Zira terus melanjutkan pekerjaannya mencari pasangan untuk anaknya. Di tengah kesibukannya. Akhirnya sang putra kembali bersama adik kembarnya.
" Ma, pa," sapa Raina langsung mencium mama dan papanya.
Sementara Raihan langsung duduk bersandar di sofa dengan tidak bersemangat.
" Bagaiman Raina pekerjaan kakak kamu di kantor?" Tanya Zira tu the point yang melihat putranya tampak lelah.
" Ya seperti biasalah ma, kak Raihan masih menyesuaikan tempatnya," sahut Raina yang duduk ditengah mama dan papanya. Sementara Raihan di hadapan mereka.
" Apa dia bikin ulah?" Tanya Zira lagi menatap sinis Raihan.
" Tidak ma. Mungkin baru hari pertama jadi kak Raihan masih canggung," jawab Raina.
" Makanya sering-sering ke Perusahaan biar tau bagaimana suasana di Perusahaan," sahut Zira menyindir, tanpa melihat putranya itu dan sibuk dengan pekerjaannya.
Raihan yang lelah tidak menggubris omongan mamanya dan memilih diam.
" Raihan kamu bisa pelan-pelan mempelajari Perusahaan, papa yakin kamu akan lebih hebat dari papa," ujar Addrian yang selalu memberi semangat pada Raihan. Raihan hanya mengangguk.
" Makasih pa, mama itu seharusnya kayak papa, berfikir positif, nggak usah negatif mulu," sahut Raihan menyindir mamanya yang terus berpikir jelek kepadanya.
" Kamu juga seharusnya seperti Raina tau menempatkan diri. Bukan seperti sekarang," sahut Zira membalas pembandingan putranya menatapnya tajam.
" Mama selalu gitu, kalau nggak negatif sama Raihan membandingkan Raihan terus-menerus," ujar Raihan bosan dengan omongan mamanya.
" Gimana mama nggak negatif sama kamu. Kamu tidak merasakan jadi mama yang terus memikirkan kamu dan sekarang asal menyambar saja dan membandingkan mama dengan papa kamu. Kamu pengen punya orang tua yang tidak peduli sama kamu iya," oceh Zira.
Memang sebaiknya Raihan itu diam. Karena kalau bicara akan tambah di omelin. Karena apapun yang di katakan Raihan pasti salah di mata Zira.
Addrian dan Raina hanya menghela nafas dengan Zira yang terus mengomeli Raihan. Kembali lagi mereka akan menjadi pendengar pertengkaran ibu dan anak itu.
" Sudah-sudah," ujar Addrian mencoba menenagkan.
" Apa ini ma?" Tanya Raina yang melihat foto-foto wanita di atas meja.
Raina juga mengambil salah satunya dan melihat wanita yang ada di foto itu.
" Kamu bantuin mama ya Raina!" ujar Zira.
" Bantu apa ma, siapa wanita-wanita ini. Mau bekerja atau apa?" tanya Raina bingung.
" Semua wanita yang ada di foto ini. Salah satunya akan menjadi wanita untuk masa depan Raihan," jawab Zira.
Raihan yang mendengarnya kaget, dan menatap mamanya bingung. Begitu juga Raina yang tidak mengerti dengan mamanya. Raina menoleh kearah papanya. Addrian hanya menggedikkan bahunya.
" Maksud mama?" tanya Raina penasaran.
" Kita harus cari dengan benar calon istri untuk Raihan," jawab Zira.
Raihan yang mendengarnya langsung tersentak kaget. Dan langsung duduk tegap dengan wajahnya yang terkejut.
" Maksud mama apa?" tanya Raihan merasa curiga.
" Apa lagi kalau bukan menikahkan kamu," sahut Zira dengan cepat.
" Apa lagi ini," batin Raihan menambah masalah dalam hidupnya.
" Mama ingin menentukan istri untuk Raihan?" tanya Raihan memastikan.
" Itu kamu tau," sahut Zira.
" Ma ini zaman apa, mana ada sekarang main jodoh-jodohan," protes Raihan langsung tidak setuju.
" Kamu pikir mama hidup di zaman kuno hah! Mama juga tau ini zaman apa. Memang zaman semakin berkembang. Tetapi orang seperti kamu tidak pernah berkembang. Selalu seperti ini," oceh Zira dengan cepat membalikkan semua perkataan Raihan.
" Sok bicara masalah zaman," desis Zira kesal.
" Ya mama nggak bisa gitu dong main jodoh-jodohin aja, Raihan gak setuju," sahut Raihan dengan tegas.
