Raihan hanya melihat Carey menghabiskan sisa minumannya. Carey juga terbiasa minum. Tetapi tidak separah Raihan.
" Raihan aku rasa sebaiknya kau pulang. Sudah cukup kau di sini. Perusahaan membutuhkan kamu," ujar Carey dengan serius.
" Aku tidak bisa pulang Carey, itu tidak mudah," sahut Raihan langsung menolak.
" Why," Carey menggedikkan bahunya dan mengangkat ke-2 tangannya.
" Ya kau tau alasannya,"
" Apa, kau takut jika di Indonesia tidak akan bebas seperti di sini," tebak Carey.
" Tidak, bukan berarti jika aku tinggal di Indonesia, aku tidak bisa melakukan apa yang aku mau," bantah Raihan.
" Lalu apa, apa kau takut terjebak cinta di sana," celetuk Carey. Raihan langsung menatap Carey.
" Jangan bicara seperti itu. Aku tidak suka mendengarnya," ujar Raihan dengan suara dinginnya.
" Baiklah, aku minta maaf, aku hanya menyarankanmu untuk kembali. Keluargamu membutuhkanmu, kau harus menunjukkan kemampuanmu. Bukan terus bersembunyi di sini," ujar Carey lagi memberi saran.
Mendengar saran dari Carey Raihan hanya diam saja.
" Raihan, pulanglah kasian Tante Zira. Kau nggak boleh egois, kasian juga Raina yang harus memimpin Perusahaan. Dia sudah mengorbankan waktunya dan yang lainnya untuk Perusahaan. Sementara kau 7 tahun hidup hanya sia-sia, dan senang-senang tidak jelas di sini," ujar Carey kembali memberi saran.
Raihan tetap diam. Dia tidak tau harus pulang atau tidak.
" Ok, Kayaknya itu aja, aku balik ke kamar dulu," ujar Carey menepuk bahu Raihan.
" Thanks buat minumannya," ujarnya lagi meletakkan kembali gelas itu di tangan Raihan
Raihan hanya diam saja saat apa yang di lakukan Carey. Sorot matanya hanya melihat tajam punggung Carey saat keluar dari kamarnya.
Raihan kembali menuangkan Vodka ke gelas dan meneguknya hanya sekali tegukan. Raihan belum menemukan titik terang dalam pikirannya.
**********
Setelah 1 Minggu berlalu akhirnya Raihan kembali pulang ke Indonesia. Ya dia takut jika memang benar-benar menerima paket kepala mamanya tiba-tiba yang ada di dalam paket itu.
Raihan tau jika mamanya hanya menggertakn saja tetapi tetap saja. Tetapi dia juga harus menurunkan ego demi mama kesayangannya. Benar apa kata Carey.
Kasian juga Raina yang harus mengurus Perusaan sementara Raina masih memiliki anak yang masih kecil yang membutuhkan perhatian ekstra.
Raihan sampai di Indonesia pagi hari. Raihan menurunkan kaca Taxi. Melihat kota Jakarta.
Meski 7 tahun tinggal di Luar Negri. Tetapi baru 3 tahun saja Raihan tidak pulang. Biasanya dia akan pulang sebentar dan akan kembali lagi ke New York.
Raihan melihat gedung tinggi yang bertuliskan Adverb E-Group. Apa lagi kalau bukan Perusahaan milik papanya.
Raihan tersenyum miring melihat Perusahaan itu. Perusahaan yang mamanya inginkan jika dia yang mengolahnya dan menjadi CEO di perusahaan itu.
Lampu merah harus membuat Taxi yang Raihan tumpangi berhenti.
Tidak ada bedanya dari dulu sampai sekarang Jakarta sangat padat," batin Raihan.
***********
Tidak berapa lama akhirnya Raihan sampai keistana orang tuanya. Raihan menginjakkan kembali kakainya di rumah masa kecilnya itu.
" Morning," sapa Raihan yang langsung menuju meja makan.
Penghuni meja makan yang mendengar suara tidak asing itu langsung menoleh ke arah sang pemilik suara.
" Om Raihan!" teriak Amira langsung berlari mengejar omnya itu.
Addrian, Zira, dan Raina kaget melihat kepulangan Raihan. Seminggu yang lalu Zira baru memaksa Raihan kembali. Saat itu juga Raihan menolak.
Dan hari ini Raihan sudah berada di depan mata mereka. Mereka senang sang anak akhirnya pulang.
