Bab 11 : Ragu

Pov Indi.

Indi masuk ke dalam toilet Rumah Sakit, dan dia langsung menutup mulutnya, menangis terisak. Indi mencoba kuat di depan anaknya, tapi sebenarnya dia rapuh. Indi keluar toilet, setelah puas menangis dan mencuci wajahnya yang terlihat sembab.

"Indi," panggil Arya di sebelah pintu toilet.

"Arya," Indi sedikit kaget melihat Arya di sana, "Evan sama siapa?" tanya Indi mencoba tidak bertemu pandang.

"Sama Nina. Ayo, aku temenin kamu beli makanan buat Evan," kata Arya.

Indi terus mencoba mengalihkan pandangannya. Dia tidak mau Arya melihat matanya yang sembab, karena menangis tadi. Arya sendiri tidak mau bertanya apa-apa. Dia menunggu Indi sendiri yang akan mencurahkan isi hatinya.

Setelah membeli makan di kantin Rumah Sakit, Indi dan Arya kembali ke kamar Evan.

"Sayang, makan dulu ya, Mama suapin," Indi menyiapkan makanannya.

"Tante, Nina pulang dulu ya. Besok Nina ke sini lagi," kata Nina berpamitan.

"Iya Nin, makasih ya. Kamu hati-hati pulangnya," Indi duduk di ranjang Evan.

Indi dengan sabar menyuapi anaknya, dan sesekali membelai lembut rambut Evan. Arya yang masih setia menemani Indi, melihat interaksi antara ibu dan anak itu. Terselip sedikit perasaan hangat, melihat perlakuan Indi kepada Evan.

Evan sudah tertidur setelah tadi minum obat.

"Kamu, gak pulang Ar?" tanya Indi.

"Ngusir nih ceritanya," Arya manyun karena merasa diusir.

"Eh, engga ngusir, tadi kan kamu masih banyak kerjaan," Indi bingung harus gimana ngomongnya.

"Aku mau nemenin kamu. Kita kan teman, harus saling suport," Arya mendekati Indi, yang masih duduk di ranjang Evan.

Indi membelai lembut kepala Evan yang diperban. Membelai setiap luka lecet, yang ada di pipi dan tangan Evan. Tangannya bergetar, matanya terasa panas. Indi mencoba menahan air matanya.

"Ya Tuhan, jagalah anakku, jangan sampai terjadi apa-apa lagi dengannya," Indi berdoa dalam hati. Satu butir air matanya lolos.

"Ndi," Arya mengusap pelan lengan Indi. "Kalau mau cerita, aku siap kok. Kita kan temen," Arya berbicara dengan lembut.

Indi menengok menatap Arya. Tatapan Indi yang sendu, membuat Arya sedikit merasakan sesak di dadanya. Arya langsung memeluk Indi. Indi kaget dan mematung. Arya menepuk pelan punggung Indi, air mata Indi lolos begitu saja. Dia menangis sesenggukan di dalam pelukan Arya.

Puas menangis, Indi mendorong pelan tubuh Arya. Arya melepaskan pelukannya. Indi menunduk, merasa malu telah menangis di depan Arya, apalagi di pelukan Arya.

"Gak usah malu karena nangis Ndi. Semua orang butuh pelepasan buat perasaannya," Arya mengusap lembut kepala Indi. Indi mendongak, dan melihat senyuman Arya.

"Makasih Ar," Indi langsung mengalihkan pandangannya, karena tidak kuat melihat senyuman Arya. Jantung Indi bereaksi berlebihan.

"Itu gunanya temen," Arya berjalan menuju sofa, dan duduk di sana.

Arya merasakan jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya, tapi dia mencoba tetap tenang.

"Kamu 'gak pulang Ar? Aku 'gak apa kok sendirian," Indi melihat Arya sedang sibuk dengan ponselnya.

"Hmm, kalau gitu aku balik ke kantor dulu aja ya Ndi. Dimas barusan chat," Arya beranjak mendekati Indi.

"Makasih ya, dan hati-hati," Indi melambaikan tangan.

Hari sudah sore, saat Arya memutuskan untuk kembali ke kantornya.

"Anaknya Indi, 'gak apa Ar?" tanya Dimas ketika Arya sampai di ruangannya.

"Gak apa, cuma lecet lumayan banyak," kata Arya sambil menatap layar komputernya.

