Siang hari sudah tiba, para karyawan masih tetap bekerja membersihkan Perusahaan. Wajah para Karyawan itu itu sudah mulai lesuh.
Perut mereka juga sudah mulai keroncongan minta di isi. Nayra, Ria, dan Anita juga sudah lemah. Mereka duduk di lantai di dekat meja sambil mengerumpi.
" Sebenarnya kapan sih pekerjaan kita akan selesai?" tanya Anita yang sudah lelah.
" Hahhhh nggak tau lah, kita sudah seperti kerja di pabrik," keluh Ria.
" Raihan benar-benar gila apa. Dia pengen mengubah Adverb jadi pabrik apa, tu anak otaknya di taruh di mana sih," batin Nayra yang kesal.
" Perhatian semuanya!" teriak Raihan yang tiba-tiba muncul.
" Eh- eh pak Raihan, ayo berdiri," ajak Ria buru-buru bergerak berdiri.
Para karyawan kembali berdiri. Dengan wajah lemas dan lesu karyawan harus berpura-pura semangat.
Raihan pun berdiri tegak dengan wajahnya yang dingin dan arogan di depan semua karyawan. Nayra Ria, dan Anita berada paling depan. Nayra masih memegang kain lapnya sama.
" Melihat ini sudah jam 12 siang kalian boleh istirahat sebentar dan makan siang!" perintah Raihan.
" Yeeeeeeeeeee," karyawan bersorak kegirangan saat mendengar ada waktu untuk istirahat.
Wajah mereka kembali fress saat Raihan mengumumkan kabar bahagia itu.
" Akhirnya kita makan juga," ujar Ria berbisik pada Nayra. Nayra hanya mengangguk tersenyum tipis.
" Baiklah semuanya boleh bubar, kecuali kamu," ujar Raihan menunjuk Nayra.
Nayra bingung apakah kenapa ada ketercualian dan itu dirinya Ria dan Anita melihat kearah Nayra.
" Saya," sahut Nayra menunjuk dirinya sendiri setelah melihat di sekelilingnya.
" Iya kamu," jawab Raihan tegas.
" Kenapa kecuali saya?" tanya Nayra nada menekan.
Dia sungguh kesal dengan Raihan yang selalu suka-sukanya terhadapnya.
" Kamu keruangan saya, dan yang lainnya boleh keluar!" titah Addrian.
Nayra merapatkan giginya, matanya terus menatap tajam pada Raihan. Karyawan yang lainnya sudah mulai berbubaran, sementara dirinya harus berada di ruangan itu.
" Kenapa masih diam? ayo keruangan saya," ujar Raihan mulai bergerak meninggalkan Nayra.
" Nay, kita duluan ya, soalnya lapar," ujar Ria sambil memegang perutnya.
" Benar Nay, duluan ya," tambah Anita.
Nayra sama sekali tidak merespon sampai akhirnya ke-2 temannya itu sudah pergi.
" Apa lagi yang di inginkannya," batin Nayra kesal.
Nayra dengan terpaksa memasuki ruangan Raihan kembali. Nayra sungguh emosi, Raihan benar-benar menindasnya. Apalagi Raina tidak ada. Raihan sesukanya memperlakukan Nayra.
Tanpa mengetuk pintu. Nayra memasuki ruangan Raihan. Raihan duduk di mejanya dengan melipat ke-2 tangannya di dadanya.
" Apa kau tidak punya sopan santun untuk mengetuk pintu," ujar Raihan.
" Sok bicara sopan santun. Nggak nyadar dengan sopan santunnya," batin Nayra.
" Kenapa aku di panggil kemari?" tanya Nayra ketus.
" Kerjakan semuanya!" ujar Raihan menunjuk tumpukan berkas yang ada di sampingnya.
" Kenapa harus aku? Ini waktunya istirahat," bantah Nayra dengan geram.
" Itu untuk hukuman karena berani datang terlambat kekantor," ujar Raihan.
" Aku hanya datang terlambat sedikit. Aku akan mengerjakannya tetapi nanti. Jika sudah selesai makan siang," ujar Nayra.
" Tidak ada cerita makan siang, kerjakan sekarang juga, jika pekerjaanmu selesai baru kau makan siang," tegas Raihan.
Nayra merapatkan giginya, menatap Raihan dengan tajam dan bergerak mengambil tumpukan berkas di samping Raihan.
Nayra mengambil dengan terpaksa dan langsung pergi dari ruangan Raihan. Nayra berjalan mendekati meja kerjanya.
Nayra menghempaskan berkas itu di atas mejanya, dengan wajah cemberutnya Nayra Nayra menduduki kursinya dan langsung mengerjakan apa yang di perintahkan Raihan.
" Sialan, dasar CEO gila, belum jadi CEO saja sudah banyak tingkah, dia pikir dia siapa," desis Nayra kesal dengan Raihan yang terus menindasnya.
