Kawasan tempatnya melihat sebuah kemesraan sepasang suami-istri. Kemesraan yang sengaja di perlihatkan oleh Fransisca, hanya untuk membuatnya sakit hati dan tersiksa. Andai saja bukan karena ada kontrak jebakkan yang dia tidak bisa lawan, sudah lama dia akan keluar dari mansion Neraka itu.
Nitami mencoba mengatur nafasnya untuk menghadapi semua anggota keluarga Fardhan. Terutama tuan besar Markus Fardhan. Begitu kaca pintu yang ada di depannya terbuka, otomatis tidak ada jalan lain lagi untuk menghindar.
"Bagaimana operasi tuan muda Davin dokter Nitami?" Tanya direktur lebih dulu untuk bertanya.
Nitami melihat ke arah sang direktur, wajah datar dan nampak dingin. Untuk tersenyum kali ini, sangat sulit Nitami lakukan. Dia akan bersikap profesional sebagai seorang dokter.
"Operasinya berjalan lancar direktur." Jawab singkat Nitami dengan mengatur nada bicaranya.
Pandangan mata semua anggota keluarga Fardhan, sangat jelas terlihat datar dan tidak suka melihat ke arahnya. Nitami yakin mereka terpaksa berada di sana, karena Davin. Mereka terpaksa melihat Nitami yang sangat tidak mereka sukai. Terlebih lagi Fransisca dan tuan besar Markus Fardhan.
"Bagaimana keadaannya?" Kali ini nyonya Sandra yang maju, untuk bertanya dengan wajah yang sudah basah akan air matanya.
Nitami memandang mata teduh itu, terlihat jelas ada kesedihan serta ketakutan pada sorot mata sang nyonya. Tangan wanita paruh baya itu terlihat masih gemetar, Nitami merasa iba melihatnya. Dengan segera dia raih tangan gemetar itu dan meremasnya dengan lembut. Rasa trauma yang pernah nyonya Sandra alami, pasti hadir kembali karena kecelakaan yang di alami putranya.
"Tuan muda baik baik saja nyonya, anda tidak perlu khawatir. Tuan muda hanya gegar otak ringan, dan pendarahannya juga sudah di hentikan." Ucap Nitami berusaha menenangkan Sandra, sembari meremas lembut telapak tangan yang gemetar dan mulai keriput itu.
Nyonya Sandra memandang dalam ke arah mata Nitami, seakan ingin mengucapkan sesuatu tetapi tidak sanggup untuk dia ucapkan. Tangisannya pecah sembari tiba-tiba memeluk tubuh Nitami, menangis sedih di dalam pelukan yang tidak berani Nitami balas. Dia tidak ingin terlihat tidak sopan.
"Terima kasih nak…terima kasih…dan maaf untuk semuanya…" Ucap Sandra pelan di sela sela pelukkan mereka, tubuhnya bahkan masih bergetar karena tangisannya.
Nitami hanya diam tanpa menjawab, dia hanya bisa menenangkan Sandra dengan membelai lembut punggung wanita paruh baya itu. Agar Sandra melepaskan pelukanya, karena mendapatkan tatapan horor dari setiap anggota keluarga Fardhan. Sedangkan yang lainnya, hanya diam bersikap biasa saja sebab tidak tahu apapun.
Hal itu biasa di lakukan oleh setiap keluarga pasien yang di tangani oleh dokter Nitami. Mengucapkan rasa terima kasih mereka dan mendapatkan ketenangan dari dokter cantik itu. Entah mengapa, begitu orang melihat wajah Nitami? Semua akan memeluk atau meminta berjabat tangan dengannya.
Tatapan horor yang Nitami dapatkan dari seluruh anggota keluarga Fardhan, membuatnya harus segera bertindak. Berusaha untuk melerai pelukan dari Sandra agar segera terlepas.
"Nyonya, tuan muda akan segera di pindahkan ke ruang perawatan. Apakah anda sudah bisa tenang sekarang?" Katanya lembut, Nitami berharap Sandra mengerti maksud perkataannya.
Sandra tidak langsung melepaskan pelukannya, sehingga dengan terpaksa tuan besar Markus yang menarik lembut tubuh istrinya. Tatapan mata mereka bertemu beberapa detik, sungguh tatapan mata yang sangat menakutkan bagi orang lain. Namun tidak bagi Nitami yang sudah terbiasa.
Nitami tidak perlu takut karena dia tidak melakukan kesalahan apapun? Wanita itu mencoba bersikap seperti biasanya, bersikap ramah kepada mereka untuk segera pamit undur diri dengan sopan dan baik.
"Tuan muda akan segera di pindahkan, dan kami akan selalu memantau kondisinya. Jadi, saya mohon undur diri untuk masuk ke dalam, selamat malam tuan dan nyonya." Pamit Nitami menundukkan kepalanya dengan sopan tanpa tersenyum sama sekali.
Tanpa pikir panjang dan menunggu jawaban dari mereka, Nitami berbalik dan melangkah masuk ke dalam. Dia tahu, tidak seorang pun yang akan menjawabnya. Sekilas Nitami dapat melihat, tatapan tajam dan meremehkan dari Fransisca saat pandangan mata mereka bertemu.
