Bab 18 : Gossip

Indi dan Arya menikmati masa-masa pacaran dengan tenang. Sampai pada suatu hari, secara tidak sengaja, Indi mendengarkan obrolan sesama karyawan di pantry.

"Lo tahu 'gak, si Boss sekarang udah punya pacar loh," kata perempuan 1.

"Masa sih? Emang siapa pacarnya?" tanya perempuan 2.

"Itu, si sekretarisnya Boss, Ibu Indi," perempuan 1 berkata dengan nada sinis.

"Ya 'gak apa kali, Ibu Indi cantik kok. Cocok sama Pak Arya," Perempuan 2 sedikit mendukung.

"Lo 'gak tahu kan, kalau Bu Indi itu janda. Masa iya, Pak Boss yang masih muda dan ganteng mau sama janda gitu," kata-kata perempuan 1 berhasil membuat dada Indi sakit. Indi masih mencoba mendengarkan obrolan dua karyawan itu.

"Yang penting mereka saling suka, kenapa engga. Janda semakin di depan," hahahaha keduanya tertawa mengejek.

"Ini bukannya kerja malah ngegosip di sini," suara Dimas terdengar. Indi memilih kembali ke ruangannya.

Kata-kata dua perempuan tadi masih terngiang di telinga Indi. Seharian ini Indi jadi kurang fokus bekerja. Dimas yang melihatnya langsung menegur.

"Lo kenapa Ndi?" tanya Dimas.

"Gak apa kok Dim, cuma rada 'gak enak badan aja," Indi berbohong.

"Gue bilang ke Arya ya, biar dia anter lo pulang," Dimas hendak ke ruangan Arya tapi Indi cegat.

"Gak usah Dim, gue masih kuat kok," Indi berusaha tersenyum. Tapi sebenarnya dia ingin menangis.

"Gue anter dokumen dulu ke Pak Arya," Indi bergegas masuk ke ruangan Arya. Dimas mengikuti di belakang.

Tok..tok..tok.

"Masuk," suara Arya dari dalam ruangannya.

Indi dan Dimas masuk. Arya memicing melihat Indi yang datang berbarengan dengan Dimas. Mode possesivenya keluar.

"Ini dokumen yang harus Bapak cek dan tanda tangani," Indi mencoba tersenyum semanis mungkin. Dia meletakkan dokumennya di atas meja Arya.

"Terima kasih ya Ndi," Arya tersenyum manis. Membuat hati Indi semakin sesak.

'Masa iya, Pak Boss yang masih muda dan ganteng mau sama janda gitu.' Kata-kata itu kembali terngiang. Indi buru-buru pamit kembali ke ruangannya.

Dimas masih berdiri di tempatnya, sambil memandang Arya.

"Lo 'gak ngerasa kalau Indi lagi ada masalah?" Dimas bertanya pada Arya, yang tengah sibuk dengan layar dan keyboardnya.

"Masalah apa? Indi ada masalah?" Arya bertanya dengan khawatir.

"Gue tadi di pantry denger ada dua karyawan cewe yang ngomongin soal kalian. Gue 'gak tahu, Indi tahu tentang itu atau engga. Tapi yang gue lihat, daritadi dia 'gak fokus kerja," kata Dimas menjelaskan.

"Siapa dua karyawan itu?" Arya bertanya dengan nada dingin.

"Sheila dan Priska, bagian marketing," kata Dimas.

"Suruh mereka mengundurkan diri, dan kasih pesangon," Arya bicara semakin dingin.

"Jangan main hakim gitu, yang terpenting sekarang adalah perasaan Indi," Dimas mencoba menenangkan Arya.

"Lo ngebantah gue. Kalau sampai Indi gak fokus kaya gitu, pasti omongan mereka benar-benar gak bisa didiemin," Arya emosi dan menggebrak meja.

"Kalau gue ceritain apa yang mereka katakan, pasti Arya akan lebih emosi daripada ini," Dimas membatin.

"Oke, gue urus dua karyawan itu. Coba lo lihat Indi," Dimas berjalan keluar ruangan Arya.

Arya menyugar rambutnya kasar dan meninju meja kerjanya. Arya tahu, Indi memang memintanya merahasiakan hubungannya di kantor.

"Kalau ucapan mereka masih wajar, Indi gak mungkin sampai kepikiran begitu. Apa yang mereka katakan?" Arya membatin sambil mengepalkan tangan.

