Pov Arya.
Sudah satu jam Arya memandangi ponselnya, namun dia ragu-ragu untuk menghubungi Indi. Dia merasa sudah keterlaluan, benar apa yang dikatakan Dimas.
"Hah," Arya menyugar rambutnya kasar.
Akhirnya, Arya hanya mengirimkan pesan singkat.
Tok..tok..tok.. Pintu kamar Arya diketuk.
"Masuk aja," kata Arya masih memandangi ponselnya.
"Kenapa kamu?" tanya Mama masuk.
"'Gak apa Mah. Ada apa Mama cari Arya?" tanya Arya.
"Besok, adik kamu pulang dari Aussy. Kamu jemput di bandara ya," pinta Mama.
"Supir aja Mah," kata Arya malas.
"Itu adik kamu Arya. Dia sudah 4 tahun 'gak pulang. Kamu 'gak kangen dia," kata Mama berceramah.
"Ya udah, besok Arya yang jemput Mah," kata Arya akhirnya.
"Makasih sayang, selamat tidur," Mama keluar dari kamar Arya.
Seperginya Mama, ponsel Arya berbunyi tanda ada chat masuk.
Chat Indi : 'saya baik-baik saja.terimakasih'
Hanya itu yang Indi kirimkan untuk Arya. Arya langsung mencoba menelpon Indi, tapi ponsel Indi mati.
Pagi hari, di perusahaan Arya. Indi baru saja sampai dan membereskan meja kerjanya.
"Pagi Indi, gimana keadaan lo?" Dimas datang dan menyapa.
"Pagi Dim, gue baik kok. Thanks ya," kata Indi tersenyum.
"Si Boss hari ini telat datang ke kantor. Mau ke bandara dulu," kata Dimas memberitahu Indi.
"Oh gitu, oke," kata Indi dingin.
"Gitu doang?" tanya Dimas ragu.
"Harus gimana?" Indi bingung dan menatap Dimas.
"Gak apa Indi. Gue ke pantry dulu ya," Dimas pergi, dan Indi bisa bernafas lega.
Indi bersyukur Bossnya datang terlambat. Karena dia bisa lebih banyak waktu untuk bersiap-siap, bersiap menghadapi si Boss.
Sampai waktu istirahat tiba, si Boss belum datang juga. Indi pergi ke kantin kantor untuk makan.
Di Kantin.
"Indi," panggil seseorang, dan ternyata adalah Ardi.
"Hai Di, ketemu lagi kita," sapa Indi.
"Masih bertahan Ndi?" tanya Ardi sambil tersenyum.
"Gue butuh uang Di,hahaha," Indi tertawa.
"Eh katanya mau ada reuni loh, angkatan kita," kata Ardi antusias.
"Serius lo? Kabarin gue ya," kata Indi sambil melihat-lihat mau makan apa.
"Siap, ntar gue kabarin," Ardi tersenyum.
Setelah memilih makanan, Indi duduk di dekat jendela. Ardi mengikuti Indi dan duduk berhadapan.
Indi merasa hari ini dia lebih santai dan menikmati bekerja sebagai seorang sekretaris. Tapi belum tahu nanti setelah Arya datang. Apakah bakal tetap menikmati atau bakal banyak tekanan lagi.
Selesai makan siang, Indi balik ke ruangannya dan sepertinya sang Boss sudah berada di ruangannya.
Tok..tok..tok.. Indi mengetuk pintu ruangan Arya.
"Masuk," suara Arya terdengar.
"Selamat siang, Pak," Indi menyapa dan melihat ada sosok perempuan di samping Arya.
"Ada apa?" tanya Arya dingin.
"Ini Pak, berkas-berkas yang harus Bapak cek dan tanda tangani," Indi meletakkan tumpukan map di meja Arya. "Permisi Pak," Indi langsung keluar.
Indi mengerjakan lagi pekerjaannya, tanpa memikirkan siapa perempuan yang ada di samping Arya.
Di dalam ruangan Arya.
"Hari ini ada yang penting 'gak Dim?" tanya Arya pada Dimas.
"Gak ada Ar, lo bisa bebas jalan-jalan sama tuh nona cantik," kata Dimas melirik Arini, adik Arya yang baru pulang dari Aussy.
"Gue tabok ya Dimas," kata Arini kesal.
"Lo jalan-jalan sama Dimas aja deh ya. Gue banyak kerjaan nih," kata Arya menunjuk berkas yang tadi Indi letakkan.
"No, gue 'gak mau sama Dimas," kata Arini. "Come on Kak, gue udah 4 tahun 'gak pulang loh," Arini merengek.
"Oke, tapi tunggu gue pulang kerja ya," kata Arya akhirnya.
