Semakin hari hubungan pertemanan Indi dan Arya semakin dekat. Mungkin bukan lagi bisa dibilang teman, karena Arya begitu posesif terhadap Indi. Arya melarang Indi berteman dengan cowo siapapun, kecuali dia dan Dimas. Posesif banget kan.
Indi sedang fokus dengan layar dan keyboard, saat Arya datang dan berdiri di depan Indi.
"Indi," panggil Arya lembut.
Indi menengadahkan kepalanya dan menatap Arya yang sedang tersenyum.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Indi berdiri dari duduknya.
"Nanti malem mau 'gak pergi sama aku?" tanya Arya.
"Ada jamuan makan malam Pak?" Indi bertanya polos.
"Bukan, pengen ngajak kamu jalan aja," kata-kata Arya berhasil membuat Indi melongo.
"Jalan?" Indi bertanya bingung.
"Iya jalan, nanti malem aku jemput jam 7 ya," Arya masuk lagi ke ruangannya, meninggalkan Indi yang masih loading.
"Apa itu tadi? Arya ngajak jalan? Kyaaaaa," Indi teriak dalam hati. Indi senang, tapi juga ada sedikit perasaan yang mengganjal.
"Kenapa lo?" Dimas yang melihat Indi senyum-senyum sendiri, langsung bertanya.
"Heehh, gue kenapa emang?" Indi pura-pura.
"Kesambet ya lo," Dimas memegang dahi Indi.
"Gue gak sakit Dimas," Indi menepis tangan Dimas.
"Terus, kenapa senyum-senyum sendiri?" Dimas masih penasaran.
"Kepo, wllleee," Indi memilih melarikan diri ke pantry, daripada terus-terusan dicecar pertanyaan oleh Dimas.
"Gak si Boss, gak sekretarisnya, sama-sama kesambet kali ya," Dimas geleng-geleng kepala.
Pov Indi.
"Evan, sayang, tolongin Mama dong," Indi sedang berada di kamar, memilih pakaian apa yang cocok untuk jalan sama Arya nanti.
Indi tidak tahu, Arya mau membawanya kemana. Indi tidak mau salah kostum.
"Kenapa Mah?" Evan menghampiri Indi di kamar.
"Tolong pilihin baju dong, Mama nanti mau pergi," Indi tersenyum, memamerkan semua giginya.
"Pergi sama siapa sih Mah, sampe bingung mau pakai baju apa," Evan yang baru berumur limaf tahun, tapi udah pintar menanggapi Indi. Evan bisa jadi tempat curhat Indi, tempat meminta pendapat juga.
"Pergi sama Om Arya," Indi menutupi mukanya dengan baju yang sedang dipegangnya.
"Hmmm, Mama sama Om Arya pacaran?" tanya Evan iseng.
"Huss, anak kecil tahu apa tentang pacaran," Indi mencubit pipi Evan gemas.
"Hehehe, kan kak Nina juga sering pacaran Mah," kata Evan nyengir.
"Mama pakai baju apa sayang?" tanya Indi lagi memangku Evan dan menciumi pipi Evan.
"Yang nyaman aja buat Mama," kata Evan mencium balik pipi Indi.
Tidak tahu kenapa Indi jadi lebih memikirkan penampilannya akhir-akhir ini. Biasanya Indi paling cuek soal penampilan. Karena dia sadar ada hal yang lebih penting yang harus dia pikirkan.
"Ya udah, Mama mau siap-siap dulu ya. Nanti Mama telepon kak Nina suruh nemenin kamu," Indi mencium puncak kepala Evan dan membiarkan dia keluar dari kamarnya.
Pukul 7 malam Arya sudah duduk di sofa ruang tamu Indi, ditemani oleh Evan. Indi masih berada dalam kamarnya.
"Om mau jalan-jalan kemana?" tanya Evan.
"Om juga belum tahu sih mau kemana, hehehe," Arya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Om gimana sih, mau pacaran masa gak tahu mau kemana," Evan manyun sambil geleng-geleng.
"Evan tahu darimana istilah itu, Evan kan masih kecil," Arya terkejut mendengar ucapan Evan.
"Kak Nina kan juga sering pacaran Om," Evan menjawab polos. Nina yang sudah ada di rumah Evan, dan mendengarkan percakapan itu, langsung menutup wajahnya.
"Sorry lama," Indi sudah berdiri di ruang tamu dan mengejutkan Arya.
