Bab 14 : May I ... ?

Semakin hari hubungan pertemanan Indi dan Arya semakin dekat. Mungkin bukan lagi bisa dibilang teman, karena Arya begitu posesif terhadap Indi. Arya melarang Indi berteman dengan cowo siapapun, kecuali dia dan Dimas. Posesif banget kan.

Indi sedang fokus dengan layar dan keyboard, saat Arya datang dan berdiri di depan Indi.

"Indi," panggil Arya lembut.

Indi menengadahkan kepalanya dan menatap Arya yang sedang tersenyum.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Indi berdiri dari duduknya.

"Nanti malem mau 'gak pergi sama aku?" tanya Arya.

"Ada jamuan makan malam Pak?" Indi bertanya polos.

"Bukan, pengen ngajak kamu jalan aja," kata-kata Arya berhasil membuat Indi melongo.

"Jalan?" Indi bertanya bingung.

"Iya jalan, nanti malem aku jemput jam 7 ya," Arya masuk lagi ke ruangannya, meninggalkan Indi yang masih loading.

"Apa itu tadi? Arya ngajak jalan? Kyaaaaa," Indi teriak dalam hati. Indi senang, tapi juga ada sedikit perasaan yang mengganjal.

"Kenapa lo?" Dimas yang melihat Indi senyum-senyum sendiri, langsung bertanya.

"Heehh, gue kenapa emang?" Indi pura-pura.

"Kesambet ya lo," Dimas memegang dahi Indi.

"Gue gak sakit Dimas," Indi menepis tangan Dimas.

"Terus, kenapa senyum-senyum sendiri?" Dimas masih penasaran.

"Kepo, wllleee," Indi memilih melarikan diri ke pantry, daripada terus-terusan dicecar pertanyaan oleh Dimas.

"Gak si Boss, gak sekretarisnya, sama-sama kesambet kali ya," Dimas geleng-geleng kepala.

Pov Indi.

"Evan, sayang, tolongin Mama dong," Indi sedang berada di kamar, memilih pakaian apa yang cocok untuk jalan sama Arya nanti.

Indi tidak tahu, Arya mau membawanya kemana. Indi tidak mau salah kostum.

"Kenapa Mah?" Evan menghampiri Indi di kamar.

"Tolong pilihin baju dong, Mama nanti mau pergi," Indi tersenyum, memamerkan semua giginya.

"Pergi sama siapa sih Mah, sampe bingung mau pakai baju apa," Evan yang baru berumur limaf tahun, tapi udah pintar menanggapi Indi. Evan bisa jadi tempat curhat Indi, tempat meminta pendapat juga.

"Pergi sama Om Arya," Indi menutupi mukanya dengan baju yang sedang dipegangnya.

"Hmmm, Mama sama Om Arya pacaran?" tanya Evan iseng.

"Huss, anak kecil tahu apa tentang pacaran," Indi mencubit pipi Evan gemas.

"Hehehe, kan kak Nina juga sering pacaran Mah," kata Evan nyengir.

"Mama pakai baju apa sayang?" tanya Indi lagi memangku Evan dan menciumi pipi Evan.

"Yang nyaman aja buat Mama," kata Evan mencium balik pipi Indi.

Tidak tahu kenapa Indi jadi lebih memikirkan penampilannya akhir-akhir ini. Biasanya Indi paling cuek soal penampilan. Karena dia sadar ada hal yang lebih penting yang harus dia pikirkan.

"Ya udah, Mama mau siap-siap dulu ya. Nanti Mama telepon kak Nina suruh nemenin kamu," Indi mencium puncak kepala Evan dan membiarkan dia keluar dari kamarnya.

Pukul 7 malam Arya sudah duduk di sofa ruang tamu Indi, ditemani oleh Evan. Indi masih berada dalam kamarnya.

"Om mau jalan-jalan kemana?" tanya Evan.

"Om juga belum tahu sih mau kemana, hehehe," Arya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Om gimana sih, mau pacaran masa gak tahu mau kemana," Evan manyun sambil geleng-geleng.

"Evan tahu darimana istilah itu, Evan kan masih kecil," Arya terkejut mendengar ucapan Evan.

"Kak Nina kan juga sering pacaran Om," Evan menjawab polos. Nina yang sudah ada di rumah Evan, dan mendengarkan percakapan itu, langsung menutup wajahnya.