"Indi, cewe yang keren ya Ar. Bisa ngurusin anaknya sendirian gitu," Dimas berbicara, tapi Arya sudah tidak mendengarkan. Dia sedang melamun.

"Lo hebat Ndi. Gue salut sama lo. Lo bisa begitu kuatnya di depan Evan. Tapi sebenarnya lo lemah. Apalagi kalau Evan kenapa-napa," Arya membatin memikirkan Indi.

"Ar, heloooww," Dimas melambaikan tangannya di depan muka Arya. Arya masih dalam dunianya. Dimas akhirnya menepuk pundak Arya, sampai Arya tersadar.

"Eh, kenapa Dim?" tanya Arya.

"Ngelamunin apa lo? Mikirin Indi ya?" Dimas menaik turunkan alis, meledek Arya.

"Berisik lo," Arya melemparkan bolpoin ke arah Dimas.

"Eits, santuy bro, 'gak usah ngegas," Dimas cengar cengir.

"Menurut lo gimana Dim?" tanya Arya.

"Gimana apanya?" Dimas balik bertanya.

"Ditanya malah nanya lo," Arya mulai kesal.

"Hahaha, nah lo nanya 'gak jelas," Dimas duduk di sofa, menyandarkan tubuhnya. "Kalau lo suka ya udah jalanin Ar."

"Tapi, Indi kan ...," Arya tidak menyelesaikan ucapannya.

"Janda? Punya anak juga?" Dimas tahu maksud Arya.

Arya mengangguk.

"Kalau lo mau nerima status Indi ya, why not," kata Dimas memberi pencerahan. "Lo juga udah deket kan sama anaknya Indi?" tanya Dimas.

"Gue masih ragu Dim," Arya menyugar rambutnya ke belakang.

"Terserah lo Ar, jangan sampe nyesel," Dimas menasihati Bossnya, sekaligus sahabatnya itu.

Arya merenungkan ucapan Dimas. Dimas meninggalkan Arya yang sedang bimbang.

Di rumah sakit, Indi menunggu Evan sambil menyelesaikan pekerjaannya. Tadi Indi sempat membawa laptop dan pekerjaannya ke Rumah Sakit. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Indi masih tetap terjaga.

Tok..tok..tok.. Pintu ruangan Evan terbuka. Evan sudah dipindahkan ke ruangan rawat. Arya masuk ke ruangan Evan. Indi masih fokus pada laptopnya, tidak mendengar ada yang mengetuk pintu.

"Malem Ndi," Arya menyapa dan membuat Indi berjengit kaget.

Indi memegang dadanya yang bertalu begitu cepat karena kagetnya.

"Malem Ar, kaget loh," Indi menengok ke arah Arya. "Ngapain malem-malem ke sini Ar?" tanya Indi tanpa basa basi.

"Gak ngapa-ngapain Ndi. Pengen ketemu kamu aja," Arya berkata santai. Indi yang 'gak santai.

"Tapi kan udah malem Ar. Kamu 'gak istirahat aja," kata Indi menenangkan jantungnya, yang entah kenapa berdetak lebih cepat.

"Kamu ngusir nih," kata Arya, duduk di sebelah Indi.

"Ya 'gak ngusir, cuma kasihan kamu. Besok kan bisa ke sini lagi," kata Indi membereskan pekerjaannya, sudah tidak ada niatan untuk menyelesaikannya.

"Aku pengen nemenin kamu Ndi," kata Arya menyandarkan tubuhnya di sofa tempat dia duduk.

"Ini orang kenapa sih, 'gak jelas banget dari tadi pagi," Indi membatin, sambil melihat ke arah Arya.

"Kenapa liatin aku gitu?" Arya memergoki Indi sedang memperhatikannya.

"Gak apa," Indi langsung buru-buru membuang muka, dan melihat ke arah lain.

"Ndi," panggil Arya.

"Kenapa?" Indi melihat ke arah Arya lagi, dan kali ini matanya bertautan dengan mata Arya. Deg..deg..deg.. Jantung Indi berdetak lebih cepat, dan sepertinya suara detakannya bisa sampai ke telinga Arya.

Arya mencoba mendekatkan wajahnya ke wajah Indi. Indi hanya diam, tersihir dengan wajah Arya yang ternyata begitu tampan. Indi memejamkan matanya, pikirannya sudah entah kemana. Arya semakin dekat dan bisa merasakan nafas Indi yang panas.

"Mah," Evan memanggil Indi.

Indi langsung beranjak dari posisinya, dan menabrak meja.