" Haloo sayang," sahut Raihan Berjongkok memeluk Raina.
" Ya ampun kamu sudah besar sekali, katakan kepada om, apa yang diberikan si zetty kepadamu," ujar Raihan mengacak rambut Amira dan menoleh kearah kembarannya.
Yang sekarang menatapnya dengan horor. Ya Raina sangat benci melihat kakaknya itu yang memanggilnya dengan Zetty.
Alasan Raihan memanggil adik kembarnya itu dengan panggilan Zetty. Karena tidak mau namanya di sama-sama kan dengan adiknya itu.
" Aku hanya minum susu om," sahut Amira polos dengan wajah lucunya sampai tangan Raihan langsung mencubit pipi tembam itu.
" Benarkah, susu apa coba?" tanya Raihan kembali kepo.
" Nanti Amira akan tunjukkan sama om," sahut Amira.
" Baiklah sayang, om akan tagih janji kamu," ujar
Raihan langsung menggendong Amira mendekati meja makan.
" Kamu pulang juga," sahut Zira sinis, " Padahal setelah sarapan mama baru saja ingin memenggal kepala mama dan langsung mengirimnya ke New York," lanjut Zira dengan kesal.
Raihan kembali mendudukkan Amira di tempatnya semula dan menghampiri mamanya yang terus mengomel.
" Aduh mama ku sayang, jangan seperti itu, kasihan expedisinya nanti," Raihan memeluk leher mamanya dari belakang dan mencium dengan banyak terus wajah Zira dengan gemas.
" Jadi kamu lebih kasihan dengan expedisi di bandingkan mama," sahut Zira menanggapi serius.
" Raihan bercanda mama," ujar Raihan dengan cepat.
" Sudah lah, Raihan ayo kamu langsung sarapan," sahut Addrian.
" Iya pa," sahut Raihan memeluk papanya.
Juga langsung memeluk Raina dan mengambil tempat duduk di samping Raina kembarannya.
" Raihan, mama peringakkan kamu ya, kamu tidak bisa kembali lagi ke Luar Negri, kamu harus tetap di sini," ujar Zira dengan penuh penegasan.
" Mama jangan seperti itu, Raihan pulang karena merindukan mama," sahut Raihan mengambil setangkap roti.
" Tidak bisa, kamu tidak bisa di kasih toleransi lagi, kamu hanya memilih. Mengelolah perusahaan atau mama nikahkan dengan pilihan mama," tegas Zira membuat Raihan terbelalak mendengar pilihan itu.
Menikahkan berarti di jodohkan, apa mama tidak punya pilihan lain selain itu.
Baru juga sampai mamanya malah membuat pilihan yang tidak masuk akal baginya. Mana mungkin Raihan memilih salah satunya.
" Ma, mana ada pilihan seperti itu, Raihan tidak mau memilihnya," protes Raihan langsung membantah.
" Baiklah jika kamu tidak mau memilihnya, mama akan lakukan keduanya. Kamu harus memimpin Perusahaan dan mama akan mencarikan istri kepadamu," ujar Zira dengan serius.
Addrian dan Raina yang mendengarnya hanya mengangkat bahu. Ya jika mamanya sudah bicara Raihan tidak bisa berbuat apa-apa. Meski sangat bandal. Tetapi dia sangat takut pada ibunya itu.
" Tapi ma, itu tidak mungkin, Raihan baru juga sampai, bukannya di peluk di tanya, sayang kamu mau makan apa, apa kamu butuh ini, mau ini. Malah di suruh memilih. Ini namanya penindasan ma," oceh Raihan dengan banyak teorinya.
" Kamu bilang penindasan, jadi maksud kamu selama ini apa yang kamu lakukan sama mama tidak penindasan hah!" sahut Zira selalu benar.
" Ya walaupun seperti itu mama tidak bisa me..."
" Cukup," sahut Zira langsung memotong, " mama tidak akan menerima apapun alasan kamu mengerti," tegas Zira.
Raihan membuang napasnya perlahan. Raihan pun terdiam melanjutkan sarapannya, dia lebih memilih diam dari pada semakin panjang urusannya.
Mungkin nanti dia akan bicara dengan mamanya. Jika Raihan berhasil membujuk mamanya itu sudah aman untuknya. Dan apapun yang di rencanakan mamanya tidak akan terjadi.
...Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 435 Episodes
Comments
Ilma Wahyuning
up
2021-12-20
1
flower girl
next
2021-12-15
1