"Sorry lama," Indi sudah berdiri di ruang tamu dan mengejutkan Arya.

Tatapan mata Arya tidak lepas dari Indi. Tatapannya menyusuri penampilan Indi dari atas sampai bawah. Indi memakai dress selutut, dan flatshoes. Kesannya sederhana tapi bisa untuk formal maupun santai.

"Mau jalan sekarang?" tanya Indi menyadarkan Arya yang tersihir oleh kecantikan Indi.

"Aahhh, hmm iya. Ayo jalan," Arya menjawab dengan tergagap. "Om pergi dulu ya Van," Arya mengacak rambut Evan.

"Mama pergi ya sayang," Indi mencium kening Evan.

"Mama dan Om Arya hati-hati ya," Evan melambaikan tangan.

Setelah mengajak Indi makan malam, Arya membawa Indi ke tempat yang selama ini menjadi tempat pelarian Arya kalau sedang suntuk dan banyak masalah. Hanya memakan waktu 30 menit dari kota, Arya dan Indi sampai ke tempat tujuan.

"Kita kemana sih Ar?" Indi penasaran.

"Ke tempat favoritku," kata Arya.

Indi dan Arya berjalan kaki sebentar, dan sampailah ke tempat yang dituju. Dataran tinggi yang luas, dan hanya ada beberapa pohon di sekelilingnya. Tempat yang sangat indah, karena pemandangan kota di bawah yang kecil dan berkelip seperti bintang.

Indi mengembangkan senyumnya melihat pemandangan dari atas sini.

"Woooaahhhh, pemandangannya bagus banget," Indi merentangkan tangannya dan menghirup dalam-dalam udara malam di sana.

"Kamu suka?" tanya Arya berdiri di samping Indi.

"Suka banget Ar, makasih ya," Indi menatap lagi pemandangan di depannya.

"Indi," panggil Arya pelan.

"Kenapa Ar?" Indi menoleh dan matanya bertautan dengan mata Arya. Jantung Indi berdetak lebih kencang dari biasanya.

"Aku suka kamu," kata-kata Arya semakin membuat Indi deg-degan gak karuan.

Indi masih mematung di tempatnya, dan tanpa sadar Arya sudah mendekatkan wajahnya ke wajah Indi. Hembusan nafas Indi terasa hangat. Arya mencium lembut bibir Indi. Indi merasa tubuhnya lemas karena merasakan ciuman lagi setelah sekian purnama.

"Aku suka kamu, Indi," Arya melepaskan ciumannya dan mengucapkan sekali lagi kata-kata itu.

"Arya, aku ..." Indi tergagap, tidak tahu harus ngomong apa.

"Kamu tidak perlu menjawab sekarang Ndi," Arya membelai lembut rambut Indi.

Ada perasaan hangat, ketika merasakan belaian lembut di rambut Indi.

"Kayanya gue kelamaan janda jadi gini,huuhh," Indi mengeluh dalam hati.

"Indi, may i kiss you?" tanya Arya menatap intens mata Indi.

"Tadi juga udah cium kali Ar, ngapain minta ijin sekarang," Indi tersenyum dalam hati.

"Indi," Arya menggenggam erat tangan Indi. Indi hanya mengangguk, sebagai tanda persetujuan.

Arya tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada Indi. Arya mencium bibir Indi lembut. Indi masih belum membalas ciuman Arya. Ciuman berubah menjadi luma*an. Indi yang tadinya pasiv, mengalungkan tangannya ke leher Arya dan membalas ciuman Arya. Indi menepuk pelan pundak Arya saat nafasnya hampir habis. Arya melepaskan ciumannya.

"Thanks, Ndi. Aku sayang kamu," Arya mencium kening Indi.

Indi masih belum menjawab semua ungkapan perasaan Arya. Dia tidak memungkiri, kalau sekarang dia sangat bahagia. Dia bisa merasakan lagi disukai oleh seorang pria. Dia juga memiliki perasaan yang sama. Tetapi Indi masih belum mengatakannya. Dia masih punya Evan. Dia harus mendahulukan perasaan anaknya, sebelum perasaannya sendiri.

"Ar, kita pulang yuk. Aku kepikiran Evan," Indi menatap pemandangan di bawah sana sekali lagi. Begitu menenangkan hati.

