Indi dan Arya menikmati masa-masa pacaran dengan tenang. Sampai pada suatu hari, secara tidak sengaja, Indi mendengarkan obrolan sesama karyawan di pantry.
"Lo tahu 'gak, si Boss sekarang udah punya pacar loh," kata perempuan 1.
"Masa sih? Emang siapa pacarnya?" tanya perempuan 2.
"Itu, si sekretarisnya Boss, Ibu Indi," perempuan 1 berkata dengan nada sinis.
"Ya 'gak apa kali, Ibu Indi cantik kok. Cocok sama Pak Arya," Perempuan 2 sedikit mendukung.
"Lo 'gak tahu kan, kalau Bu Indi itu janda. Masa iya, Pak Boss yang masih muda dan ganteng mau sama janda gitu," kata-kata perempuan 1 berhasil membuat dada Indi sakit. Indi masih mencoba mendengarkan obrolan dua karyawan itu.
"Yang penting mereka saling suka, kenapa engga. Janda semakin di depan," hahahaha keduanya tertawa mengejek.
"Ini bukannya kerja malah ngegosip di sini," suara Dimas terdengar. Indi memilih kembali ke ruangannya.
Kata-kata dua perempuan tadi masih terngiang di telinga Indi. Seharian ini Indi jadi kurang fokus bekerja. Dimas yang melihatnya langsung menegur.
"Lo kenapa Ndi?" tanya Dimas.
"Gak apa kok Dim, cuma rada 'gak enak badan aja," Indi berbohong.
"Gue bilang ke Arya ya, biar dia anter lo pulang," Dimas hendak ke ruangan Arya tapi Indi cegat.
"Gak usah Dim, gue masih kuat kok," Indi berusaha tersenyum. Tapi sebenarnya dia ingin menangis.
"Gue anter dokumen dulu ke Pak Arya," Indi bergegas masuk ke ruangan Arya. Dimas mengikuti di belakang.
Tok..tok..tok.
"Masuk," suara Arya dari dalam ruangannya.
Indi dan Dimas masuk. Arya memicing melihat Indi yang datang berbarengan dengan Dimas. Mode possesivenya keluar.
"Ini dokumen yang harus Bapak cek dan tanda tangani," Indi mencoba tersenyum semanis mungkin. Dia meletakkan dokumennya di atas meja Arya.
"Terima kasih ya Ndi," Arya tersenyum manis. Membuat hati Indi semakin sesak.
'Masa iya, Pak Boss yang masih muda dan ganteng mau sama janda gitu.' Kata-kata itu kembali terngiang. Indi buru-buru pamit kembali ke ruangannya.
Dimas masih berdiri di tempatnya, sambil memandang Arya.
"Lo 'gak ngerasa kalau Indi lagi ada masalah?" Dimas bertanya pada Arya, yang tengah sibuk dengan layar dan keyboardnya.
"Masalah apa? Indi ada masalah?" Arya bertanya dengan khawatir.
"Gue tadi di pantry denger ada dua karyawan cewe yang ngomongin soal kalian. Gue 'gak tahu, Indi tahu tentang itu atau engga. Tapi yang gue lihat, daritadi dia 'gak fokus kerja," kata Dimas menjelaskan.
"Siapa dua karyawan itu?" Arya bertanya dengan nada dingin.
"Sheila dan Priska, bagian marketing," kata Dimas.
"Suruh mereka mengundurkan diri, dan kasih pesangon," Arya bicara semakin dingin.
"Jangan main hakim gitu, yang terpenting sekarang adalah perasaan Indi," Dimas mencoba menenangkan Arya.
"Lo ngebantah gue. Kalau sampai Indi gak fokus kaya gitu, pasti omongan mereka benar-benar gak bisa didiemin," Arya emosi dan menggebrak meja.
"Kalau gue ceritain apa yang mereka katakan, pasti Arya akan lebih emosi daripada ini," Dimas membatin.
"Oke, gue urus dua karyawan itu. Coba lo lihat Indi," Dimas berjalan keluar ruangan Arya.
Arya menyugar rambutnya kasar dan meninju meja kerjanya. Arya tahu, Indi memang memintanya merahasiakan hubungannya di kantor.
"Kalau ucapan mereka masih wajar, Indi gak mungkin sampai kepikiran begitu. Apa yang mereka katakan?" Arya membatin sambil mengepalkan tangan.
Chat Arya : 'sayang, temui aku di basement sekarang.'