Tatapan mata Arya tidak lepas dari Indi. Tatapannya menyusuri penampilan Indi dari atas sampai bawah. Indi memakai dress selutut, dan flatshoes. Kesannya sederhana tapi bisa untuk formal maupun santai.
"Mau jalan sekarang?" tanya Indi menyadarkan Arya yang tersihir oleh kecantikan Indi.
"Aahhh, hmm iya. Ayo jalan," Arya menjawab dengan tergagap. "Om pergi dulu ya Van," Arya mengacak rambut Evan.
"Mama pergi ya sayang," Indi mencium kening Evan.
"Mama dan Om Arya hati-hati ya," Evan melambaikan tangan.
Setelah mengajak Indi makan malam, Arya membawa Indi ke tempat yang selama ini menjadi tempat pelarian Arya kalau sedang suntuk dan banyak masalah. Hanya memakan waktu 30 menit dari kota, Arya dan Indi sampai ke tempat tujuan.
"Kita kemana sih Ar?" Indi penasaran.
"Ke tempat favoritku," kata Arya.
Indi dan Arya berjalan kaki sebentar, dan sampailah ke tempat yang dituju. Dataran tinggi yang luas, dan hanya ada beberapa pohon di sekelilingnya. Tempat yang sangat indah, karena pemandangan kota di bawah yang kecil dan berkelip seperti bintang.
Indi mengembangkan senyumnya melihat pemandangan dari atas sini.
"Woooaahhhh, pemandangannya bagus banget," Indi merentangkan tangannya dan menghirup dalam-dalam udara malam di sana.
"Kamu suka?" tanya Arya berdiri di samping Indi.
"Suka banget Ar, makasih ya," Indi menatap lagi pemandangan di depannya.
"Indi," panggil Arya pelan.
"Kenapa Ar?" Indi menoleh dan matanya bertautan dengan mata Arya. Jantung Indi berdetak lebih kencang dari biasanya.
"Aku suka kamu," kata-kata Arya semakin membuat Indi deg-degan gak karuan.
Indi masih mematung di tempatnya, dan tanpa sadar Arya sudah mendekatkan wajahnya ke wajah Indi. Hembusan nafas Indi terasa hangat. Arya mencium lembut bibir Indi. Indi merasa tubuhnya lemas karena merasakan ciuman lagi setelah sekian purnama.
"Aku suka kamu, Indi," Arya melepaskan ciumannya dan mengucapkan sekali lagi kata-kata itu.
"Arya, aku ..." Indi tergagap, tidak tahu harus ngomong apa.
"Kamu tidak perlu menjawab sekarang Ndi," Arya membelai lembut rambut Indi.
Ada perasaan hangat, ketika merasakan belaian lembut di rambut Indi.
"Kayanya gue kelamaan janda jadi gini,huuhh," Indi mengeluh dalam hati.
"Indi, may i kiss you?" tanya Arya menatap intens mata Indi.
"Tadi juga udah cium kali Ar, ngapain minta ijin sekarang," Indi tersenyum dalam hati.
"Indi," Arya menggenggam erat tangan Indi. Indi hanya mengangguk, sebagai tanda persetujuan.
Arya tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada Indi. Arya mencium bibir Indi lembut. Indi masih belum membalas ciuman Arya. Ciuman berubah menjadi luma*an. Indi yang tadinya pasiv, mengalungkan tangannya ke leher Arya dan membalas ciuman Arya. Indi menepuk pelan pundak Arya saat nafasnya hampir habis. Arya melepaskan ciumannya.
"Thanks, Ndi. Aku sayang kamu," Arya mencium kening Indi.
Indi masih belum menjawab semua ungkapan perasaan Arya. Dia tidak memungkiri, kalau sekarang dia sangat bahagia. Dia bisa merasakan lagi disukai oleh seorang pria. Dia juga memiliki perasaan yang sama. Tetapi Indi masih belum mengatakannya. Dia masih punya Evan. Dia harus mendahulukan perasaan anaknya, sebelum perasaannya sendiri.
"Ar, kita pulang yuk. Aku kepikiran Evan," Indi menatap pemandangan di bawah sana sekali lagi. Begitu menenangkan hati.
Arya menggandeng tangan Indi sampai ke tempat dimana mobilnya di parkir. Indi menyandarkan kepalanya di bahu Arya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
mekha_chan
mkasih koreksinya kak 😁
2022-05-12
0
Yulia Ningsih
arya atau evan?
2022-05-12
1