Dari dalam ruangan Raihan. Raihan tersenyum miring melihat Nayra yang sepertinya terus bergerutu. Raihan benar-benar puas memberi pelajaran pada Nayra.
Sudah lebih satu jam, Nayra masih tetap bekerja. Perusahaan sepi dan hanya ada dirinya. Nayra memegang perutnya yang sudah tidak bisa di ajak kompromi.
" Hhhhh, perutku sakit sekali," keluh Nayra yang meraba perutnya.
Karena kesiangan bangun Nayra tidak sempat sarapan. Ditambah Raihan tidak mengijinkannya makan siang karena alasan dia terlambat datang.
Selama dia berada di dalam perusahaan tidak pernah ada peraturan seperti itu. Raihan dari dalam ruangannya melihat Nayra yang begitu gelisah dan memegang perutnya.
Raihan sepertinya tau jika mantan kekasihnya itu lapar. Sebenarnya Raihan masih memiliki rasa kasihan. Karena Nayra sering membantah Raihan. Jadi Raihan memberinya pelajaran.
" Ahhhhh perutku," desis Nayra yang sudah keringat dingin menahan lapar, bahkan matanya berkaca-kaca. Nayra meletakkan kepalanya di meja, dia benar-benar lemas.
Raihan yang terus melihat Nayra, merasa ada yang tidak beres, Raihan sedikit merasa khawatir pada Nayra. Raihan langsung berdiri dan keluar dari ruangannya.
Raihan menghampiri meja kerja Nayra, Nayra masih meletakkan kepalanya di meja. Wajah Nayra tidak terlihat karena tertutup rambutnya.
" He, kalau kerja yang benar," ujar Raihan. Nayra tidak menggubris sama sekali. Dia justru tidak meresponnya.
" Ada apa dengannya, apa dia tidur?" batin Raihan panik.
" Nara," ujar Raihan menyenggol tangan Nayra.
Raihan mulai merasa ada yang tidak beres, dan Raihan mengangkat lembut kepala Nayra dan melihat Nayra yang sudah berkeringat dingin dan wajah yang sudah pucat.
" Nara, bangun, Nara," tegur Raihan terus memanggil Nayra.
Nayra yang sudah tidak sadarkan diri. Dia pingsan menahan lapar. Raihan yang sangat panik, langsung menggendong tubuh Nayra membawanya pergi.
Raihan dengan langkah yang cepat, keluar dari perusahaan dan memasuki mobilnya.
" Eh, itu bukannya Nayra?" tanya Anita dari sebrang jalan melihat sahabatnya dalam gendongan Raihan.
" Iya benar, kenapa dia?" tanya Ria yang sudah penasaran.
Raihan mendudukkan Nayra dan memasangkannya seat belt, lalu Raihan berlari cepat menuju kursi pengemudinya.
Raihan memasang seat belt melihat kearah Nayra yang masih tidak sadarkan diri dan keringatnya terus bercucuran.
Raihan terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia sangat khawatir pada Nara yang tidak sadarkan diri.
Raihan membawa Nayra kerumah sakit. Dokter sudah memeriksanya. Raihan dan Dokter sekarang sudah duduk berhadapan.
" Bagaimana keadaannya?" tanya Raihan.
" Maag Bu Nayra kambuh. Tolong jaga pola makannya, perut Bu Nayra belum di isi. Sepertinya dari pagi dia belum sarapan," jawab Dokter.
Raihan terdiam, dia merasa bersalah dengan apa yang di lakukannya. Mungkin memang Nayra sudah sangat lelah. Tetapi dia memaksa Nayra untuk bekerja bahkan tidak memakan apapun.
Setelah selesai berbicara dengan Dokter. Raihan memasuki ruangan perawatan Nayra. Raihan berdiri. Matanya terus melihat Nayra yang masih tertidur dan begitu terlihat sangat lemah.
Selang infus sudah melekat di punggung tangannya. Wajah pucat itu sudah lumayan lagi. Dia sudah pucat lagi.
Wajah Raihan hanya ada rasa bersalah sedikit. Karena telah memberi hukuman yang tidak pantas kepada Nayra.
Beberapa hari ini. Nayra memang sangat sibuk dan tidak bisa menjaga pola makannya. Apalagi dia tinggal sendiri. Dia hanya kebanyakan makan, makanan cepat saji agar lebih mudah.
Kecuali Andini datang ke Apertemennya yang membawa makanan, barulah dia makan dengan teratur.
...bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 435 Episodes
Comments
Usrok Ursok
kasihan bagt nayra......
dasar raihan bucin,tp gengsi ngakuin😁😁😁
2021-12-29
1
Erika Syarif
kasihan nara
2021-12-20
0
Siti Zahra Aulia
apa"an sih Raihan tuh,nyebelin 😡 next thor
2021-12-20
0