"Lama dong kak, I'm bored," Arini manyun.
"Ya udah, ayo kita jalan," kata Arya sambil membereskan mejanya.
"Dim, lo periksa dulu berkas-berkas ini, nanti baru gue tanda tangan," perintah Arya.
"Siap Pak Boss," kata Dimas. "Bye Arini," Dimas menjulurkan lidahnya.
"Awas lo ya," Arini menunjukan tinjunya.
Indi sedang konsentrasi dengan layar komputernya, ketika Arya keluar dan mendekati mejanya.
"Indi," panggil Arya.
"Ah, iya Pak," Indi berdiri.
"Obat kamu," kata Arya meletakkan bungkusan obat.
"Terima kasih, Pak," Indi mengangguk sopan.
Arya pergi sambil digandeng tangannya oleh Arini. Tanpa sadar Indi terus melihat kepergian Arya.
"Hayoloh liatin si Boss terus," Dimas menyadarkan Indi.
"Kemana tuh si Boss?" tanya Indi.
"Nganterin jalan-jalan si nona manja," kata Dimas.
"Nona manja?" Indi kurang paham.
"Itu, cewek tadi, adiknya Arya. Baru pulang dari Aussy," Dimas menjelaskan.
"Oh," Indi cuma ber Oh ria.
"Oh doang?" Dimas melongo.
"Hahahaha, ya gue suruh komentar apa Dimas," Indi tertawa tanpa sebab.
"Kenapa lo ketawa?" tanya Dimas.
"Gak tahu. Hari ini rasanya damai," kata Indi tersenyum, sambil meneruskan pekerjaannya.
"Wah wah, gue bilangin si Boss loh," kata Dimas mengancam.
"Iya bilangin aja. Biar dia sering-sering 'gak di kantor, hahahaha," Indi tertawa lagi.
Dimas juga ikut tertawa, benar apa yang dikatakan Indi. Rasanya damai kalau Boss gak ada di kantor. Tapi tetap pekerjaan diselesaikan.
Jam menunjukkan pukul 05.00 sore. Waktunya untuk pulang. Indi membereskan pekerjaannya dan bersiap-siap untuk pulang. Momen langka, dia bisa pulang tepat waktu dan bisa menghabiskan waktu bersama anaknya.
"Dimas, gue pulang duluan ya," kata Indi melongok meja kerja Dimas.
"Iya Ndi, gue juga lagi siap-siap mau pulang," Dimas juga sedang bersiap-siap.
Indi langsung menuju lift dan dengan senyum terkembang dia pulang ke rumah.
Di rumah Indi.
"Mama pulang," Indi masuk ke rumah dengan membawa makanan, yang tadi dia beli di perjalanan.
"Mama..." Evan langsung menghambur ke pelukan Indi, "Mama kok pulang cepat?" tanya Evan.
"Iya sayang, hari ini mama kerjanya cepat selesainya," jawab Indi sambil mencium pipi anaknya.
"Tante udah pulang?" tanya Nina yang baru keluar dari kamar mandi.
"Iya Nin, kebetulan bisa pulang gasik," kata Indi.
"Ya udah, Nina pulang ya tante," Nina pamit.
"Gak makan malam sini aja Nin," kata Indi.
"Di rumah aja tante. Dah Evan," Nina mencium pipi Evan.
"Dadah, kak Nina," Evan juga mencium pipi Nina.
"Makasih ya, Nin."
Indi masuk ke kamarnya dan segera mandi. Evan menunggu sambil menonton TV.
Setelah mandi, Indi memasak untuk makan malam. Hari ini dia benar-benar merasa senang. Kerjaan beres, gak dimarahi Boss karena Bossnya pergi. Dan bisa makan malam di rumah bareng anaknya.
Drrtt..drrtt..ddrrtt..Nada dering ponsel Indi berbunyi. Telepon dari Ardi.
Call on.
"Hallo," sapa Indi.
"Hai Ndi, gue ganggu 'gak?" tanya Ardi di seberang.
"Sedikit, hehehe. Gue lagi masak. Ada apa?" Indi mematikan dulu kompornya.
"Gue mau kasih kabar, kalau reuni diadain bulan depan, soal tanggal menyusul katanya," kata Ardi.
"Oh, oke kalau gitu. Kabarin terus ya," Indi menyiapkan piring.
"Siap. Ya udah gitu aja. Selamat makan malam," kata Ardi lalu menutup teleponnya.
Call off.
Indi melanjutkan memasak dan siap untuk makan malam. Indi bahagia, bisa membesarkan Evan, walaupun seorang diri. Dia akan terus berusaha untuk dapat menghidupi Evan dengan layak dan kecukupan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments