Taxi yang Nayra tumpangi berhenti di depan rumah sakit terbesar di Jakarta. Setelah membayar argo Taxinya.
Nayra keluar dari Taxi, mengunakan dress berwana Nude lengan panjang diberi ikat pinggang di tengahnya yang menambah kerampingan tubuhnya.
" Ngapain sih Bu Raina ngajak ketemu di sini. Memang nggak bisa di kantor aja. Apa dia sakit ya," gerutu Nayra penuh tanda tanya.
Raina memang menelpon Nayra sebelum kekantor menemuinya di rumah sakit. Raina ingin memberikan beberapa berkas-berkas yang harus di tangani Nayra. Karena Raina tidak bisa kekantor.
Nayra memasuki rumah sakit masih dengan beribu pertanyaannya. Nayra yang sudah mengetahui kamar mana yang harus di masuki jadi dia langsung menuju kamar itu tanpa bertanya lagi pada suster.
" Ini mungkin kamarnya," gumamnya yakin, " Hhhhhh," Nayra menarik napasnya dan membuangnya perlahan ke depan Nayra memegang gagang pintu dan membuka pintu rumah sakit.
" Permisi Bu," sapa Nayra dari depan pintu. Hanya kepalanya yang sudah masuk.
Addrian, Zira, Raina pun menoleh kearah pintu.
" Masuk Nay!" pinta Raina.
Nayra memasuki kamar perawatan. Nayra heran. Siapa yang sakit. Addrian dan Zira Bahkan atasannya juga baik-baik saja.
Semakin penasaran Nayra mendekati mereka ber-3 dan melihat Pria yang terbaring di tempat tidur itu.
Raihan yang kepalanya di perban keliling. Tangannya terdapat selang infus. Bukan hanya di tangannya hidungnya juga ada selang pernapasan.
Apa yang terjadi dengannya kenapa? dia bisa seperti ini.
Pertanyaan itu terus saja ada di kepala Nayra. Raihan yang melihat kehadiran Nayra terus menatapnya. Tatapan dingin itu yang selalu di berikan Raihan pada Nayra.
" Maaf Bu saya agak terlambat," ujar Nayra gugup.
" Tidak apa-apa," sahut Raina.
" Om, Tante," sapa Nayra dengan sopan mencium punggung tangan Addrian bergantian dengan Zira.
" Apa kabar kamu Nayra?" tanya Addrian mengusap rambut Nayra saat wanita itu mencium tangannya.
" Baik om," jawab Nayra.
" Sudah lama kamu tidak main kerumah," sahut Zira dengan ramah.
" Iya Tante, Nayra lumayan sibuk kerja," jawab Nayra.
" Apa Raina memberi kamu banyak pekerjaan?" tanya Addrian tersenyum melirik ke arah Putrinya.
" Tidak kok Om," sahut Nayra melambaikan tangannya.
Raihan yang melihat Nayra dan orangtuanya yang sangat dekat. Hanya mengendus. Apapun pemandangan yang di lihatnya.
Baginya Nayra hanya bersandiwara semua yang di lakukan Nayra hanya palsu. Raihan terus menatap wanita yang sekarang sudah salah tingkah dan semakin gugup.
"Kenapa matanya tidak buta aja sekalian," batin Nayra yang menyadari jika Raihan terus melihatnya.
" Hmmm... oh iya Nayra, ini," Nayra memberikan map berwarna merah pada Nayra. Nayra langsung mengambilnya.
" Tolong kamu siapkan semuanya. Saya tidak bisa kekantor hari ini. Kamu juga wakilkan meeting saya dengan pak Bara hari ini," jelas Raina.
" Baik Bu," jawab Nayra, " ada lagi Bu?" tanya Nayra.
Dia sungguh berharap tidak ada agar bisa cepat-cepat keluar dari ruangan itu. Nayra sungguh bisa mati berdiri di dalam ruangan itu. Raihan tidak henti-hentinya melihatnya.
Zira juga menyadari putranya yang terus melihat Nayra. Zira hanya geleng-geleng dengan putranya yang memandang sangat berlebihan.
" Itu saja sudah cukup. Kalau saya banyak memberi kamu pekerjaan yang ada kamu akan kecapean," ujar Raina.
" Baiklah Bu, kalau begitu saya permisi dulu. Mari Om, Tante," ujar Nayra pamit.
" Iya kamu hati-hati," sahut Addrian tersenyum.
Tanpa berpamitan dengan Raihan. Nayra langsung pergi. Dia memang ingin cepat melangkahkan kakinya ke luar dari ruangan itu karena Raihan yang terus melihatnya.
" Hhhhhhh, untung saja bisa cepat keluar dari sana," ucap Nayra bernapas lega menyenderkan dirinya di pintu kamar perawatan Raihan.
" Kenapa dengan Raihan. Kalau dari lukanya sepertinya habis kecelakaan. Apa memang dia kecelakaan," gumam Nayra yang antara penasaran dan ada rasa khawatir.
" Ahhhh bodo amat. Mungkin dia kenak karma," gerutunya dan langsung pergi.
************
Kondisi Raihan sekarang sudah lumayan baik-baik saja. Raihan menyandarkan dirinya di kepala ranjang rumah sakit. Raihan membuka ponselnya.
Entah kenapa dia membuka galeri ponselnya dan melihat foto dia dan dirinya bersama Nayra. Di foto itu terlihat Nayra yang digendong belakang oleh Raihan.
