My Boss My Berondong
Indira Pertiwi, 30 tahun seorang janda dengan satu anak. Ditinggal mati suaminya karena penyakit kronis. Mencari pekerjaan kemana-mana untuk dapat menghidupi anak semata wayangnya. Ini adalah perusahaan kelima yang dia masuki.
"Permisi, saya mau wawancara untuk posisi sekretaris," kata Indi pada front office di depan.
"Langsung masuk saja Bu, naik lift ke lantai 5," kata front office.
"Terima kasih," Indi melangkah memasuki lift.
Di dalam lift penuh dengan orang. Indi terdesak ke belakang. Di depannya seorang pria muda yang kelihatan seperti eksekutif.
Lift berhenti di lantai 5. Indi turun dari lift dan bertabrakan dengan pria muda tadi, yang turun juga di lantai 5.
"Sorry," kata Indi.
Namun permintaan maaf Indi tidak digubris oleh pria muda tersebut. Indi mengumpat dengan suara sedikit keras.
"Anak jaman sekarang gak tahu sopan santun, dasar," umpat Indi yang sebenarnya didengar oleh pria muda tersebut.
Indi akhirnya mendapat giliran untuk wawancara. Dia masuk ke dalam kantor sang Boss. Dan dia sedikit terkejut karena yang di dalam adalah pria muda yang tadi.
"Gawat nih tadi gue ngomong sembarangan, sial," umpat Indi dalam hati.
Setelah menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh Boss dan asistennya, Indi memilih untuk diam. Karena dia belum dipersilahkan untuk keluar.
"Jadi, saya anak jaman sekarang yang tidak punya sopan santun?" kata si Boss dingin. Yang diketahui namanya adalah Arya Wijaya.
"Maaf Pak, saya tidak bermaksud menyinggung Bapak," kata Indi tegas tapi ada sedikit rasa gugup.
"Baik, kamu boleh keluar sekarang. Saya tidak akan menerima karyawan yang suka mengumpat di belakang saya," kata Arya dingin.
Indi merasa alasannya ditolak tidak masuk akal. Diapun langsung naik darah.
"Saya juga merasa tidak pantas kerja bersama Bapak yang dingin dan sombong. Tidak akan ada karyawan yang betah bekerja dengan Bapak. Permisi," Indi langsung keluar dan membanting pintu.
Indi keluar kantor Arya dengan hati panas. Sepanjang perjalanan keluar perusahaan, dia mengumpat. Di depan pintu lift keluar, dia menabrak seseorang.
"Sorry," Indi hendak pergi, tapi ada yang memanggilnya.
"Indi," panggil seseorang.
Indi menengok dan ternyata Ardi, teman kuliahnya dulu.
"Hai Di, apa kabar?" kata Indi menyapa.
"Hai, baik Ndi. Kamu kerja di sini?" tanya Ardi tersenyum ramah.
"Amit-amit deh kerja di sini. Untung 'gak diterima," kata Indi sambil bergidik.
"Hahahaha, emang kenapa Ndi?" tanya Ardi lagi.
"Bossnya sombong, kaya' kulkas juga. Dingin," Indi menjelaskan.
Setelah bertukar nomor, Indi langsung keluar dari perusahaan.
Pov Arya.
"Sialan tuh cewek, berani banget ngatain gue," Arya ngamuk.
"Tapi dia memang bener bro, lo terlalu sombong dan dingin," kata Dimas, asisten sekaligus sahabat Arya.
"Diem lo," Arya mengusap rambutnya kasar. Dimas hanya tersenyum.
Arya Wijaya, umur 27 tahun tapi sudah memegang perusahaan sendiri. Dia anak pertama dari dua bersaudara keluarga Wijaya. Dia memang mempunyai kepribadian yang dingin dan tidak memperdulikan sekitarnya.
Satu minggu kemudian.
Indi sedang berjalan-jalan dengan anaknya di sebuah taman bermain. Anak Indi laki-laki berumur 5 tahun, Evan namanya. Dia anak yang sangat penurut dan pengertian. Hidup berdua bersama Ibunya membuat Evan menjadi anak yang mandiri.
"Sayang udah selesai mainnya? Kita pulang yuk," ajak Indi pada Evan.
"Evan mau naik kuda lagi Mah," kata Evan meminta.
"Ya udah, tapi satu kali lagi aja ya," kata Indi mencubit pipi Evan. Evan mengangguk senang.
Setelah selesai bermain, Indi mengajak Evan pulang. Saat hendak menunggu taksi, ada banyak orang berkerumun tidak jauh dari tempat Indi berdiri. Ternyata ada kecelakaan. Indi hendak mengabaikan kejadian itu, tapi tiba-tiba Evan berteriak.
"Mah lihat, Omnya kasihan Mah, berdarah," kata Evan menarik-narik tangan Indi.
Indi melihat ke arah yang ditunjukkan Evan. Indi langsung kaget karena ternyata itu Arya. Indi langsung berlari menghampiri Arya diikuti Evan.
"Arya, kamu 'gak apa?" tanya Indi sambil mencoba menghubungi ambulans.
"Mah, Omnya mau mati," kata-kata Evan membuat Indi semakin gugup.
"'Gak mati sayang, Omnya cuma kesakitan," kata Indi menjelaskan.