Arya langsung mengambil jasnya yang tersampir di kursi dan keluar ruangan. Indi membungkukan badan melihat Bossnya keluar. Indi sebenarnya sudah tahu kemana Bossnya. Karena dia sudah membaca chat dari Arya.
Setelah 15 menit berlalu, Indi bergegas menyusul Arya. Karena sudah jam makan siang juga.
Di basement, Indi mencoba melihat ke sekitar. Setelah dirasa aman, Indi langsung masuk ke mobil Arya. Dan Arya langsung melajukan mobilnya. Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam. Indi yang tahu bagaimana Arya, melihat Arya sekarang sedang menahan emosi. Arya menepikan mobilnya di pinggir jalan, dan langsung memeluk Indi tiba-tiba.
"Maafin aku sayang, maafin aku 'gak bisa jaga kamu," Arya langsung meminta maaf.
"Kenapa minta maaf? Kamu kan 'gak salah apa-apa," Indi mencoba menutupi perasaannya yang sebenarnya.
"Kamu 'gak mau cerita sama aku?" Arya melepaskan pelukannya dan menatap tajam Indi. Indi merasa tidak bisa menyembunyikan apapun, kalau sudah ditatap seperti itu.
"Cerita apa sih sayangku," Indi menangkup wajah Arya dan mencoba tersenyum.
"Ya udah, kalau belum mau cerita," Arya menatap ke jalanan dan melajukan lagi mobilnya.
"Sorry Ar, aku tahu kamu bakal marah banget kalau aku cerita. Makanya aku simpen aja sendiri," Indi membatin dan melihat ke jendela samping, menyembunyikan air matanya.
Arya melihat semua itu, tangannya menggenggam erat setir mobil. Menahan emosinya. Setelah makan siang, Arya dan Indi kembali ke kantor. Arya hanya diam selama perjalanan, dan langsung masuk ke dalam ruangannya. Indi yang melihatnya hanya membuang nafas lelah.
"Kenapa lagi lo?" tanya Dimas tiba-tiba.
"Astaga, jantung gue," Indi memegang dadanya karena kaget.
"Ngelamun sih lo, jadi kaget kan," Dimas tertawa. "Arya kenapa?"
"Gak tahu. Gue mau nyelesein kerjaan," Indi berkutat lagi dengan kerjaannya. Indi tahu, Arya pasti marah karena dia 'gak jujur. Tapi kalau jujur, Arya bakal lebih marah.
Pov Arya.
Sepulangnya dari makan siang dengan Indi, Arya langsung masuk ke ruangannya.
"Aarrrggghhhhhh, brengsek," Arya berteriak di dalam ruangan private. Ruangan itu kedap suara jadi tidak ada yang mendengar dia berteriak. Arya mengusap wajahnya kasar.
Dia kembali ke ruang kerjanya dengan raut wajah dingin.
"Pak, hari ini Bapak ada meeting sama klien jam 3 sore," Dimas melihat aura dingin Arya. Dia mencoba tidak memancing emosi Arya.
"Baik, kamu atur saja," Arya menjawab dingin.
"Dan untuk dua karyawan marketing, saya sudah urus semuanya," Dimas berkata tenang.
"Hmm," Arya hanya menjawab singkat.
Dimas memilih keluar ruangan Arya, daripada menambah runyam Bossnya.
"Hahh, gue harus gimana Ndi?" Arya menutup matanya dan membalikkan kursinya ke arah jendela luar.
Indi mengetuk pintu ruangan Arya. Tidak ada jawaban. Indi mengetuk lagi beberapa kali, tetap tidak ada jawaban. Indi yang merasa cemas langsung masuk ke ruangan Arya.
"Pak Arya," Indi memanggil Arya pelan.
Arya yang tadinya tertidur, langsung bangun begitu mendengar suara Indi. Tetapi Arya masih dalam posisinya.
"Pak," Indi terus memanggil dan mencari keberadaan Arya.
Indi melihat Arya tertidur di kursi kebesarannya. Indi memandangi wajah Arya dan tersenyum. Indi memberanikan diri mengusap rahang tegas Arya. Mengusap bibir Arya, dan mengusap alis mata Arya. Arya yang sudah terbangun, merasa tidak nyaman disentuh seperti itu oleh Indi. Indi hendak pergi, tetapi Arya mencegat Indi dengan menggengam tangan Indi.
"Pak Arya," Indi gelagapan, mencoba melepaskan tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
DARYATI SPd
gosip, digosok makin sip
2022-04-24
2