" Jadi maksud kamu, semua yang kamu lakukan selama ini, mama setuju. Kamu minum, mabok sana sini. Pesta sana sini, hambur-hambutkan uang mama setuju. Mama tidak setuju tapi kamu tetap melakukannya. Tidak pernah mendengarkan apa yang mama katakan," sahut Zira yang terus mengungkit keburukan Raihan.
" Tapi Raihan sudah menuruti kemauan mama untuk di Perusahaan, jika mama masih jodohkan Raihan itu nggak adil ma. Mama tidak bisa menentukan wanita yang akan hidup untuk Raihan," protes Raihan dengan tegas.
" Sudahlah ma biarkan saja kak Raihan mencari calon istri sendiri," sahut Raina yang memihak pada Raihan.
" Tidak bisa, anak ini kalau dikasih hati bakal minta jantung," ujar Zira menekan suaranya.
" Raihan tetap tidak setuju. Masalah wanita itu privasi Raihan," sahut Raihan dengan serius.
" Mama tidak minta persetujuanmu," sahut Zira dengan santai.
" Jika mama tetap melakukan itu. Raihan akan kembali ke Luar Negri," ujar Raihan dengan nada mengancam.
Raina, Addrian dan Zira langsung melihat ke arah Raihan. Zira menatap putranya itu dengan tajam.
" Berani kamu mengancam mama," sahut Zira.
" Raihan tidak mengancam. Tetapi Raihan tidak ingin mama mencampuri masalah pribadi Raihan," sahut Raihan tegas.
" Terserah kamu, kembalilah ke Luar Negri. Jika kamu sudah tidak ingin mama hidup lagi," ujar Zira mengancam kembali.
" Sayang sudah kamu ini bicara apa, jangan diteruskan lagi," Addrian menghelus pundak istrinya yang terbawa emosi.
" Nih kamu baca itu," Zira menghempas Novel di depan Raihan.
Raihan sempat melihat sampul novel itu yang berjudul life. Novel yang di tulis oleh adiknya
" Biar kamu bisa memahami kehidupan, jangan cuma bisa suka- suka dalam hidup," lanjut Zira berdiri.
" Kamu dengar ya Raihan, tidak ada kata Longgar lagi untuk kamu. Kamu harus bisa mengelolah Perusahaan dan juga mengikuti permintaan mama, menikah dengan wanita yang mama tentukan," ujar Zira penuh penekanan dan penegasan. Zira pun langsung pergi.
" Itu nggak mungkin ma," teriak Raihan yang kesal.
" Hhhhh... Sudahlah Raina ke atas dulu, mau istirahat," sahut Raina yang langsung berdiri dan menyusul mamanya.
" Pa, tolong Raihan dong, masa iya mama mau jodohi Raihan kan nggak masuk akal," ujar Raihan berusaha mencari pembelaan dari papanya.
" Raihan mama kamu selalu mencemaskan kamu. Kamu jangan terus membuatnya sedih, kasian mama kamu. Raihan kamu fokus pada Perusahaan dan buktikan kalau kamu bisa. Soal perjodohan papa akan bujuk mama kamu. Asal kamu tidak bikin onar yang membuat dia marah," ujar Addrian memberi pengertian kepada putranya.
Agar putranya mengerti maksud dan tujuan Zira selama ini hanya untuk kebaikan Raihan. Addrian berdiri menepuk bahu Raihan.
" Papa percaya sama kamu," ujar Addrian memberi semangat dan langsung meninggalkan putrnya itu.
Raihan kembali menyandarkan tubuhnya di sofa dia memijat pelepisnya. Hatinya benar-benar gila.
Baru pertama kali menginjakkan kakinya di Perusahaan dia harus bertemu dengan Nayra. Perkataan Nayra membuatnya emosi, menyimpan kemarahan yang sangat besar terhadap mantan kekasihnya itu.
Raihan memasuki kamarnya membuka jasnya dan melemparnya ke atas kasur. Raihan langsung memasuki kamar mandi.
Dia butuh air untung mendinginkan rasa panas di tubuhnya. Raihan yang sudah tidak memakai sehelai benangpun mandi di bawah guyuran air shower.
...Bersambung..........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 435 Episodes
Comments
Ida
Bawa Nara aj Raihan 😅 biyar qm ndx jodoh Kn lgi sma Mma Mu 🤭🤭
2021-12-17
5
Erika Syarif
ikuti jejak.papamu.aja Raihan..maen tikungan aja...biar cepwtan nikah sama Naramu hhhhhh
2021-12-16
3
Freddy
raihan blm bs move on sm nara wah jangan sampai raihan aneh2 buat jerat nara kyk bpknya nekad
2021-12-16
3