Chat Arya : 'sayang, temui aku di basement sekarang.'

Arya langsung mengambil jasnya yang tersampir di kursi dan keluar ruangan. Indi membungkukan badan melihat Bossnya keluar. Indi sebenarnya sudah tahu kemana Bossnya. Karena dia sudah membaca chat dari Arya.

Setelah 15 menit berlalu, Indi bergegas menyusul Arya. Karena sudah jam makan siang juga.

Di basement, Indi mencoba melihat ke sekitar. Setelah dirasa aman, Indi langsung masuk ke mobil Arya. Dan Arya langsung melajukan mobilnya. Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam. Indi yang tahu bagaimana Arya, melihat Arya sekarang sedang menahan emosi. Arya menepikan mobilnya di pinggir jalan, dan langsung memeluk Indi tiba-tiba.

"Maafin aku sayang, maafin aku 'gak bisa jaga kamu," Arya langsung meminta maaf.

"Kenapa minta maaf? Kamu kan 'gak salah apa-apa," Indi mencoba menutupi perasaannya yang sebenarnya.

"Kamu 'gak mau cerita sama aku?" Arya melepaskan pelukannya dan menatap tajam Indi. Indi merasa tidak bisa menyembunyikan apapun, kalau sudah ditatap seperti itu.

"Cerita apa sih sayangku," Indi menangkup wajah Arya dan mencoba tersenyum.

"Ya udah, kalau belum mau cerita," Arya menatap ke jalanan dan melajukan lagi mobilnya.

"Sorry Ar, aku tahu kamu bakal marah banget kalau aku cerita. Makanya aku simpen aja sendiri," Indi membatin dan melihat ke jendela samping, menyembunyikan air matanya.

Arya melihat semua itu, tangannya menggenggam erat setir mobil. Menahan emosinya. Setelah makan siang, Arya dan Indi kembali ke kantor. Arya hanya diam selama perjalanan, dan langsung masuk ke dalam ruangannya. Indi yang melihatnya hanya membuang nafas lelah.

"Kenapa lagi lo?" tanya Dimas tiba-tiba.

"Astaga, jantung gue," Indi memegang dadanya karena kaget.

"Ngelamun sih lo, jadi kaget kan," Dimas tertawa. "Arya kenapa?"

"Gak tahu. Gue mau nyelesein kerjaan," Indi berkutat lagi dengan kerjaannya. Indi tahu, Arya pasti marah karena dia 'gak jujur. Tapi kalau jujur, Arya bakal lebih marah.

Pov Arya.

Sepulangnya dari makan siang dengan Indi, Arya langsung masuk ke ruangannya.

"Aarrrggghhhhhh, brengsek," Arya berteriak di dalam ruangan private. Ruangan itu kedap suara jadi tidak ada yang mendengar dia berteriak. Arya mengusap wajahnya kasar.

Dia kembali ke ruang kerjanya dengan raut wajah dingin.

"Pak, hari ini Bapak ada meeting sama klien jam 3 sore," Dimas melihat aura dingin Arya. Dia mencoba tidak memancing emosi Arya.

"Baik, kamu atur saja," Arya menjawab dingin.

"Dan untuk dua karyawan marketing, saya sudah urus semuanya," Dimas berkata tenang.

"Hmm," Arya hanya menjawab singkat.

Dimas memilih keluar ruangan Arya, daripada menambah runyam Bossnya.

"Hahh, gue harus gimana Ndi?" Arya menutup matanya dan membalikkan kursinya ke arah jendela luar.

Indi mengetuk pintu ruangan Arya. Tidak ada jawaban. Indi mengetuk lagi beberapa kali, tetap tidak ada jawaban. Indi yang merasa cemas langsung masuk ke ruangan Arya.

"Pak Arya," Indi memanggil Arya pelan.

Arya yang tadinya tertidur, langsung bangun begitu mendengar suara Indi. Tetapi Arya masih dalam posisinya.

"Pak," Indi terus memanggil dan mencari keberadaan Arya.

Indi melihat Arya tertidur di kursi kebesarannya. Indi memandangi wajah Arya dan tersenyum. Indi memberanikan diri mengusap rahang tegas Arya. Mengusap bibir Arya, dan mengusap alis mata Arya. Arya yang sudah terbangun, merasa tidak nyaman disentuh seperti itu oleh Indi. Indi hendak pergi, tetapi Arya mencegat Indi dengan menggengam tangan Indi.