Nitami melangkah tanpa melihat lagi ke arah belakang. Tidak ada yang perlu dia lihat, keluarga itu hanya memandang benci dan menganggapnya tidak ada. Jauh dari lubuk hatinya, sangat terluka dan kecewa akan sikap mereka. Tidak ada rasa terima kasih sama sekali kepadanya, walaupun Nitami tidak mengharapkan itu dari mereka.
...--------------------------------...
…Kamar VVIP…
Davin berada di kamar yang super mewah dengan peralatan medis yang cukup canggih dan lengkap untuknya. Dokter Rio dan perawat Lia di tugaskan malam ini, untuk tetap siaga memantau kondisi tuan muda Fardhan.
Nitami tiba-tiba oleng saat akan ikut mengantar Davin keluar dari ruang operasi. Tubuhnya sudah tidak kuat menahan lemas yang sejak tadi ia tahan. Akhirnya Nitami hanya duduk sejenak, pada kursi besi yang ada di dalam ruang operasi tersebut. Setelah tubuhnya membaik, dia akan kembali ke ruangan pribadinya, untuk istirahat sejenak.
Saat melewati lorong menuju ke ruangannya, dia juga akan melewati UGD. Nitami melihat seorang pria yang sangat ia kenali, sedang berusaha menenangkan seorang anak perempuan berusia sekitar empat tahun. Pria itu bersama dengan satu dokter dan satu perawat yang memang bertugas di sana. Gaun anak perempuan itu penuh dengan bercak darah, Terdapat luka pada kening dan bahu kirinya.
Anak perempuan yang cukup cantik di usianya yang sedang sangat lucu. Anak itu terus menangis dan melawan saat akan di obati, bahkan ketiga orang yang sedang membujuknya tidak ada yang berhasil menenangkan anak tersebut. Dia terus menangis memanggil-manggil mamanya. Di mana orang tuanya? itulah yang ada di dalam benak Nitami saat ini.
Nitami menarik dan menghembuskan nafasnya perlahan, akhirnya dia menyerah dan melangkah mendekati mereka.
"Ada apa ini?" Tanya Nitami tiba dan melihat mereka secara bergantian.
Semuanya melihat ke arah Nitami secara bersamaan.
"Kami kesulitan menenangkan anak ini dokter." Jawab dokter yang sedang memegang kain kasa di tangannya.
"Anak cantik, kenapa menangis?" Tanya lembut Nitami dengan senyum yang mengembang di bibirnya, tatapan mata Nitami teduh ke arah mata bulat anak kecil di hadapannya.
Anak itu memandang Nitami dengan isak tangis yang masih terdengar.
"Tante punya ini untuk mu cantik. Mau…!?" Bujuk Nitami lembut sembari memperlihatkan sebuah permen lolipop, yang sering ia bawa di dalam kantong jubah putihnya.
"Mau tante…" Angguknya sembari menerima permen dari Nitami.
"Boleh tante pangku sayang?"
"Iya." Jawabnya singkat sembari mengangguk setuju.
Dengan segera Nitami mengangkat tubuh mungil itu, mendudukkannya di atas pangkuan Nitami. Dia segera membuka bungkus permennya, lalu di masukkan ke arah mulut mungil gadis cantik yang ada di pangkuannya.
"Tante bersihkan lukanya ya, hanya akan terasa sedikit sakit." Ucap lembut Nitami yang langsung mendapatkan tatapan iba dari anak tersebut.
"Kalau sakit peluk tante, oke. Tante akan tiup mana yang sakit."
Anak itu seperti mengerti perkataan Nitami, dia pun menganggukkan kepalanya tanda setuju. Nitami dengan cepat serta cekatan membersihkan luka robekan kecil yang ada pada keningnya, lalu menutup luka itu dengan perban. Dengan cepat Nitami juga menyuntikkan obat bius yang sudah di siapkan oleh perawat.
Anak itu sedikit meringis di dalam pelukan hangat Nitami. Dengan segera ia belai lembut kepala mungil yang bersandar di dalam pelukannya, perlahan anak itupun tenang dan tertidur. Dengan pelan Nitami membaringkan tubuh mungil itu di atas ranjang pasien.
"Biar aku yang lakukan, tolong kalian urus tuan ini." Perintah Nitami melihat teduh ke arah wajah mungil yang sedang tertidur damai. Kemudian beralih kepada pria yang ia kenal.
Pria itu adalah asisten pribadi dari tuan muda Davin Attala Fardhan. Pria yang tidak kalah tampan dan sama dinginnya seperti sang tuan. Pria yang sering di panggil asisten Max, kepala dan lengan kanannya cukup memiliki luka yang parah, tetapi pria itu cukup kuat untuk menahan rasa sakitnya.
Sungguh pria yang begitu kuat dan tangguh dengan tatapan yang cukup tajam. Tatapan tajam itu melihat ke arah Nitami yang berdiri tepat di hadapannya. Nitami cukup sering bertemu dengannya, jika memiliki urusan dengan sang tuan. Namun mereka sama sama irit dalam berbicara.
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung ke episode selanjutnya…
...Sekian dan terima kasih 🙏🙏🙏 mohon saran dan komennya ya....
Jangan lupa vote dan like nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
keren nih 😍
2022-04-19
1
Tri Widayanti
Menurutku ceritanya bagus,tp blm banyak pembacanya.
2022-03-15
1
ARSY ALFAZZA
😘😘
2021-12-27
2