Gadi kecil itu terlihat bahagia bersamanya. Begitu juga Raihan yang tersenyum lepas tanpa beban. Melihat foto itu seperti ada sayatan di hatinya. Luka yang tidak pernah sembuh dan bahkan luka itu semakin membesar.
" Seandainya kau tidak masuk kedalam kehidupanku. Mungkin aku tidak akan seperti ini. Kau terlihat bahagia Nara. Tapi tidak denganku. Dan itu tidak adil untukku. Jadi kau jangan bermimpi bisa bahagia dengan pilihanmu. Karena aku tidak akan membiarkannya. Kau bisa bersandiwara di depan semua orang. Terlihat seperti wanita yang di kasihani dan di agung-agungkan. Tapi tidak aku. Aku tau siapa kamu Nara. Kita lihat saja sampai kapan kamu bertahan," gumam Raihan menatap foto wanita di dalam ponsel itu.
" Raihan," ucap Zira tiba-tiba masuk.
Raihan yang melihat kedatangan mamanya langsung mematikan ponselnya dan meletakkannya di disampingnya.
" Iya ma," sahut Raihan.
" Bagaimana ke adaan kamu?" tanya Zira duduk di samping Raihan.
" Sudah enakan," jawab Raihan.
" Kamu akan tetap di Perusahaan kan?" tanya Zira memastikan.
" Mama benar ingin Raihan memimpin Perusahaan dan menetap di Indonesia?" tanya Raihan kembali.
" Raihan kamu anak laki-laki, dan itu sudah tanggung jawab kamu. Adverb adalah tanggung jawab kamu. Mama hanya ingin melakukan yang terbaik untukmu," ujar Zira memegang tangan Raihan memberinya pengertian.
" Baiklah Raihan akan memutuskan untuk mengikuti semua kemauan mama untuk memimpin perusahaan. Tapi Raihan ada syarat," ujar Raihan. Mendengar kata syarat Zira justru bingung.
" Apalagi Raihan?" tanya Zira.
" Raihan berharap ketika memimpin Perusahaan. Mama tidak pernah menyesal. Karena Raihan tidak ingin urusan Raihan di campuri," ujar Raihan dengan serius.
Zira tersenyum dan memegang pipi Raihan.
" Baiklah, jika itu mengenai Perusahaan. Karena mama tau kamu juga tau apa yang terbaik. Tapi ingat Raihan mama tidak ingin kamu salah langkah. Dan melakukan semua ini hanya karena seorang wanita," ujar Zira yang bisa mencium arah jalan pikiran putranya.
" Maksud mama apa?" tanya Raihan.
" Hmmm... Jadilah diri kamu sendiri Raihan. Dulu kamu menjadi orang lain karena seorang wanita. Kamu menghancurkan diri kamu sendiri karena seorang wanita. Mama tidak ingin hal itu terulang lagi. Mama tidak ingin jika niat Kamu memimpin Perusahaan juga karena seorang wanita. Wanita yang sama," ujar Zira mengingatkan.
" Kalau begitu kenapa sengaja menempatkan dia di dalam situasi ini," sahut Raihan.
" Raihan tidak ada yang menempatkan Nayra," ujar Zira.
" Aku tidak mengatakan dia," sahut Raihan.
" Tapi mama tau. Nayra yang kamu maksud," ujar Zira.
" Kalian semua sangat dekat dengannya. Bahkan dia berada di dalam perusahaan. Apa maksudnya ma?" tanya Raihan.
" Dia memasuki Perusahaan itu tidak ada kaitannya dengan papa mama atau Raina," jelas Zira. Mendengarnya Raihan mengendus.
" Tidak mungkin," sahut Raihan tidak percaya.
" Mama menyuruh kamu berada di Perusahaan tidak ada hubungannya dengan Nayra,"
" Tapi dia harus bertanggung jawab bukan ma," sahut Raihan.
" Cukup Raihan. Tidak ada yang perlu di pertanggung jawabkan. Kamu jauh lebih dewasa di bandingkan Nayra. Jadi kamu yang lebih paham. Jika kamu masih menginginkan dia bertanggung jawab untuk semuanya. Kamu akan menyesal, kamu yang akan menyesal," ucap Zira mengingatkan Raihan.
" Raihan sudah menyesal sejak awal ma. Sejak bertemu dengannya sudah menjadi penyesalan yang paling besar," sahut Raihan dengan matanya yang memerah.
" Tapi mama tidak melihat itu. Mama tau apa yang kamu rasakan. Jadi mama rasa sudah cukup. Fokus lah pada Perusahaan dan jangan kaitkan Nayra dalam semua ini. Jika kamu tidak ingin menyesal," ucap Zira mengingatkan Raihan.
" Tidak ma, semua sudah terlanjur. Bukan aku yang menyesal tetapi Nara. Dia yang akan menyesal karena pernah masuk kedalam hidupku, dan aku akan tetap meminta pertanggung jawabannya untuk semua ink. Semuanya sudah terlanjur. Jika ingin di mulai maka akan ku mulai dan akhiri sendiri," batin Raihan menyimpan kebencian besar kepada Nayra.
" Ya sudah, mama pergi dulu, kamu istirahatlah," ucap Zira pamit, sebelum pergi Zira mencium kening Putranya.
...Bersambung........
...Follow...
...like...
...koment...
...vote...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 435 Episodes
Comments
Yani
masih penasaran kenapa mereka berpisah🤔🤔
2022-03-04
0
Fitry laras ahire
lma² jga dia bucin 😂😂
2022-01-07
2
Erika Syarif
lanjut lg thor
2021-12-18
1