"Pak Arya," Indi gelagapan, mencoba melepaskan tangannya.

Terpopuler

Comments

DARYATI SPd

DARYATI SPd

gosip, digosok makin sip

2022-04-24

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pertemuan
2 Bab 2 : Sekretaris
3 Bab 3 : Si Gunung Es
4 Bab 4 : Tekanan Batin
5 Bab 5 : Hari Tenang
6 Bab 6 : Sisi Lain
7 Bab 7 : Tersentuh
8 Bab 8 : Gunung Es Mencair
9 Bab 9 : Ayo Berteman
10 Bab 10 : Kecelakaan
11 Bab 11 : Ragu
12 Bab 12 : Cemburu?
13 Bab 13 : Reuni
14 Bab 14 : May I ... ?
15 Bab 15 : Lampu Hijau
16 Bab 16 : Jadian
17 Bab 17 : Berondong Indi
18 Bab 18 : Gossip
19 Bab 19 : Bertahan
20 Bab 20 : Kedua Kalinya
21 Bab 21 : Lelah
22 Bab 22 : Go Publik
23 Bab 23 : Masih Ada Saja
24 Bab 24 : Rindu yang Jauh
25 Bab 25 : Luar Kota
26 Bab 26 : Menahan Rindu
27 Bab 27 : Kejutan
28 Bab 28 : Kejutan Lagi
29 Bab 29 : Makan Malam
30 Bab 30 : Sakit Hati
31 Bab 31 : Berpikir Ulang
32 Bab 32 : Lamaran
33 Bab 33 : Angel or Devil
34 Bab 34 : Tumbang
35 Bab 35 : Kekhawatiran
36 Bab 36 : Menginap
37 Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38 Bab 38 : Liburan
39 Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40 Bab 40 : Wedding Day
41 Bab 41 : Honeymoon
42 Bab 42 : Masih Honeymoon
43 Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44 Bab 44. Dua Garis Biru
45 Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46 Bab 46 : Keluarga Bahagia
47 Bab 47 : Rencana Arya
48 Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49 Bab 49 : Berdua Saja
50 Bab 50 : Berita Bahagia
51 Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52 Bab 52 : "Ngidam"
53 Bab 53 : Labil
54 Bab 54 : Anak Ketiga
55 Bab 55 : Perayaan Kecil
56 Bab 56 : Saat Remaja
57 Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58 Bab 58 : Arini dan Dimas
59 Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60 Bab 60 : Bahagia Bersama
61 Bab 61 : Undangan Angel
62 Bab 62 : Penasaran
63 Bab 63 : Arini's Wedding
64 Bab 64 : Rencana Liburan
65 Bab 65 : Keluarga Wijaya
66 Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67 Bab 67 : Jacelyn
68 Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69 Bab 69 : Ijin Berteman
70 Bab 70 : Merasa Bersalah
71 Bab 71 : Terbongkar
72 Bab 72 : Arini Hamil?
73 Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74 Bab 74 : Dendam Terpendam
75 Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76 Bab 76 : Penculikan Evan
77 Bab 77 : Masa Lalu Calista
78 Bab 78 : Kecurigaan Indi
79 Bab 79 : Kebohongan Arya
80 Bab 80 : Kekecewaan Indi
81 Bab 81 : Janji Arya
82 Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83 Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84 Bab 84 : Disekap
85 Bab 85 : Kehilangan Jejak
86 Bab 86 : Kehidupan Baru
87 Bab 87 : One Fine Day
88 Bab 88 : Pengakuan Calista
89 Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90 Bab 90 : Kemarahan Arya
91 Bab 91 : Kritis
92 Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93 Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94 Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95 Bab 95 : Perkenalan Ulang
96 Bab 96 : Kembali Pulang
97 Bab 97 : Malam yang Panjang
98 Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99 Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100 Bab 100 : Kesakitan
101 Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102 Bab 102 : Ketakutan Evan
103 Bab 103 : Pemulihan
104 Bab 104 : Ujian Akhir
105 Bab 105 : Hari Kelulusan
106 Bab 106 : Arini Melahirkan
107 Bab 107 : Putri Kecil Arini
108 Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109 Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110 Bab 110 : Keputusan Akhir
111 Bab 111 : Persiapan Kuliah
112 Bab 112 : Prom Night
113 Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114 Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115 Bab 115 : Perpisahan