Arya menggandeng tangan Indi sampai ke tempat dimana mobilnya di parkir. Indi menyandarkan kepalanya di bahu Arya.

Terpopuler

Comments

mekha_chan

mekha_chan

mkasih koreksinya kak 😁

2022-05-12

0

Yulia Ningsih

Yulia Ningsih

arya atau evan?

2022-05-12

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pertemuan
2 Bab 2 : Sekretaris
3 Bab 3 : Si Gunung Es
4 Bab 4 : Tekanan Batin
5 Bab 5 : Hari Tenang
6 Bab 6 : Sisi Lain
7 Bab 7 : Tersentuh
8 Bab 8 : Gunung Es Mencair
9 Bab 9 : Ayo Berteman
10 Bab 10 : Kecelakaan
11 Bab 11 : Ragu
12 Bab 12 : Cemburu?
13 Bab 13 : Reuni
14 Bab 14 : May I ... ?
15 Bab 15 : Lampu Hijau
16 Bab 16 : Jadian
17 Bab 17 : Berondong Indi
18 Bab 18 : Gossip
19 Bab 19 : Bertahan
20 Bab 20 : Kedua Kalinya
21 Bab 21 : Lelah
22 Bab 22 : Go Publik
23 Bab 23 : Masih Ada Saja
24 Bab 24 : Rindu yang Jauh
25 Bab 25 : Luar Kota
26 Bab 26 : Menahan Rindu
27 Bab 27 : Kejutan
28 Bab 28 : Kejutan Lagi
29 Bab 29 : Makan Malam
30 Bab 30 : Sakit Hati
31 Bab 31 : Berpikir Ulang
32 Bab 32 : Lamaran
33 Bab 33 : Angel or Devil
34 Bab 34 : Tumbang
35 Bab 35 : Kekhawatiran
36 Bab 36 : Menginap
37 Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38 Bab 38 : Liburan
39 Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40 Bab 40 : Wedding Day
41 Bab 41 : Honeymoon
42 Bab 42 : Masih Honeymoon
43 Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44 Bab 44. Dua Garis Biru
45 Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46 Bab 46 : Keluarga Bahagia
47 Bab 47 : Rencana Arya
48 Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49 Bab 49 : Berdua Saja
50 Bab 50 : Berita Bahagia
51 Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52 Bab 52 : "Ngidam"
53 Bab 53 : Labil
54 Bab 54 : Anak Ketiga
55 Bab 55 : Perayaan Kecil
56 Bab 56 : Saat Remaja
57 Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58 Bab 58 : Arini dan Dimas
59 Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60 Bab 60 : Bahagia Bersama
61 Bab 61 : Undangan Angel
62 Bab 62 : Penasaran
63 Bab 63 : Arini's Wedding
64 Bab 64 : Rencana Liburan
65 Bab 65 : Keluarga Wijaya
66 Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67 Bab 67 : Jacelyn
68 Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69 Bab 69 : Ijin Berteman
70 Bab 70 : Merasa Bersalah
71 Bab 71 : Terbongkar
72 Bab 72 : Arini Hamil?
73 Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74 Bab 74 : Dendam Terpendam
75 Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76 Bab 76 : Penculikan Evan
77 Bab 77 : Masa Lalu Calista
78 Bab 78 : Kecurigaan Indi
79 Bab 79 : Kebohongan Arya
80 Bab 80 : Kekecewaan Indi
81 Bab 81 : Janji Arya
82 Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83 Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84 Bab 84 : Disekap
85 Bab 85 : Kehilangan Jejak
86 Bab 86 : Kehidupan Baru
87 Bab 87 : One Fine Day
88 Bab 88 : Pengakuan Calista
89 Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90 Bab 90 : Kemarahan Arya
91 Bab 91 : Kritis
92 Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93 Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94 Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95 Bab 95 : Perkenalan Ulang
96 Bab 96 : Kembali Pulang
97 Bab 97 : Malam yang Panjang
98 Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99 Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100 Bab 100 : Kesakitan
101 Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102 Bab 102 : Ketakutan Evan
103 Bab 103 : Pemulihan
104 Bab 104 : Ujian Akhir
105 Bab 105 : Hari Kelulusan
106 Bab 106 : Arini Melahirkan
107 Bab 107 : Putri Kecil Arini
108 Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109 Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110 Bab 110 : Keputusan Akhir
111 Bab 111 : Persiapan Kuliah
112 Bab 112 : Prom Night