"Awww," Indi mengaduh dan berjalan ke tempat tidur Evan.

"Kenapa sayang? Ada yang sakit?" tanya Indi pada Evan.

"Evan haus Mah," Evan meminta minum pada Indi. Indi mengambilkan minum, dan membantu Evan minum.

Arya memejamkan matanya, karena malu dengan apa yang mau dia lakukan.

"Apa-apaan tadi," Arya merutuki dirinya dalam hati.

Indi melirik ke arah Arya dan tersenyum malu.

Terpopuler

Comments

arum sari prihatin

arum sari prihatin

hahah, jadi ikut bayangin thor 🤣

2022-06-05

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pertemuan
2 Bab 2 : Sekretaris
3 Bab 3 : Si Gunung Es
4 Bab 4 : Tekanan Batin
5 Bab 5 : Hari Tenang
6 Bab 6 : Sisi Lain
7 Bab 7 : Tersentuh
8 Bab 8 : Gunung Es Mencair
9 Bab 9 : Ayo Berteman
10 Bab 10 : Kecelakaan
11 Bab 11 : Ragu
12 Bab 12 : Cemburu?
13 Bab 13 : Reuni
14 Bab 14 : May I ... ?
15 Bab 15 : Lampu Hijau
16 Bab 16 : Jadian
17 Bab 17 : Berondong Indi
18 Bab 18 : Gossip
19 Bab 19 : Bertahan
20 Bab 20 : Kedua Kalinya
21 Bab 21 : Lelah
22 Bab 22 : Go Publik
23 Bab 23 : Masih Ada Saja
24 Bab 24 : Rindu yang Jauh
25 Bab 25 : Luar Kota
26 Bab 26 : Menahan Rindu
27 Bab 27 : Kejutan
28 Bab 28 : Kejutan Lagi
29 Bab 29 : Makan Malam
30 Bab 30 : Sakit Hati
31 Bab 31 : Berpikir Ulang
32 Bab 32 : Lamaran
33 Bab 33 : Angel or Devil
34 Bab 34 : Tumbang
35 Bab 35 : Kekhawatiran
36 Bab 36 : Menginap
37 Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38 Bab 38 : Liburan
39 Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40 Bab 40 : Wedding Day
41 Bab 41 : Honeymoon
42 Bab 42 : Masih Honeymoon
43 Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44 Bab 44. Dua Garis Biru
45 Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46 Bab 46 : Keluarga Bahagia
47 Bab 47 : Rencana Arya
48 Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49 Bab 49 : Berdua Saja
50 Bab 50 : Berita Bahagia
51 Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52 Bab 52 : "Ngidam"
53 Bab 53 : Labil
54 Bab 54 : Anak Ketiga
55 Bab 55 : Perayaan Kecil
56 Bab 56 : Saat Remaja
57 Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58 Bab 58 : Arini dan Dimas
59 Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60 Bab 60 : Bahagia Bersama
61 Bab 61 : Undangan Angel
62 Bab 62 : Penasaran
63 Bab 63 : Arini's Wedding
64 Bab 64 : Rencana Liburan
65 Bab 65 : Keluarga Wijaya
66 Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67 Bab 67 : Jacelyn
68 Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69 Bab 69 : Ijin Berteman
70 Bab 70 : Merasa Bersalah
71 Bab 71 : Terbongkar
72 Bab 72 : Arini Hamil?
73 Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74 Bab 74 : Dendam Terpendam
75 Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76 Bab 76 : Penculikan Evan
77 Bab 77 : Masa Lalu Calista
78 Bab 78 : Kecurigaan Indi
79 Bab 79 : Kebohongan Arya
80 Bab 80 : Kekecewaan Indi
81 Bab 81 : Janji Arya
82 Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83 Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84 Bab 84 : Disekap
85 Bab 85 : Kehilangan Jejak
86 Bab 86 : Kehidupan Baru
87 Bab 87 : One Fine Day
88 Bab 88 : Pengakuan Calista
89 Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90 Bab 90 : Kemarahan Arya
91 Bab 91 : Kritis
92 Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93 Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94 Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95 Bab 95 : Perkenalan Ulang
96 Bab 96 : Kembali Pulang
97 Bab 97 : Malam yang Panjang
98 Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99 Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100 Bab 100 : Kesakitan
101 Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102 Bab 102 : Ketakutan Evan
103 Bab 103 : Pemulihan
104 Bab 104 : Ujian Akhir
105 Bab 105 : Hari Kelulusan
106 Bab 106 : Arini Melahirkan
107 Bab 107 : Putri Kecil Arini
108 Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109 Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110 Bab 110 : Keputusan Akhir