116 Ekstra Part 01
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab 1 : Pertemuan
2
Bab 2 : Sekretaris
3
Bab 3 : Si Gunung Es
4
Bab 4 : Tekanan Batin
5
Bab 5 : Hari Tenang
6
Bab 6 : Sisi Lain
7
Bab 7 : Tersentuh
8
Bab 8 : Gunung Es Mencair
9
Bab 9 : Ayo Berteman
10
Bab 10 : Kecelakaan
11
Bab 11 : Ragu
12
Bab 12 : Cemburu?
13
Bab 13 : Reuni
14
Bab 14 : May I ... ?
15
Bab 15 : Lampu Hijau
16
Bab 16 : Jadian
17
Bab 17 : Berondong Indi
18
Bab 18 : Gossip
19
Bab 19 : Bertahan
20
Bab 20 : Kedua Kalinya
21
Bab 21 : Lelah
22
Bab 22 : Go Publik
23
Bab 23 : Masih Ada Saja
24
Bab 24 : Rindu yang Jauh
25
Bab 25 : Luar Kota
26
Bab 26 : Menahan Rindu
27
Bab 27 : Kejutan
28
Bab 28 : Kejutan Lagi
29
Bab 29 : Makan Malam
30
Bab 30 : Sakit Hati
31
Bab 31 : Berpikir Ulang
32
Bab 32 : Lamaran
33
Bab 33 : Angel or Devil
34
Bab 34 : Tumbang
35
Bab 35 : Kekhawatiran
36
Bab 36 : Menginap
37
Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38
Bab 38 : Liburan
39
Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40
Bab 40 : Wedding Day
41
Bab 41 : Honeymoon
42
Bab 42 : Masih Honeymoon
43
Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44
Bab 44. Dua Garis Biru
45
Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46
Bab 46 : Keluarga Bahagia
47
Bab 47 : Rencana Arya
48
Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49
Bab 49 : Berdua Saja
50
Bab 50 : Berita Bahagia
51
Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52
Bab 52 : "Ngidam"
53
Bab 53 : Labil
54
Bab 54 : Anak Ketiga
55
Bab 55 : Perayaan Kecil
56
Bab 56 : Saat Remaja
57
Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58
Bab 58 : Arini dan Dimas
59
Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60
Bab 60 : Bahagia Bersama
61
Bab 61 : Undangan Angel
62
Bab 62 : Penasaran
63
Bab 63 : Arini's Wedding
64
Bab 64 : Rencana Liburan
65
Bab 65 : Keluarga Wijaya
66
Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67
Bab 67 : Jacelyn
68
Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69
Bab 69 : Ijin Berteman
70
Bab 70 : Merasa Bersalah
71
Bab 71 : Terbongkar
72
Bab 72 : Arini Hamil?
73
Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74
Bab 74 : Dendam Terpendam
75
Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76
Bab 76 : Penculikan Evan
77
Bab 77 : Masa Lalu Calista
78
Bab 78 : Kecurigaan Indi
79
Bab 79 : Kebohongan Arya
80
Bab 80 : Kekecewaan Indi
81
Bab 81 : Janji Arya
82
Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83
Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84
Bab 84 : Disekap
85
Bab 85 : Kehilangan Jejak
86
Bab 86 : Kehidupan Baru
87
Bab 87 : One Fine Day
88
Bab 88 : Pengakuan Calista
89
Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90
Bab 90 : Kemarahan Arya
91
Bab 91 : Kritis
92
Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93
Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94
Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95
Bab 95 : Perkenalan Ulang
96
Bab 96 : Kembali Pulang
97
Bab 97 : Malam yang Panjang
98
Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99
Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100
Bab 100 : Kesakitan
101
Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102
Bab 102 : Ketakutan Evan
103
Bab 103 : Pemulihan
104
Bab 104 : Ujian Akhir
105
Bab 105 : Hari Kelulusan
106
Bab 106 : Arini Melahirkan
107
Bab 107 : Putri Kecil Arini
108
Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109
Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110
Bab 110 : Keputusan Akhir
111
Bab 111 : Persiapan Kuliah
112
Bab 112 : Prom Night
113
Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114
Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115
Bab 115 : Perpisahan
116
Ekstra Part 01

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!