Indi jadi teringat suaminya yang mengalami sakit. Dan sekarang telah tenang di atas sana.
Tidak berapa lama, ambulans datang dan membawa Arya ke Rumah Sakit. Karena tidak ada yang mau mengikuti, Indi terpaksa ikut.
Di rumah sakit.
"Mohon maaf siapa keluarga Bapak Arya?" tanya seorang suster.
"Maaf suster saya hanya menolongnya. Mungkin keluarganya sebentar lagi sampai," kata Indi.
"Mah ngantuk," Evan menguap beberapa kali.
"Evan tidur di kursi dulu ya sayang," Indi menidurkan Evan.
"Permisi Mba, apa kamu yang menolong Arya?" kata seorang Bapak yang baru saja sampai.
"Iya Pak, Aryanya masih ditangani Dokter," kata Indi menjelaskan.
"Terima kasih ya, Nak. Nama kamu siapa?" tanya seorang Ibu.
"Saya Indi Bu. Karena Bapak sama Ibu sudah datang, saya permisi. Kasihan anak saya ketiduran," kata Indi sambil hendak menggendong Evan.
"Ini anak kamu?" tanya Bapaknya Arya.
"Iya Pak, permisi Pak,Bu," Indi pamit.
Setelah kepergian Indi, Dokter keluar dan memberitahukan keluarga Arya tentang keadaannya.
Pov Arya.
"Aauuwww, kepala gue," Arya mengaduh memegang kepalanya yang berbalut perban.
"Kamu tidak apa-apa, Nak?" tanya Mama Arya.
"'Gak apa Mah," Arya menatap sang Mama.
"Bagaimana kejadiannya? Kenapa sampai kecelakaan?" Papah Arya bertanya.
"Untung aja ada Indi, jadi kamu bisa cepat dibawa ke RS," Mama bicara lagi.
"Indi?" Arya bertanya-tanya.
"Iya Indi, katanya karyawan kamu," kata Papah. Arya semakin tak paham.
Indi mengaku sebagai karyawan Arya karena dia tidak mau banyak pertanyaan dari orang tua Arya.
"Udah gak usah dipikirin, kamu istirahat," kata Mama Arya.
Arya memejamkan matanya sambil memikirkan apakah Indi yang itu atau bukan.
Pov Indira.
Sudah dua minggu semenjak terakhir Indi melakukan wawancara pekerjaan. Dia masih belum dapat pekerjaan itu. Selama menunggu pekerjaan yang lebih bagus, Indi bekerja di minimarket dekat rumahnya.
"Mah, Om yang waktu itu gimana ya?" tanya Evan tiba-tiba.
"Mama juga gak tahu sayang. Mungkin sudah sembuh," kata Indi bingung.
"Besok kita jenguk yuk Mah," kata Evan meminta.
"Ngapain sayang, kita 'gak kenal," kata Indi, tidak ingin bertemu lagi dengan Arya.
"Ayolah Mah, Evan kasihan sama Om itu," Evan memohon.
"Ini anak kenapa sih?" batin Indi.
"Ya udah, besok kita jenguk Om itu," kata Indi akhirnya.
Esoknya di Rumah Sakit.
"Permisi," Indi mengetuk pintu, lalu membukanya.
Di dalam ada Ibunya Arya dan seorang gadis mirip dengan Ibunya Arya. Mungkin saja adiknya.
"Loh, Nak Indi kan. Silahkan masuk Nak," kata Ibu Arya mempersilahkan masuk.
"Permisi tante," Indi masuk dan Evan langsung berlari menuju Arya.
"Om gak papa kan? Udah gak berdarah lagi kan?" tanya Evan sambil melihat-lihat Arya.
Arya menatapku seakan bertanya.
"Ini Evan anak saya," Indi mengenalkan Evan.
"Om udah sembuh?" tanya Evan lagi.
"Udah," jawab Arya dengan senyum kaku.
"Sayang, Om Arya masih harus istirahat. Kita pulang yuk," kata Indi membujuk Evan.
"Iya Mah. Om cepat sembuh ya," Evan memegang tangan Indi hendak pamit. Arya hanya tersenyum kaku.
"Cih, sama anak kecil aja kaku," kata Indi dalam hati.
"Tante, saya pamit pulang, semoga Arya cepat pulih," pamit Indi lalu melangkah keluar.
Pov Arya.
Mengambil ponsel dan menelpon Dimas.
Call on.
"Hallo Ar, gimana keadaan lo?" tanya Dimas di seberang.
"Tolong urus supaya Indi bisa bekerja besok," kata Arya tanpa basa-basi.
"Indi? Yang mana ya?" tanya Dimas.
"Yang ngatain gue sombong dan dingin," kata Arya menjelaskan.
"Ooh itu, oke gampang. Tapi kenapa?" tanya Dimas penasaran.
"Gak usah banyak tanya," kata Arya lalu menutup telepon.
Call off.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
Aku kepo kepo janda memang menggoda maaf thor aku berasumsi sendiri lanjutkanlah.....
2023-01-03
1
Riani
Dapat rekom dari Kak Irma, aku fav dulu ya kak🥳 masih nyimak..
2022-06-18
2
Nirwana Asri
hallo aku mampir bawa bunga
2022-06-17
2