111 Bab 111 : Persiapan Kuliah
112 Bab 112 : Prom Night
113 Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114 Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115 Bab 115 : Perpisahan
116 Ekstra Part 01
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab 1 : Pertemuan
2
Bab 2 : Sekretaris
3
Bab 3 : Si Gunung Es
4
Bab 4 : Tekanan Batin
5
Bab 5 : Hari Tenang
6
Bab 6 : Sisi Lain
7
Bab 7 : Tersentuh
8
Bab 8 : Gunung Es Mencair
9
Bab 9 : Ayo Berteman
10
Bab 10 : Kecelakaan
11
Bab 11 : Ragu
12
Bab 12 : Cemburu?
13
Bab 13 : Reuni
14
Bab 14 : May I ... ?
15
Bab 15 : Lampu Hijau
16
Bab 16 : Jadian
17
Bab 17 : Berondong Indi
18
Bab 18 : Gossip
19
Bab 19 : Bertahan
20
Bab 20 : Kedua Kalinya
21
Bab 21 : Lelah
22
Bab 22 : Go Publik
23
Bab 23 : Masih Ada Saja
24
Bab 24 : Rindu yang Jauh
25
Bab 25 : Luar Kota
26
Bab 26 : Menahan Rindu
27
Bab 27 : Kejutan
28
Bab 28 : Kejutan Lagi
29
Bab 29 : Makan Malam
30
Bab 30 : Sakit Hati
31
Bab 31 : Berpikir Ulang
32
Bab 32 : Lamaran
33
Bab 33 : Angel or Devil
34
Bab 34 : Tumbang
35
Bab 35 : Kekhawatiran
36
Bab 36 : Menginap
37
Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38
Bab 38 : Liburan
39
Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40
Bab 40 : Wedding Day
41
Bab 41 : Honeymoon
42
Bab 42 : Masih Honeymoon
43
Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44
Bab 44. Dua Garis Biru
45
Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46
Bab 46 : Keluarga Bahagia
47
Bab 47 : Rencana Arya
48
Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49
Bab 49 : Berdua Saja
50
Bab 50 : Berita Bahagia
51
Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52
Bab 52 : "Ngidam"
53
Bab 53 : Labil
54
Bab 54 : Anak Ketiga
55
Bab 55 : Perayaan Kecil
56
Bab 56 : Saat Remaja
57
Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58
Bab 58 : Arini dan Dimas
59
Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60
Bab 60 : Bahagia Bersama
61
Bab 61 : Undangan Angel
62
Bab 62 : Penasaran
63
Bab 63 : Arini's Wedding
64
Bab 64 : Rencana Liburan
65
Bab 65 : Keluarga Wijaya
66
Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67
Bab 67 : Jacelyn
68
Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69
Bab 69 : Ijin Berteman
70
Bab 70 : Merasa Bersalah
71
Bab 71 : Terbongkar
72
Bab 72 : Arini Hamil?
73
Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74
Bab 74 : Dendam Terpendam
75
Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76
Bab 76 : Penculikan Evan
77
Bab 77 : Masa Lalu Calista
78
Bab 78 : Kecurigaan Indi
79
Bab 79 : Kebohongan Arya
80
Bab 80 : Kekecewaan Indi
81
Bab 81 : Janji Arya
82
Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83
Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84
Bab 84 : Disekap
85
Bab 85 : Kehilangan Jejak
86
Bab 86 : Kehidupan Baru
87
Bab 87 : One Fine Day
88
Bab 88 : Pengakuan Calista
89
Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90
Bab 90 : Kemarahan Arya
91
Bab 91 : Kritis
92
Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93
Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94
Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95
Bab 95 : Perkenalan Ulang
96
Bab 96 : Kembali Pulang
97
Bab 97 : Malam yang Panjang
98
Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99
Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100
Bab 100 : Kesakitan
101
Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102
Bab 102 : Ketakutan Evan
103
Bab 103 : Pemulihan
104
Bab 104 : Ujian Akhir
105
Bab 105 : Hari Kelulusan
106
Bab 106 : Arini Melahirkan
107
Bab 107 : Putri Kecil Arini
108
Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109
Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110
Bab 110 : Keputusan Akhir
111
Bab 111 : Persiapan Kuliah
112
Bab 112 : Prom Night
113
Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114
Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115
Bab 115 : Perpisahan
116
Ekstra Part 01

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!