113 Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114 Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115 Bab 115 : Perpisahan
116 Ekstra Part 01
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab 1 : Pertemuan
2
Bab 2 : Sekretaris
3
Bab 3 : Si Gunung Es
4
Bab 4 : Tekanan Batin
5
Bab 5 : Hari Tenang
6
Bab 6 : Sisi Lain
7
Bab 7 : Tersentuh
8
Bab 8 : Gunung Es Mencair
9
Bab 9 : Ayo Berteman
10
Bab 10 : Kecelakaan
11
Bab 11 : Ragu
12
Bab 12 : Cemburu?
13
Bab 13 : Reuni
14
Bab 14 : May I ... ?
15
Bab 15 : Lampu Hijau
16
Bab 16 : Jadian
17
Bab 17 : Berondong Indi
18
Bab 18 : Gossip
19
Bab 19 : Bertahan
20
Bab 20 : Kedua Kalinya
21
Bab 21 : Lelah
22
Bab 22 : Go Publik
23
Bab 23 : Masih Ada Saja
24
Bab 24 : Rindu yang Jauh
25
Bab 25 : Luar Kota
26
Bab 26 : Menahan Rindu
27
Bab 27 : Kejutan
28
Bab 28 : Kejutan Lagi
29
Bab 29 : Makan Malam
30
Bab 30 : Sakit Hati
31
Bab 31 : Berpikir Ulang
32
Bab 32 : Lamaran
33
Bab 33 : Angel or Devil
34
Bab 34 : Tumbang
35
Bab 35 : Kekhawatiran
36
Bab 36 : Menginap
37
Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38
Bab 38 : Liburan
39
Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40
Bab 40 : Wedding Day
41
Bab 41 : Honeymoon
42
Bab 42 : Masih Honeymoon
43
Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44
Bab 44. Dua Garis Biru
45
Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46
Bab 46 : Keluarga Bahagia
47
Bab 47 : Rencana Arya
48
Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49
Bab 49 : Berdua Saja
50
Bab 50 : Berita Bahagia
51
Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52
Bab 52 : "Ngidam"
53
Bab 53 : Labil
54
Bab 54 : Anak Ketiga
55
Bab 55 : Perayaan Kecil
56
Bab 56 : Saat Remaja
57
Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58
Bab 58 : Arini dan Dimas
59
Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60
Bab 60 : Bahagia Bersama
61
Bab 61 : Undangan Angel
62
Bab 62 : Penasaran
63
Bab 63 : Arini's Wedding
64
Bab 64 : Rencana Liburan
65
Bab 65 : Keluarga Wijaya
66
Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67
Bab 67 : Jacelyn
68
Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69
Bab 69 : Ijin Berteman
70
Bab 70 : Merasa Bersalah
71
Bab 71 : Terbongkar
72
Bab 72 : Arini Hamil?
73
Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74
Bab 74 : Dendam Terpendam
75
Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76
Bab 76 : Penculikan Evan
77
Bab 77 : Masa Lalu Calista
78
Bab 78 : Kecurigaan Indi
79
Bab 79 : Kebohongan Arya
80
Bab 80 : Kekecewaan Indi
81
Bab 81 : Janji Arya
82
Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83
Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84
Bab 84 : Disekap
85
Bab 85 : Kehilangan Jejak
86
Bab 86 : Kehidupan Baru
87
Bab 87 : One Fine Day
88
Bab 88 : Pengakuan Calista
89
Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90
Bab 90 : Kemarahan Arya
91
Bab 91 : Kritis
92
Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93
Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94
Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95
Bab 95 : Perkenalan Ulang
96
Bab 96 : Kembali Pulang
97
Bab 97 : Malam yang Panjang
98
Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99
Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100
Bab 100 : Kesakitan
101
Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102
Bab 102 : Ketakutan Evan
103
Bab 103 : Pemulihan
104
Bab 104 : Ujian Akhir
105
Bab 105 : Hari Kelulusan
106
Bab 106 : Arini Melahirkan
107
Bab 107 : Putri Kecil Arini
108
Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109
Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110
Bab 110 : Keputusan Akhir
111
Bab 111 : Persiapan Kuliah
112
Bab 112 : Prom Night
113
Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114
Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115
Bab 115 : Perpisahan
116
Ekstra Part 01

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!